Oleh : Henyk Nur Widaryanti S. Si., M. Si.
Muslimahtimes– Umat Muslim memiliki benteng pertahanan dua lapis. Pertama negara dan kedua adalah keluarga. Jika negara runtuh, maka rusaklah masyarakatnya. Dan keluarga adalah benteng pertahanan terakhir untuk melindungi para generasi. Dan bertahan dari karut marut rusaknya dunia. Namun, bagaimana jika benteng terakhir ini mulai goyang dan menunjukkan kondisi yang lapuk? Dapat dipastikan yang ada di dalamnya akan rusak pula.
Bagi kaum Muslimin, benteng pertahanan pertama adalah khilafah. Di bulan ini, 96 tahun yang lalu benteng pertahanan kaum muslim telah dibobol. Bukan sekadar bolong, tapi temboknya telah hancur lebur. Tepat tanggal 3 Maret 1924 benteng ini telah dihapus dalam pidato Mustafa Kamal Pasha. Dan Mustafa dengan bantuan Inggris berhasil mengganti khilafah menjadi negara Turki sekular.
Sejak saat itu, Islam dijauhkan dari kekuasaan. Islam hanya dijadikan sebagai ibadah ritual saja. Negara Islam terbagi menjadi lebih dari 50 negara bagian. Bahkan banyak diantaranya justru masuk dalam naungan negara-negara imperialisme. Negeri-negeri yang berbatasan dengan Rusia, berada di bawah kekuasaan Rusia. Sisanya dibagi-bagi kepada Inggris dan para sekutunya.
Meskipun puluhan negeri muslim telah merdeka. Namun, kondisinya jauh dari kata merdeka. Mereka hanya merdeka dari penjajahan fisik. Justru mabda kapitalisme telah berhasil mencengkram mereka. Mulai dari cengkraman pemerintahan, ekonomi, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam (SDA), hingga masalah keluarga. Seluruhnya telah dirasuki kapitalis sekular. Yang akhirnya menjadikannya jauh dari Islam.
Kapitalis yang dibawa oleh para imperialis telah berhasil menjajah negeri muslim melalui penjajahan gaya baru. Melalui penjajahan ini mereka menanamkan ide liberal, materialis hingga individualis. Liberalisme adalah faham kebebasan. Yang mengajari agar manusia bebas melakukan semua yang disuka. Tidak memperhatikan apakah itu benar atau salah.
Materialisme mengajarkan manusia mengedepankan kebahagiaan duniawi. Segala sesuatu dinilai dengan uang, kekayaan, prestasi, kedudukan dan segala sesuatu yang sifatnya dunia. Tidak pernah memandang apakah cara mendapatkan benar atau salah. Sedangkan individualisme mengajarkan manusia untuk bersikap individualis. Mementingkan dirinya sendiri.
Semua pemahaman itu telah merasuk dalam sendi-sendi masyarakat. Hingga telah berhasil menembus pertahanan keluarga. Kini banyak keluarga terancam keutuhan dan kedamaian-nya. Melalui televisi, internet hingga gaget mampu merubah pemikiran anggota keluarga. Dengan tontonan yang tak mendidik, bertebaran konten pornoaksi dan pornografi, film-film yang mencontoh kehidupan barat seperti cerita cinderella dan snow white berhasil menghipnotis anggota keluarga.
Tidak hanya itu, ketika kita menginjakkan kaki ke luar rumah. Bermacam iming-iming gemerlap dunia fana menyapa. Mulai dari masalah ekonomi, pendidikan, pergaulan menyerang kondisi keluarga. Masalah ekonomi, kepala keluarga (suami) banyak yang menganggur. Bukan karena malas bekerja, tapi banyak PHK atau susah mencari lapangan kerja. Hal ini berbalik dengan para perempuan. Lapangan pekerjaan justru semakin banyak. Bukan karena perempuan lebih ahli, tapi karena gajinya tidak setinggi laki-laki. Dan akan menguntungkan perusahaan.
Masalah pendidikan, saat ini kita dihadapkan pada kondisi yang membingungkan. Berbagai macam kebijakan kurikulum tak satupun yang mampu mengatasi masalah ini. Penanaman keimanan yang lemah membuat anak-anak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Ada pula justru anak menjadi nakal ketika di sekolah. Meskipun dalam hal ini sekolah telah mengupayakan memperbaiki keadaan. Tapi bobroknya pemahaman siswa tak mampu dibendung lagi.
Yang paling parah adalah masalah pergaulan. Dimana semua anggota keluarga pasti bertemu dengan masyarakat. Tidak peduli apakah muda ataukah tua, seluruhnya terpengaruh dengan kondisi ini. Bagi para pemuda, mereka banyak yang terlibat dengan pergaulan bebas. Mulai dari free sex, narkoba, geng nakal hingga tawuran. Sedangkan orang tua pun tak kalah dengan yang muda. Mereka juga banyak yang terlibat dengan perselingkuhan, berjudi, minum-minuman keras bahkan hingga narkoba.
Seluruh hal tadi secara langsung maupun tidak langsung telah merusak keutuhan dan kedamaian keluarga. Orang tua bisa bercerai, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), anak mencari pelampiasan dengan cara salah hingga mengenal kehidupan dunia yang tenggelam. Jika sekarang keluarga rusak, mampukah kita menjamin negeri ini akan maju ditangan para generasi saat ini?
Kerusakan ini hanya bisa dibenahi dengan satu cara. Mengembalikan Islam pada tempatnya. Menghidupkan kembali benteng-benteng pertahanan kaum muslimin. Mulai dari konstitusinya hingga ranah keluarga. Seperti sebelumnya, Islam bukanlah sekadar ibadah ritual. Tapi Islam merupakan agama yang memiliki seperangkat aturan. Mulai dari cara memimpin, cara mendidik, cara berekonomi, cara memberikan sanksi hingga cara merawat keutuhan keluarga. Al Quran pun telah menjamin, jika kita kembali pada Islam dengan seperangkat aturannya lengkap, maka barokah dari langit dan bumi akan dikeluarkan Allah SWT.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96)
Wallahu ‘alam bishawab.