Oleh. Yuniasri Lyanafitri
#MuslimahTimes — Akhir November 2019 lalu, Komnas Perempuan mengeluarkan siaran pers tentang “Refleksi 25 Tahun Pelaksanaan Beijing Platform for Action (BPfA+25) di Indonesia: Komitmen Negara dalam Menjawab Tantangan 12 Bidang Kritis Kehidupan Perempuan”. BPfA sendiri adalah kesepakatan dari negara-negara PBB dalam rangka melaksanakan konvensi CEDAW (Convention on Elimination of All Forms Discrimination Against Women) pada tahun 1995 di Beijing.Dalam konferensi dunia tentang perempuan yang dilaksanakan di Beijing tanggal 4 hingga 15 September 1995 ini, seluruh negara anggota PBB sepakat untuk mengadopsi BPfA menjadi resolusi dan merekomendasikan Majelis Umum dalam sesi kelima untuk mengesahkan BPfA. BPfA menghasilkan 12 bidang kritis dan setiap 5 tahun harus dilaporkan perkembangannya oleh setiap negara. Salah satu bidang kritis tersebut adalah masalah perempuan dan kemiskinan.
Begitu pula upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk terus menggenjot penurunan angka kemiskinan dari berbagai sektor. Dengan melakukan pemberdayaan perempuan kepala keluarga menjadi salah satu langkah yang dipilih.Diakui, perempuan yang terpaksa menjadi kepala keluarga mempengaruhi kemiskinan hingga mencapai angka 40 persen. Penyebabnya, faktor pernikahan dini dan perceraian.Untuk itu, pemerintah terus berusaha menghapuskan segala diskriminasi yang terjadi pada perempuan di tengah hangatnya isu gender, salah satunya dengan Pengarusutamaan Gender(PUG).
Jika kita amati lebih dalam lagi tentang konferensi kehidupan perempuan tersebut, perempuan dinilai sebagai biang masalah dalam perekonomian dan pembangunan. Perempuan menjadi kambing hitam dalam setiap persoalan kemiskinan. Sehingga mereka berusaha untuk menjadikan perempuan sebagai alat pekerja yang dapat menghasilkan secara nyata untuk pertumbuhan ekonomi negara. Menjadikan perempuan sebagai tolak ukur dalam mengentaskan kemiskinan yang terjadi. Sehingga, solusi yang diberikan adalah dengan melibatkan perempuan secara aktif dan total terjun dalam kegiatan ekonomi dan produksi. Kemudian berbagai kegiatan dan pelatihan pemberdayaan ekonomi perempuan terus dilakukan dan diopinikan. Hal ini dilakukan dengan harapan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara dan menghapus problem kemiskinan dunia secara perlahan.
Itulah alasan opini kesetaraan gender terus dipropagandakan agar masayarakat secara umum sedikit demi sedikit mengubah cara berpikirnya dalam mengentaskan kemiskinan. Masayarakat akhirnya akan memiliki standar kesuksesan untuk seorang perempuan adalah menjadi wanita karir yang mempunyai gaji tinggi. Orang tua akan malu mempunyai anak perempuan yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Anggapan-anggapan bahwa perempuan yang tidak bekerja akan disepelekan dan dianggap remeh oleh suaminya.Hal ini jelas akan merusak tatanan dalam kehidupan. Perempuan dan laki-laki akan senantiasa bersaing memperebutkan kelas yang tertinggi. Keluarga sebagai lingkungan pertama bagi anak akan hancur bahkan perempuan akan mempunyai keinginan untuk tidak mau menjadi seorang istri dan seorang ibu. Karena pola pikir mereka yang selalu ingin terlihat setara dengan laki-laki.
Lama kelamaan perempuan akan terjebak dalam sistem kapitalis yang mengobjekkan mereka sebagai lahan pasar yang sangat menguntungkan. Setelah perempuan diubah pola pikirnya untuk bekerja, mereka yang mencintai keindahan akan mengeksplorasikannya dengan meningkatkan pola konsumsinya dalam fashion dan makanan. Perempuan akan selalu berusaha tampil sesuai tren. Dan melakukan apapun untuk up to date.Apalagi dengan uang hasil keringat mereka sendiri. Mereka tak segan-segan untuk menghabiskannya.
Tentu hal ini sangat berbahaya bagi umat, terutama kaum perempuan muslimah. Karena opini kesetaraan gender sangat bertolak belakang dengan Islam. Di dalam Islam perempuan dan laki-laki mempunyai tugas dan peran masing-masing. Islam sangat memuliakan perempuan. Islam memperlakukan perempuan dan laki-laki sesuai dengan fitrahnya. Misal dari cara berpikir perempuan yang lebih menggunakan perasaan daripada logika seperti halnya laki-laki. Hal ini disebabkan oleh kerja otak yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Seperti halnya otak, struktur tubuh antara perempuan dan laki-laki juga sangat berbeda. Hal ini menjadikan laki-laki lebih kuat daripada perempuan. Oleh karena itu, perempuan dan laki-laki diciptakan berbeda bukan untuk berkompetisi melainkan untuk saling melengkapi.
“Dan janganglah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesunggunya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An Nisa:32)
Allah swt. berlaku adil dengan tidak memandang perbedaan tersebut dalam hal ibadah kepada-Nya. Allah swt. memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk meraih jannah-Nya yang sesuai dengan fitrah mereka masing-masing. Sebagai perempuan yang mempunyai keahlian multitasking, dan sifatnya yang pemelihara, menjadikannya sebagai ummu wa rabbatul bayt yang memiliki fungsi politis dan strategis sebagai pencetak generasi cemerlang. Sedangkan laki-laki yang hanya bisa fokus pada satu pekerjaan, menjadikannya sulit untuk dapat menyelesaikan urusan rumah tangga. Sehingga ketika fitrah tersebut tidak dipedulikan dan perempuan memaksakan untuk setara dengan laki-laki, maka yang pasti terjadi adalah kehidupan yang menyiksa dan tidak produktif sebagaimana mestinya.
Dengan penjelasan tersebut, jelas bukan perempuan yang tidak bekerjalah yang menjadikan angka kemiskinan semakin tinggi. Melainkan karena sistem kapitalis yang diterapkan dalam sistem ekonomi global. Yang menjadikan para pemegang modal (kapitol) sebagai pemegang kekuasaan terbesar. Sehingga para kapitol dengan leluasa melakukan apapun untuk melegalkan perbuatannya demi meraup keuntungan yang setinggi-tingginya. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Sistem ekonomi kapitalis ini menjadikan manfaat dan keuntungan sebagai standar pola pikir manusia. Jika tidak menguntungkan maka tidak akan dilakukan. Jika menguntungkan, apapun akan dilakukan untuk meraihnya. Semua orang akan selalu berlomba-lomba menjadi kaya agar berkuasa.
Maka hanya dengan kembali kepada aturan Islam secara kaffah semua masalah akan terselesaikan. Karena Islam adalah solusi dalam kehidupan manusia. Islam menempatkan segala sesuatu sesuai dengan fitrahnya. Dengan Islam, semua orang akan merasakan keadilan. Dengan Islam, perempuan akan dimuliakan. Perempuan dijamin keamanan dan kebutuhannya oleh mahramnya, jika sudah menikah, maka sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab suaminya. Perempuan dalam Islam layaknya ratu dalam istana. Tidak susah payah untuk bekerja, tetapi hidupnya dijamin. Hanya menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuhnya, agar tidak mudah dilihat oleh orang yang bukan mahramnya. Seperti wajah sang ratu yang hanya bisa dilihat oleh rajanya. Dilindungi dengan penjagaan yang ketat. Dan ketika mempunyai seorang anak, maka anak tersebut diwajibkan menghormatinya dan mengutamakannya sebanyak tiga kali daripada ayahnya. Begitulah Islam sangat memuliakan perempuan dan mengatur setiap urusan umatnya.
Wallahu’alam bi showwab