Oleh: Husna M., S.Si.,M.Pd.
(Praktisi Pendidikan)
Â
#MuslimahTimes — Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi putra-putrinya. Ungkapan ini mungkin saja sering kita dengar tapi tidak sedikit dari kita yang mengabaikan. Kesibukan bekerja di luar rumah menjadikan pemakluman bagi kita untuk tidak menunaikan tugas ini. Atau mungkin saja sebagian kita menunaikan tetapi ala kadarnya di waktu-waktu dan tenaga yang tersisa. Tidak mengherankan jika generasi kita saat ini tumbuh sebagai generasi strawberry. Cepat matang namun cepat busuk. Anak-anak yang lahir di tengah-tengah keluarga yang sibuk bekerja tidak sedikit yang kehilangan orientasi hidup, tidak tau arah dan tujuan yang seharusnya dia raih dalam hidupnya. Menjadikan ridho Allah sebagai tujuan dari segala aktifitasnya.
Pandemi Covid-19 berdampak pada kebijakan penerapan social distancingoleh pemerintah. Impilkasinya siswa dan guru belajar dan bekerja dari rumah. Pembelajaran dilaksanakan secara daring dengan menggunakan berbagai jenis aplikasi pembelajaran yang dianggap dapat memudahkan komunikasi dan interaksi antara siswa dan guru. Dampak yang dirasakan oleh orang tua khususnya ibu adalah banyaknya tugas yang harus diselesaikan putra-putrinya. Tidak sedikit dari mereka yang mengeluh dengan kondisi ini. Pasalnya beberapa anak memasrahkan penyelesaian tugas kepada ibunya, sedang si anak asyik dengan gawainya. Kalau sudah begini apa mau dikata. Neoliberalisme telah merusak tatanan keluarga. Selama ini orang tua mengabaikan tanggung jawabnya dalam mendidik anak. Terlalu banyak tanggung jawab anak yang justru diamblil alih orang tua atau pembantu. Orang tua terlalu memasrahkan pendidikan anaknya kepada sekolah. Hasilnya lahirlah anak-anak pemalas dan tidak peduli terhadap tanggung jawabnya sebagai mahluk Allah. Tak peduli terhadap tanggung jawabnya sebagai anak didik sekaligus anak bagi orang tuanya.
Pandemi Covid-19 secara tidak langsung memaksa orang tua dan anak berkumpul dalam rentang waktu cukup lama tanpa ada aktifitas di luar. Keadaan ini seharusnya disambut baik oleh para ibu muslimah. Ini adalah saat yang tepat bagi mereka untuk mengembalikan peran mereka sebagai madrasah pertama dan utama bagi putra-putrinya. Sekaligus mengembalikan peran mereka sebagai ibu sekaligus pengatur rumah tangga. Bukankah kita telah mendengar bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Masing-masingd ari kalian adalahs eorangp emimpin, dan masing-masing bertanggung jawab atas mereka yang berada di bawah kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah seorang pemimpin; seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya; seorang perempuan adalah pemimpin rumah dan anak suaminya... ” (HR Bukharidan Muslim)
Sebagai seorang muslimah, seharusnya seorang ibu menghujamkan tekad pada dirinya untuk terus berjuang mendidik anak-anaknya menjadi insan berakhlakul karimah, memiliki kepribadian Islam yang kokoh, taat kepada Allah dalam segala hal dan keadaan dan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan kesucian.
Kewajiban mendampingi anak-anaknya untuk belajar di rumah di masa wabah Covid-19 ini seharusnya tidak dianggap sebagai beban. Bukankan mendidik anak adalah kewajiban utama kita. Bukan hanya sekedar memberikan pendidikan dengan ilmu-ilmu alat yang akan memudahkan anak-anak untuk menjalani kehidupannya, tetapi lebih dari itu pendidikan yang menanamkan akidah Islam yang kuat yang akan menghantarkan mereka pada kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat.
Hanya dengan syariah dan khilafah, ibu-ibu kaum muslimin dapat menjalankan perannya secara maksimal. Mereka tidak lagi disibukkan dengan urusan mencari nafkah. Karena nafkah telah dijamin oleh suaminya dengan layak. Para ibu dapat memaksimalkan waktunya untuk mendidik anak-anak mereka menjadi insan kamil, berkepribadian Islam, taat syariat dan senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian diri dan keluarga.
Wallahu’alam BisShowab.