Oleh: Yulweri Vovi Safitria
(Muslimah Peduli Generasi)
Muslimahtimes– Dewasa ini kasus kekerasan di dunia pendidikan, semakin mencemaskan. Baik itu kekerasan dari guru kepada siswa, siswa terhadap guru, serta dari orang tua kepada guru.Tak hanya berupa kekerasan fisik yang berujung kematian tetapi juga tekanan mental, bagi pihak yang jadi korban.
Dalam kasus lain seorang siswa tidak segan melakukan penganiayaan terhadap oknum guru karena tidak terima ditegur sebab kelalaiannya sendiri. Ironinya, orangtua dari siswa ikutan melakukan hal yang sama terhadap guru yang bersangkutan.
Dalam kasus terbaru, seorang wali murid marah sebab tak terima ponsel anaknya dikumpulkan saat ujian berlangsung. Orang tua tak hanya mengintimidasi guru tetapi juga melakukan pemukulan terhadap kepala sekolah. (tribunnews.com, 8/3/2020)
Orangtua yang seharusnya bekerja sama dengan guru, mendidik dan mencerdaskan malah bertindak sebaliknya. Merasa memiliki terhadap anaknya dan membiarkan kelakuan tak wajar sang anak. Bahkan tidak jarang kekuasaan yang ia miliki menjadi alasan agar anaknya tidak ditegur oleh seorang guru. Alih-alih anak bisa disiplin, yang ada malah ikut bertindak semaunya sendiri. Berlindung di belakang kekuasaan orangtuanya. Dan berperilaku tidak sopan terhadap guru.
Padahal seperti diketahui, guru memegang peranan penting dalam memajukan pendidikan. Membentuk karakter anak yang berakhlak. Maka selama apa yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendisiplinkan anak masih di koridor yang benar, maka adalah kewajiban orang tua untuk mendukungnya. Namun faktanya sekarang, sebagian orang tua tidak terima anaknya ditegur atau dihukum, dan balik menghukum guru yang bersangkutan. Dengan mengancam guru ataupun pihak sekolah. Lantas bagaimana anak-anak akan memiliki akhlak dan budi pekerti jika orangtua ikut membela sesuatu yang salah.
Liberalisme Pendidikan
Liberalisme telah nyata menimbulkan banyak kerusakan. Dengan dalih kebebasan berpendapat dan berekspresi, seseorang termasuk pelajar bebas berbuat apa saja yang ia mau. Meskipun menyimpang dari aturan. Mulai dari sekedar mencontek, tidak mengerjakan tugas serta bolos sekolah. Bahkan orangtua mengobrak-abrik aturan yang ada di lingkungan sekolah. Dengan tujuan membela anaknya meskipun itu salah. Orangtua merasa, mereka yang berhak mengatur.
Lantas untuk apa anak-anak diserahkan kepada sekolah kalau pada akhirnya aturan di sekolah tak lebih dari sekedar aturan yang boleh diabaikan demi kemauan sendiri. Kalau akhirnya mensdisiplinkan anak didik menjadi sebuah pelanggaran.
Maka jangan heran jika kemudian hari mereka tumbuh menjadi generasi yang susah diatur, pencuri dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan segala hal yang diinginkannya. Menganggap semua hal bisa ia miliki dan harus didapatkan, tak peduli menabrak norma agama atau bukan. Bertentangan syariat atau tidak.
Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan dalam Islam diarahkan untuk pembentukan karakter muslim yang sempurna, yang paham hakikat eksistensinya di dunia ini serta tidak melupakan kehidupan setelahnya yaitu akhirat. Maka tujuan akhir pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan hidup seorang Muslim. Tujuan pendidikan di samping menekankan keimanan kepada Allah, juga menciptakan seorang Muslim yang benar.
Pendidikan juga bertujuan mengembalikan manusia kepada fitrahnya, sebagai makhluk Allah dan sebagai khalifah di muka bumi. Maka selayaknya pembentukan akhlak dan budi pekerti menjadi prioritas utama. Sebab pendidikan dan pengajaran bukanlah hanya memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi juga mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa peduli, membiasakan mereka dengan kesopanan dan kejujuran.
Dalam hal ini adalah menjadi tanggung jawab antara orangtua dan guru. Bila salah satu dari elemen tersebut tak bekerja sebagaimana fungsinya bisa dipastikan pendidikan tak akan berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
Di sinilah perlunya peran guru dan sekolah untuk mengajarkan siswanya bagaimana mereka harus berprilaku, bergaul dengan sesama, sopan santun, serta berprilaku positif lainnya. Siswa juga harus diberi pemahaman bahwa jika mereka melakukan perbuatan melanggar hukum, mereka akan mendapatkan dampaknya, baik dampak hukum maupun sosial.
Tapi ada hal penting yang juga harus dikedepankan yaitu peran keluarga dalam mendidik dan menuntun anak berprilaku baik. Tanpa dukungan orang tua, sekolah tak bisa bekerja sendiri.
Sebagai orangtua didiklah anak-anak berperilaku sopan, menghargai guru, apabila terbukti melanggar aturan ada hukuman, sebagai konsekuensi yang harus diterima. Sebagai bukti bahwa apapun perbuatan yang diperbuat baik atau buruk ada balasannya.
Wallahualam Bisshawab .