Oleh : Punky Purboyowati S. S
(Komunitas Pena Jombang)
#MuslimahTimes — Semua Muslim di belahan dunia berduka atas penyerangan yang dilakukan terhadap umat Muslim di India. Tragedi berdarah yang terjadi di New Delhi, India oleh karena disahkannya UU (Undang-Undang) Kewarganegaraan yang praktiknya meminggirkan umat Muslim. UU ini mengatur dan memperbolehkan warga non Muslim asal Bangladesh, Pakistan, dan Afganistan yang masuk ke India secara ilegal untuk menjadi warga negaranya. Lahirnya UU ini karena dipelopori partai penguasa India beraliran nasionalis Hindu yaitu Bharatiya Janata Party (BJP). (www.vivanews.com, 29/2/2020).
UU Kewarganegaraan disahkan di era rezim Perdana Menteri India, Narendra Modi yang didukung partai pengusungnya Bhratiya Janata Party (BJP). Namun aturan ini menyulut polemik panas karena dinilai bersikap diskriminatif terhadap umat Muslim di India. Hingga kini jumlah korban tewas meningkat menjadi 42 orang. Saat Komisi Minoritas Delhi yang dipimpin ketua Zafarul Islam Khan serta anggota Kartar Singh Kochhar mengunjungi perkampungan di Distrik Timur Laut, Rabu (4/3/2020), didapati sisa-sisa kehancuran di New Delhi baik toko, rumah, masjid bahkan SPBU. Semuanya milik umat Islam dibakar dan dirusak.
Sebelum kejadian penyerangan itu, umat Islam berunjuk rasa menentang UU Amandemen Kewarganegaraan (CAA) saat dan setelah kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di New Delhi pekan lalu, kemudian umat Islam diserang secara membabi buta. Hasil temuan Komisi Minoritas Delhi sejauh ini mengungkap bahwa penyerangan dan aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim berlangsung secara terencana dan masif. Aksi itu melibatkan senjata api, senjata tajam dan benda tumpul, serta cairan kimia. (inews.id, 5/3/2020).
Duka Muslim India harusnya menjadi duka umat Islam sedunia. Namun sayangnya tak ada suara dari para pemimpin untuk membela umat Islam India. Padahal umat Islam di India merupakan saudara seiman. Tak terkecuali pemimpin negeri ini. Seperti yang dikatakan oleh pengamat Politik dan Sosial, Muhammad Yunus Hanixs kepada suaranasional.com, 1/3/2020, bahwa Presiden Joko Widodo mengecewakan umat Islam karena tidak mengecam pembantaian muslim di India. Menurutnya, Jokowi harusnya menunjukkan rasa solidaritas muslim di India. Indonesia bisa menggunakan pengaruhnya di dunia internasional mengecam pembantaian muslim di India. Indonesia bisa menggalang negara-negara muslim untuk mengecam India. Ada kemungkinan Jokowi takut hubungan dengan India retak akibat mengecam pembantaian muslim di negeri Bollywood.
Hal inilah yang tak dipahami oleh para pemimpin kaum Muslim di dunia bahwa umat Islam ibarat satu tubuh. Hadist riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam”. (Shahih Muslim).
Â
Peran Ideologi Terhadap Status Warga Negara
Terkait masalah UU Kenegaraan, maka konflik Hindu dan Islam bukan sekadar masalah status warga negara. Lebih dari itu merupakan masalah ideologi negara. Harusnya semua warga negara dimata hukum memiliki hak yang sama dengan warga negara lainnya terlepas dari perbedaan etnis, suku maupun agama. Namun inilah masalahnya dalam sistem ideologi Kapitalis Sekuler. Akibat pandangan Sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan, agama tidak lagi menjadi pijakan dalam mengatasi problem manusia.
Alhasil banyak terjadi kerusakan dan kehancuran. Setiap persoalan kehidupan dihadapi secara personal. Negara tak cukup berperan menghadapi persoalan personal ini apalagi ketika konflik antar kelompok agama. Justru kadangkala negara menjadi salah satu penyebab dari konflik yang muncul. Aturan negara yang tak memberi keamanan secara penuh bagi warga negaranya mengakibatkan konflik muncul baik secara tiba-tiba. Terlebih negara yang tidak tegas menindak pelaku konflik sehingga menimbulkan ketidakadilan dan diskriminasi.
Ditambah pula kebijakan politik barat Amerika yang telah banyak merugikan kaum muslimin. Para penguasa tak mampu menolak kebijakan Amerika ini atas nama perang melawan terorisme. Jika di Palestina dari dulu agama Yahudi dibenturkan dengan Islam maka saat ini dibenturkan dengan agama Hindu dan Islam. Derita umat Islam dibelahan dunia semakin bertambah parah dengan kebijakan Amerika yang tak memberikan ruang sedikitpun bagi Islam. Apalagi kondisi diberbagai negara tersekat dengan paham Nasionalisme justru semakin menambah daftar penderitaan umat Islam.
Maka agar konflik tak berkepanjangan, dibutuhkan upaya agar solusi tuntas secara sistemik. Negara manapun pasti menghadapi berbagai konflik dan perpecahan, sebagaimana setiap negara pasti memiliki kiat untuk mengatasinya. Yang berbeda hanyalah persepsi mengenai faktor penyebab konflik dan perpecahan itu. Namun demikian untuk menyelamatkan jiwa Muslim jelas tidak mengharapkan solusi tersebut dari sistem ideologi Kapitalis Sekuler saat ini. Sebab jelas tak mampu memberi solusi bagi umat Islam sendiri. Solusi harus berasal dari Islam.
Peran Islam Menghadapi Konflik Dalam Negeri
Islam bukan sekadar agama melainkan sebuah ideologi atau aturan hidup yang berasal dari pencipta alam semesta yaitu Allah SWT. Sistem ideologi Islam diterapkan dalam rangka melestarikan kehidupan manusia. Islam menjamin ketentraman dan keadilan. Namun demikian dalam sejarah penerapan ideologi Islam pernah ditemukan ketidakadilan yang dapat memicu konflik, namun tetap sistem Islam harus dijadikan solusi menghilangkan segala bentuk kezaliman.
Peran Islam dalam menghadapi konflik misalnya ketika penarikan jizyah dari Ahludz Dzimmah (warga negara non muslim), Khalifah Umar bin Khaththab dalam perjalanannya ke Syam pernah melihat para pegawainya menyiksa orang-orang non muslim yang tidak membayar jizyah. Khalifah Umar langsung mengambil tindakan dengan melarang penyiksaan atas non-muslim. Demikian pula Khalifah Walid bin Abdul Malik (Bani Umayyah) pernah merampas gereja Yohana dari tangan Nasrani, lalu dijadikan masjid. Namun ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, beliau mengembalikan gereja yang sudah dijadikan masjid kepada kaum Nasrani. Dan masih banyak kebijakan khalifah yang lainnya dalam menangani konflik dalam negeri. Menegakkan keadilan tanpa diskriminasi.
Sayangnya saat ini sistem ideologi Islam belum mampu dijalankan sebab hanya mampu diterapkan dalam negara Khilafah. Seorang khalifah akan mampu menyelamatkan jiwa kaum muslimin di berbagai negeri yang mengalami konflik. Termasuk konflik di India. Semoga Allah segera menurunkan pertolonganNya dengan tegaknya Khilafah kaum Muslimin sehingga jiwa kaum Muslimin terjamin keselamatannya. Wallahu a’lam bisshowab.