Aya Ummu Najwa
#MuslimahTimes — Tahun ini Ramadhan datang tak seperti biasanya. Ramadhan tahun ini datang tepat ketika dunia sedang mengalami pandemi global karena virus Corona. Suka cita menyambut ramadhan tentunya akan sedikit berbeda tahun ini, karena pandemi yang melanda sedikit banyak berpengaruh pada masyarakat, masih dalam masa karantina, kesedihan dan kepiluan, social distancing yang berefek pada ketentuan berkumpul dalam shalat tarawih pada malam-malam Ramadhan. Tentu ini membuat hati kaum muslimin terasa berat dan pilu. Namun inilah momen untuk bermuhasabah, mengapa pandemi ini terjadi.
Pentingnya bermuhasabah telah Allah perintahkan dalam Alquran, bahwa manusia senantiasa lalai dan melakukan kesalahan, membuat kerusakan dan kurangnya rasa syukur, maka pandemi harusnya menjadi lecutan untuk diri kembali kepada Allah azza wa jalla dan memaksimalkan penghambaan kepadaNya sebagai bekal untuk hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Terjemahan Q.S. AL Hasyr: 18)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa hendaknya manusia menghisab (menghitung-hitung amalnya) dirinya sendiri sebelum Allah yang menghisab dirinya. Hendaknya pula manusia melihat dan memperhatikan bekal dan tabungan amal salih yang akan dibawa ke hadapan Rabbnya. Bahkan, Allah memberikan penegasan kepada manusia dua kali dalam ayat ini untuk selalu bertakwa kepada-Nya yang mencakup pelaksanaan semua perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Corona telah membuktikan betapa manusia itu lemah. Manusia tidak mampu melawan mahluk kecil tak terlihat seperti Corona. Maka apa yang bisa disombongkan oleh manusia, jika Allah telah menurunkan bala’Nya. Tak seorangpun berkutik dan kuasa melawannya, baik dia raja, pemimpin, orang kaya, hebat, semua harus sembunyi di rumah-rumah mereka untuk menghindari virus ini.
Manusia itu lemah, namun senantiasa congkak dan sombong, senantiasa membangkang, menolak aturan Allah, memperturutkan hawa nafsu, senantiasa membuat kerusakan, dan durhaka terhadap Allah. Lihatlah betapa kerusakan telah merajalela di muka bumi, perbuatan liwath sudah menjadi biasa bahkan menjadi budaya, kecurangan dan penipuan menjadi perilaku, seks bebas, perdagangan manusia, pembantaian dan pembunuhan, penjajahan gaya baru, riba dan zina disistemkan, manusia merasa bangga jika bisa menjauhi tuhannya, di sisi lain kaum muslimin terus dibantai dan dan dibunuhi, para ulama dan pengemban dakwah terus dikriminalisasi dan dipersekusi. Begitu rusaknya dunia hari ini hingga alampun begitu marah, gunung Merapi siap meletus, asteroid siap menghantam, Wallahu kurang rusak bagaimana lagi.
Ramadhan tahun ini, haruslah menjadi momen muhasabah diri, mengapa musibah demi musibah tak berkesudahan. Ramadhan tahun ini, haruslah menjadi titik tolak perubahan diri dan juga umat, untuk kembali ke jalan ilahi, dengan bertaubat dan kembali menerapkan hukum-hukum sang pencipta. Ramadhan tahun ini, harusnya menjadi akhir dari kearogansian sistem buatan manusia yaitu kapitalisme yang rusak dan merusak. Ramadhan tahun ini, haruslah menjadi akhir dari tiadanya khilafah di muka bumi. Biidznillah.
Wallahu a’lam