Tantangan Mendidik Anak di era Corona
Oleh: Hana Annisa Afriliani,S.S
(Penulis Buku dan Aktivis Dakwah)
Muslimahtimes – Lebih dari 30 hari wabah menyelimuti negeri. Dan sejak tanggal 16 Maret 2020 pemerintah menetapkan social distancing bagi seluruh masyarakat. Masyarakat dihimbau untuk dirumah saja. Kemudian pemerintah juga mulai meliburkan sekolah-sekolah, perkantoran, hingga menutup tempat-tempat wisata.
Akhirnya pembelajaran dialihkan dari yang semula lewat tatap muka dengan guru di sekolah. Kini lewat daring dari rumah. Tentu saja butuh penyesuaian baru menghadapi berubahnya sistem pembelajaran ini, baik bagi orangtua, guru, maupun anak didik.
Jika tak mampu menyesuaikan diri, bisa jadi pembelajaran online tersebut tak akan berjalan baik dan optimal. Sebaliknya malah menjadi beban, bahkan memicu stress. Maka, itulah tantangan mendidik anak di era Corona ini. Semuanya harus mampu disikapi dengan benar agar pendidikan anak tetap berjalan maksimal meski dalam kondisi yang sangat tidak ideal.
Hal yang pertama harus dilakukan oleh orangtua adalah membangkitkan semangat belajar anak. Memahamkan kepadanya bahwa di dalam kondisi bagaimanapun belajar tetap sebuah kewajiban. Karena Allah swt akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan.
Allah Subhanahu wa ta’alaa berfirman:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al Mujadalah: 11)
Orangtua perlu menanamkan prinsip di dalam jiwa anak agar mereka belajar dengan niat karena Allah saja. Mencari rida Allah. Dan pahamkan bahwa keputusan meliburkan sekolah di era Corona ini bukan untuk liburan di rumah alias bermalas-malasan dan bersantai-santai, melainkan memindahkan proses belajar yang tadinya di sekolah menjadi di rumah. Dengan begitu, akan terbangun paradigma di benak anak, bahwa di rumah juga tetap ‘sekolah’.
Selain itu, hadirlah bersama anak di saat proses belajar online itu berlangsung. Jangan serahkan gadget full kepada anak. Melainkan dampingi mereka. Hal ini akan membuat anak merasa dipedulikan sehingga semangat belajarnya tak akan padam.
Dalam praktiknya, anak mungkin saja merasa jenuh dengan serangkaian aktivitas di rumah saja dalam waktu yang tidak sebentar. Maka orangtua juga perlu memutar otak menciptakan kreatifitas belajar dan bermain anak di rumah. Sehingga waktu di rumah saja terasa sangat menyenangkan. Misalnya dengan memasak bersama, membuat prakarya dengan barang-barang bekas, merapihkan kamar bersama, menanam pohon, bercerita, menggambar, dan masih banyak hal seru lainnya yang dapat dilakukan orangtua bersama anak.
Dengan itulah, diharapkan anak akan tetap terjaga semangatnya untuk belajar dan orangtua terjaga kewarasannya. Jangan sampai libur di rumah, anak hanya menonton TV berjam-jam atau bermain games. Tanpa kegiatan produktif dan edukatif. Ini jelas berbahaya bagi perkembangan kepribadiannya di masa mendatang.
Adapun untuk menjawab berbagai tantangan di era Corona ini harus ada sinergisitas diantara kedua orangtua, yakni ayah dan ibu. Keduanya harus saling menopang. Tidak benar, jika semua proses pembelajaran di rumah diserahkan kepada ibu sepenuhnya. Betul bahwa ibu adalah madrasatul ‘ula (sekolah pertama) bagi anaknya, namun bukan berarti ayah tak memiliki peran apa-apa. Ayah adalah kepala sekolahnya. Ia wajib mengontrol dan memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan baik sebagaimana mestinya.
Selanjutnya, tantangan yang harus juga ditakhlukkan oleh orangtua dalam pendidikan anak di era Corona ini adalah bagaimana agar anak tetap bahagia dan ceria. Karena bagaimanapun dunia anak-anak harus bahagia. Betul, mereka harus memahami bahwa kondisi saat ini begitu ‘menyedihkan’, namun bukan berarti keceriaan anak menjadi terenggut. Orangtua harus mampu menjaganya. Berikan hak anak. Lakukan banyak kegiatan di rumah bersama anak. Bahkan bila perlu orangtua ikut dalam permainan anak-anak. Misalnya, jika anaknya perempuan, ikut bermain masak-masakan, boneka. Dll. Jika anaknya laki-laki bisa bermain mobil-mobilan, dan permainan lain yang memungkinkan untuk dilakukan di dalam rumah.
Dengan begitu, anak akan terjaga keceriaannya karena tetap berada di dalam dunianya, yakni bermain. Meski tanpa keluar rumah.
Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan anak di era Corona ini sebetulnya ditentukan oleh orangtua. Jika mereka memiliki tekad yang kuat untuk membersamai anak dan menciptakan suasana yang menyenangkan di rumah, niscaya anak akan tetap semangat belajar dan tidak menjadikannya sebagai beban.