Oleh: Neng RSN
Muslimahtimes– Remaja berinisial NF dikenal sebagai anak pendiam dan memiliki hobi menggambar, tapi di balik sikap pendiamnya ternyata NF memendam suatu hal yang mengerikan, yaitu hasrat membunuh. NF merupakan siswi SMP berusia 15 tahun yang tega membunuh balita berusia 5 tahun berinisial APA di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pembunuhan sadis itu dilakukan dengan cara korban ditenggelamkan ke bak mandi, di cekik, di sumpal mulutnya dengan tisu, hingga diikat. Kemudian mayatnya disimpan di dalam lemari pakaian semalaman.
Sebelumnya, NF sempat menulis status di media sosial miliknya tentang pembunuhan tersebut dan akan menyerahkan diri ke polisi. NF terlihat tenang ketika mengaku pada polisi bahwa ia telah membunuh dan menyimpan mayatnya di lemari. Polisi pun menemukan beberapa gambar dan tulisan yang terlihat menyeramkan. Seperti dikemukakan Wakapolres Metro Jakarta Pusat AKBP Susatyo Purnomo Condro dalam konferensi pers yang dihelat di Mapolres Metro Jakarta Pusat,
Membunuh adalah hasrat NF yang terpendam. Dari olah tempat kejadian perkara (TKP) yang dihelat pada Jumat (6/3/2020) kemarin, polisi menemukan fakta mengejutkan. Rupanya, gadis pembunuh NF memunyai koleksi gambar dengan ungkapan hati melalui bahasa Inggris. (suara.com, 07/03/2020)
Lebih mencengangkan lagi, NF tidak menyesali perbuatannya, justru ia mengaku merasa puas telah membunuh. (liputan6.com, 08/03/2020). Astagfirullah.
// Generasi Bermental Illness Produk Sistem Kapitalis //
Sistem kapitalis berasas sekuler yang di emban negeri ini, telah berhasil menggiring remaja jauh dari pemahaman agama. Mereka cenderung berperilaku mengikuti hawa nafsunya, ingin bebas bersikap tanpa aturan. Akibat sistem rusak inilah, tidak heran jika produk yang dihasilkan pun rusak, salah satunya hadirnya generasi bermental illness.
Mental Illness adalah kumpulan penyakit gangguan kejiwaan yang memengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang. Kesehatan mental meliputi kondisi emosional, psikologis, dan kesejahteraan sosial. Gangguan kepribadian ini membuat penderita sulit untuk mengetahui perilaku yang dianggap normal dan tidak. Penyebab terjadinya Mental Illness ini muncul oleh banyak faktor, bisa karena stres yang terlalu lama, depresi karena mengalami tekanan yang dalam terhadap mental, traumatis akan kehilangan sesuatu dan seseorang, kelainan otak, faktor genetik. Tekanan batin karena lingkungan sekitar atau orang tua, kurang perhatian atau kasih sayang, broken home dan masih banyak lagi. (m.ayosemarang.com, 29/11/2019)
Faktor broken home dan kurangnya perhatian pun diduga ihwal tertutupnya sikap NF hingga tega membunuh APA secara sadis. Seperti yang diceritakan salah satu warga bahwa ayah NF bercerai dan menikah kembali ketika NF masih duduk di SD kelas 5. Semenjak itu, NF yang tinggal bersama ibu tirinya. Tiap hari ibunya sibuk berjualan kue dan juga ayahnya yang berprofesi buruh kasar jarang berada di rumah. Dalam kesehariannya, NF juga sering menyiksa dan membunuh hewan, seperti kodok hingga cecak dengan garpu. Bahkan ia pernah melempar kucing peliharaannya dari lantai dua karena kesal. (suara.com, 10/03/2020)
Minimnya penanaman akidah dan pengawasan dari orang tua menyebabkan NF menjadi lost control. Pendidikan agama di sekolah pun sangat kurang, karena sistem pendidikan kapitalis hanya berorientasi pada pencapaian nilai semata, tidak disertai pembinaan akidah dan akhlak.
Konglomerasi media juga harus bertanggung jawab terhadap degradasi moral yang terjadi, karena menampilkan tayangan dan konten negatif seperti film pembunuhan, psikopat dan lainnya, atau pun bergenre roman picisan yang mengobral syahwat hingga challenge unfaedah sehingga masyarakat akan belajar dengan konten tersebut. Namun sepertinya mereka tidak peduli, yang terpenting memperoleh rating tinggi dan menguntungkan. Negara pun seakan tak punya kuasa terhadap para pelaku kapitalis tersebut. Miris!
// Generasi Bersyaksiyah Islamiyah Produk Sistem Islam //
Islam hadir memelihara dan menyelamatkan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Hanya Islam yang mampu memberikan solusi tuntas. Dalam mencetak sebuah generasi cerdas dan tangguh harus adanya sinergi antara keluarga, masyarakat dan negara. Keluarga merupakan fondasi utama penanaman akidah dan akhlak. Orang tua pun harus tahu kewajiban dan fungsi perannya masing-masing.
Masyarakat aktif melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar dan kontrol sosial. Penyelenggaraan pendidikan oleh negara berorientasi pada pembentukan Syakhsiyyah Islamiyyah. Pemanfaatan teknologi dipergunakan untuk kemaslahatan umat, agama dan alam sekitar. Sikap tegas negara dalam penegakkan sanksi bagi yang melanggar hukum syariat. Dengan penerapan sistem Islam oleh negara, niscaya akan mampu mencetak generasi tangguh. Bukan sekedar teori, tapi terbukti bagaimana sistem Islam menorehkan tinta emas kejayaan Islam hampir 14 abad lamanya, mencetak banyak generasi cerdas berakhlakul karimah dan pejuang Islam tangguh.
Sebut saja, Muhammad Al Fatih Sang Penakluk Konstatinopel. Beliau ditempa oleh orang tuanya agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh. Semasa hidupnya tidak pernah meninggalkan salat fardu, salat sunah, salat Tahajud, dan berpuasa. Sejak berusia delapan tahun telah menghafal Alquran 30 juz mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, menguasai tujuh bahasa berbeda, yaitu Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan Ibrani.
Namun, tentunya hal ini dapat terwujud karena menerapkan syariat Islam secara Kaffah dalam setiap aspek kehidupan. Jadi telah terbukti, akar permasalahan berbagai kerusakan selama ini, yakni sistem kapitalis sekuler yang bercokol di negeri ini.
Wallahu’alam bisshowwab