Oleh : Nay Beiskara
(Pengasuh Komunitas Pena Islam & Revowriter)
Muslimahtimes– Perempuan itu cerdas. Dan memang harus cerdas. Ia memiliki potensi yang sama dengan lelaki berupa akal. Tujuannya agar mampu memahami tanda-tanda kekuasaan Sang Maha Pencipta. Lalu, dengan akalnya ia tertaklif dan diperintahkan tuk tunduk kepada aturan Rabbnya, bukan yang lain. Tak hanya itu, dengan akal yang istimewa jauh dari kebutaan, ia berdiri di garda terdepan tuk mencetak generasi pilihan dan meninggalkan jejak tuk peradaban gemilang, yakni peradaban Islam.
***
Peradaban Dunia, terutama di Barat sebelum masa Islam memandang perempuan amat hina. Hak asasi mereka dilanggar dan diposisikan sebagai budak tak dianggap, warga kelas dua. Seorang ayah atau suami boleh memperlakukan anak-anak perempuan dan istri mereka dengan semena-mena. Menjual anak perempuan menjadi hal yang biasa. Bahkan lebih parahnya, konferensi tingkat tinggi negara-negara Eropa saat itu mempertanyakan, perempuan itu makhluk jenis apa. Luar biasa rendahnya pandangan mereka terhadap perempuan. Perempuan tak ayalnya alat pemuas hasrat seksual semata. Tak dipandang mulia dan tak memiliki hak tuk bersuara.
Pandangan inilah yang menjadikan perempuan pada saat itu merasa tak diperhitungkan dan terlebih lagi tak diakui hak-hak mendasarnya. Akhirnya, mereka berontak terhadap kondisi yang ada dan mulailah muncul pergerakan perempuan di sana. Tujuan pergerakan ini tuk menuntut diakuinya hak asasi mereka meliputi hak tuk hidup, hak tuk mengenyam pendidikan, hak bersuara dan hak diperlakukan secara adil sesuai fitrahnya. Walaupun pada gilirannya kini, gerakan perempuan (feminisme) ini semakin membabi buta dalam menuntut haknya. Bahkan, mereka menginginkan keberadaan mereka disamaposisikan dengan laki-laki di segala lini kehidupan, terutama bidang ekonomi dan politik.
Dalam hal ini, izinkan Penulis fokus pada pembahasan perempuan dan hak mengenyam pendidikan. Peradaban Barat dahulu sengaja membiarkan para perempuan bodoh alias tak berpendidikan. Berbeda dengan Peradaban Islam yang memuliakan perempuan dengan mengakui hak tuk merasakan pendidikan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah jelas dikatakan bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.
Dalil di atas merupakan ketegasan dari Allah dan Rasul-Nya tuk manusia agar menghindarkan diri dari kebodohan. Suatu bentuk perintah agar manusia, baik laki-laki maupun perempuan menjadikan dirinya menguasai ilmu. Ilmu dunia dan terlebih lagi ilmu akhirat (ilmu agama). Dari sini, jelas bahwa dalam hal pendidikan, Islam tak hanya mewajibkan laki-laki, tapi juga perempuan. Karena laki-laki dan perempuan diberi potensi yang sama berupa akal agar mampu berpikir, membedakan yang benar dari yang batil.
Letak keadilan Allah, salah satunya dengan memberikan keduanya potensi akal agar sama-sama mengoptimalkan akalnya tuk memamahami tanda-tanda kekuasaan Allah yang tersirat maupun tersurat. Terlebih lagi, perempuan dalam Islam ditaklif tuk mengemban amanah khasnya sebagai ummu wa robbatul bait. Pengurus rumah tangga suaminya sekaligus madrasah pertama dan utama bagi buah hatinya.
Perempuan menjadi awal terbentuknya generasi yang sholeh dan sholehah. Oleh karenanya, penting bagi perempuan tuk menjadi cerdas. Dengan kecerdasannya ia kan mampu membimbing anak-anaknya sesuai akalnya dengan benar. Yakni, sesuai dengan sistem pendidikan dan kurikulum yang telah dipedomankan oleh agamanya, Islam.
Output pendidikan Islami, yaitu generasi yang sholeh dan sholehah inilah yang kan menjadi jejak para perempuan yang sholehah dalam kehidupan. Jejak dari kaum ibu yang telah terpahamkan oleh pemikiran dan keyakinan yang benar seperti ini menjadi pemantik, sumber kekuatan yang kan membangkitkan kembali peradaban Islam yang dahulu sempat berjaya sekitar 14 abad lamanya.
Jejak yang agung tuk peradaban gemilang pun mampu ditorehkan melalui kontribusinya memahamkan umat, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kecerdasannya pula, perempuan yang sholehah menjadikan gagasan yang dipahami sebagai amunisi tuk menumbangkan sistem kufur yang tengah tegak di atas landasan akidah yang rusak dan menggantinya dengan pemahaman yang benar berlandaskan akidah Islam. Dengan begitu, fajar kebangkitan kan menyongsong umat. Mengantarkan umat pada kejayaan sebagaimana dahulu pernah terjadi. Wallahua’lam bishshowwab.