Oleh : Tri Silvia (Pengamat Kebijakan Publik)
#MuslimahTimes — Salam adalah perkataan pertama yang biasa keluar dari seseorang tatkala bertemu dan bertegur sapa dengan orang lain. Beragam salam muncul di negeri ini, semuanya tumbuh dan digunakan dengan damai, tanpa menimbulkan kekacauan dan kegaduhan di tengah masyarakat.
Sebagai negeri dengan banyak suku, budaya, bahasa dan agama, adalah wajar jika Indonesia memiliki banyak ragam salam yang digunakan. Selain itu, keragaman salam yang ada merupakan salah satu bagian dari semboyan negeri Bhinneka tunggal ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Selain sebagai negeri dengan beragam suku, adat budaya serta bahasa yang berbeda. Indonesia pun terkenal sebagai negeri dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, hal tersebut tentunya memungkinkan bahwa mayoritas salam yang digunakan di Indonesia adalah salam nya umat Islam yakni assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Penggunaan salam tersebut adalah wajar adanya, tak pernah ada kegaduhan yang disebabkan dari pemakaian salam tersebut selama ini, bahkan sejak kemerdekaan Indonesia. Kenapa hari ini hal tersebut justru diributkan? Berawal dari viralnya pernyataan Ketua BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), Yudian Wahyudi tentang salam Pancasila, kini kegaduhan perihal salam pun ramai di tengah masyarakat.
Disebutkan di media sosial bahwa Yudian mengatakan akan mengganti kata assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh dengan salam Pancasila. Adapun klarifikasi yang bersangkutan menyatakan bahwa tidak ada kata mengganti dalam pernyataan yang keluar dalam rangka wawancara ‘Blak-blakan Kepala BPIP: Jihad Pertahankan NKRI’ di salah satu media nasional pada 12 Februari 2020.
Disebutkan dalam klarifikasinya bahwa, “Salam Pancasila sebagai salam kebangsaan diperkenalkan untuk menumbuhkan kembali semangat kebangsaan, serta menguatkan persatuan dan kesatuan yang terganggu karena menguatnya sikap intoleran,” (wartaekonomi.co.id, 23/2/2020). Sikap intoleran yang disebut tentunya merujuk pada umat Islam.
Kata ‘Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh’ bukanlah salam yang asal keluar dari bahasa Arab saja. Melainkan salam ini memang telah dijelaskan di dalam hadits Rasulullah Saw yang artinya, “Jika seorang bertemu dengan saudaranya sesama muslim maka hendaklah dia mengucapkan (salam): as-Salâmu‘alaikum warahmatullahi wabarakâtuh”. (HR. At-Tirmidzi)
Dengan arti ‘semoga Allah Melimpahkan keselamatan, Rahmat dan Keberkahan untukmu’ kata assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh menjadi begitu mulia dan memiliki kedalaman makna berupa doa. Akankah salam tersebut dapat terganti dengan salam dalam bentuk lainnya?
Terkait dengan intoleransi yang disebutkan dalam klarifikasinya, hal tersebut jelas-jelas dia rujuk pada Islam. Hal tersebut tidak benar adanya, sebab tak ada ajaran Islam yang mengajarkan intoleransi. Bahkan sebaliknya, Islam sangat mengedepankan adab dan tata krama, begitupula toleransi.
Selama ini tak pernah ada yang merasa tersakiti dengan ucapan assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh tersebut. Lantas mengapa hal ini kemudian dibahas? Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, tentunya juga memiliki cara pengungkapan salam yang khas, bukan hanya untuk bertegur sapa melainkan juga doa.
Maka dari itu aturan mengenainya pun tentu juga harus diperhatikan. Sebagaimana yang disebutkan dalam wawancara, Yudian mengkritik umat Islam yang memprotes tentang penggunaan salam 6 agama dan menyebutnya sebagai sikap intoleran. Padahal apa yang dilakukan umat Islam adalah hal yang wajar mengingat setiap salam yang keluar dari sebuah agama tertentu pasti memiliki makna khusus yang hanya dimiliki oleh agama tersebut, alhasil umat Islam pun harus berhati-hati untuk mengucapkannya.
Umat Islam tak ada masalah dengan salam dari agama-agama lain, namun menjadi salah ketika yang mengucapkan salam agama-agama lain tersebut adalah umat Islam sendiri. Umat Islam tak pernah meminta agar salamnya dijadikan salam nasional, hanya saja keberadaan umat Islam sebagai umat mayoritas di Indonesia menjadikan assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh sebagai salam yang dominan di tengah masyarakat.
Tak hanya kali ini saja pernyataan-pernyataan yang memojokkan kaum muslimin keluar dari lisan pejabat publik. Sebelumnya banyak pula pernyataan-pernyataan kontroversial yang muncul. Kenapa bisa terjadi? Salah satunya adalah adanya ketidaksukaan musuh-musuh Islam pada wacana bangkitnya kembali Peradaban Islam dalam wujud satu wadah institusi yang bernama Daulah Khilafah Islamiyah.
Alhasil mereka pun berusaha untuk menyerang umat di aspek-aspek terkecil daripada nya, termasuk dalam hal salam kali ini. Sungguh, diamnya kita dan pemakluman atasnya hanya akan membuat mereka semakin semena-mena, semakin sering dan semakin mudah untuk menyakiti perasaan kaum muslimin serta mengutak-atik Islam dan aturannya.
Sudah saatnya umat sadar dan kembali pada ajaran Islam yang benar dan kaffah. Menjadikannya sebagai ‘qiyadah fikriyah’ atau kepemimpinan berfikir atas mereka dan turut memperjuangkan guna kelangsungan Islam kedepannya. Mudah-mudahan dengan wasilahnya, Allah akan mempercepat tertunainya Janji akan kembalinya Daulah Khilafah Islamiyah.
Wallahu A’lam Bis Shawwab