“Kematian Adalah Deadline”
Oleh: Sherly Agustina, M.Ag
(Revowriter Waringin Kurung)
Muslimatimes – “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
Melihat dan mendengar kabar duka, semuanya adalah renungan bagi manusia. Betapa Allah Swt sangat menyayangi hamba-hambaNya, agar megnambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa. Kabar duka ulama besar di awal Februari 2020, mengisyaratkan bahwa saat ini manusia bertemu dengan akhir zaman. Para ulama pewaris para Nabi itu diangkat oleh Allah Swt, sementara fitnah terjadi dimana-mana. Manusia harus siap menghadapi fitnah akhir zaman.
Kabar duka dari siapapun itu, sejatinya Allah Swt mengingatkan, bahwa kematian itu benar adanya, bahwa kematian itu deadline bagi manusia, bahwa sejauh apapun manusia lari tetap akan bertemu dengan kematian itu. Bahwa manusia harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baik persiapan untuk bertemu denganNya, dzat yang sangat mencintai hambaNya dan dicintai hambaNya.
“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS. Al Kahfi: 110)
Bayangkan, jika yang sudah deadline adalah kekasih hati, pendamping sehidup semati, ayah dari anak-anak. Tentu hati menjawab belum siap, tapi memang tak pernah ditanya sudah siap atau tidak. Nyatanya, ketika terjadi harus siap karena itu adalah bagian dari taqdir yang harus diimani sebagai Muslim. Bahwa apapun yang terjadi bagian taqdir hidup manusia dan pasti yang terbaik bagi manusia.
Lalu, apakah manusia sebagai istri misalnya, sudahkah benar-benar berbakti pada suami sang kekasih hati di sisa usia ini? Sudahkah melakukan hak dan kewajiban dengan sebaik-baiknya sesuai perintahNya? Terlepas suami belum melakukan sepenuhnya hak dan kewajiban. Semua pasti berharap berpisah hanya dengan kematian, juga berharap dengan sebaik-baik perpisahan, husnul khotimah dan sebagai istri yang ta’at dengan sebaik-baik ta’at.
Maka tanda sayang Allah Swt pada hambaNya sering mengingatkan manusia, bukan hanya di dalam Al Qur’an saja . Namun di dalam hadis pun disampaikan:
Rasulullah SAW berpesan kepada para sahabatnya, “Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu mati.” (HR at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
“Orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR at-Tirmidzi).
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW ditanya salah seorang Anshar yang dibawa Ibnu Umar menemuinya, “Wahai Nabi, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia?” Beliau menjawab, “Orang yang paling banyak dalam mengingat mati dan paling siap menghadapinya. Merekalah orang paling cerdas. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat.” (HR at-Tirmidzi).
Bagi seorang mukmin cukuplah semua itu menjadi pengingat agar manusia mempersiapkan diri bertemu dengan deadline, yaitu kematian. Semoga saat deadline itu tiba, kembali padaNya dengan sebaik-baik kondisi, husnul khotimah.
Firman Allah Swt:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)
Allahu A’lam bi Ash Shawab.