Analogi Noda Yang Membandel
Oleh : Desy Nur Cs
Muslimahtimes – Untuk membersihkan noda membandel di pakaian, kita butuh deterjen yang mampu menghilangkan noda sekali kucek. Kalau perlu tanpa merendam baju berlama-lama dan tanpa
dicuci berulang kali, deterjen itu mampu membersihkan noda yang paling bandel sekalipun.
Pertanyaannya, apakah ada deterjen yang demikian? Jawabnya pasti ada. Hanya saja harga dari deterjen itu pasti mahal dari harga sabun cuci pada umumnya. Dan keberadaannya pun bisa menjadi primadona di kalangan ibu rumah tangga, sehingga produk ini menjadi langka di pasaran.
Bisa dibayangkan, jika deterjen ini kita analogikakan dengan keadaan masyarakat di negeri ini yang sangat bandel. Tidak sedikit dari kita menganggap bahwa keadaan ramainya masyarakat di pertokoan baju atau pasar menjelang hari raya kemarin adalah dikarenakan individu yang bandel. Yang sangat menyepelekan dampak buruk di tengah pandemi.
Jika saja kita bisa lebih peka melihat keadaan dari beberapa peristiwa. Harusnya pula kita dapat mengambil kesimpulan. Bahwa kebandelan masyarakat ini dikarenakan suatu sebab dan ada caranya untuk mengatasi. Jadi bukan hanya terfokus pada ramainya kerumunan tapi lihatlah adanya peluang untuk bisa berkerumun di sana.
Contoh, ketika pertama kali himbauan jaga jarak (sosial distance) mulai disiarkan, apa yang terjadi? Sebagian masyarakat mulai mengikuti anjuran untuk berdiam diri di rumah. Walau tidak semuanya. Lalu, himbauan untuk tidak membuka/membatasi pelayanan umum seperti pertokoan (mall), transportasi, sekolah, dan lain-lain. Apa pula yang terjadi? Ya, sebagian dari masyarakat pun akhirnya mengikuti. Jalan-jalan mulai sepi, aktivitas mulai terbatasi dan kebanyakan dari kita memilih untuk berdiam diri di rumah saja. Keluar hanya jika ada kepentingan yang mendesak.
Lanjut berikutnya, himbauan untuk berdamai dengan corona mulai disiarkan. PSBB mulai dilonggarkan ketika persis menjelang hari raya. Dimana moment itu adalah tradisi masyarakat mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut lebaran bersama keluarga. Dari makan bersama yang akhirnya membuat masyarakat berbondong menuju pasar untuk membeli bahan makanan, baju baru dimana masyarakat juga berbondong pergi ke mall, mudik juga tidak kalah dipadati oleh banyaknya masyarakat yang ingin berkumpul bersama keluarganya.
Terkesan bandel memang. Seolah tidak ada takut atau khawatirnya virus ini makin mudah menular kepada siapa saja. Padahal kalau kita bisa peka sedikit saja untuk melihat. Kebandelan ini datang karena ada peluang. Coba saja kita bayangkan, kalau himbauan ini secara tegas diganti menjadi sebuah aturan yang sifatnya bersanksi, kira-kira apakah masih ada masyarakat yang bandel? Kalau pun ada, saya yakin itu hanya segelintir orang yang kemudian bisa diatur lagi.
Noda membandel bisa diatasi dengan deterjen yang super ampuh membersihkan hingga benar-benar bersih. Kalau perlu tanpa kerja keras yang ekstra. Cukup rendam sebentar dan
kucek sekali saja. Walau dibutuhkan banyak biaya untuk membelinya, tapi jika dinilai dari manfaatnya itu lebih baik dari pada harus bekerja keras mencuci namun masih meninggalkan noda di pakaian.
Demikian pula masyarakat kita, walau dibutuhkan biaya yang besar untuk mengatasi kebandelan ini. Yang artinya, jika saja negara kita siap memberi kucuran dana lebih untuk mensejahterakan masyarakatnya untuk tetap tinggal di rumah, melengkapi kebutuhan selama pandemi. Tidak memberi kebijakan yang melonggarkan. Pastilah ini semua bisa kita lewati bersama demi melandainya kurva grafik pasien corona di rumah sakit.
Kini, semua sudah terlanjur terlewati. Harusnya kita bisa mengambil pelajaran banyak dari peristiwa ini. Untuk lebih peka lagi. Menempatkan permasalahan sesuai dengan sumber berawalnya muncul. Lalu mengembalikan solusi dari sumber yang paling terpercaya yaitu Alquran.
.
Jika memang yang dipentingkan negri ini hanya tentang uang dan uang, yang katanya kalau tidak ada uang tidak bisa makan. Maka untuk apa kita menjadi kaya karena uang, sementara kondisi tubuh kita tidak sehat/sakit. Setelah ini, kita akan menjalani himbauan baru yaitu NEW NORMAL. Yang saya dengar, akan dilihat hasilnya seminggu ke depan. Jika kondisi baik-baik saja, maka akan diberlakukan pada semua daerah. Maka mari sama-sama berdoa, semoga bukan kebijakan yang membahayakan lagi.
.
Kita yang kuat akan bertahan walau sudah terpapar virus corona ini. Untuk itu, senantiasa jaga kesehatan, jaga imun tubuh, selalu berdoa meminta perlindungan kepada Allah SWT. Dan ingat pesan ini, “Untuk apa kaya jika tubuh kita sakit”. Mana yang lebih penting bagi anda? Uang atau kesehatan. Jika keduanya sama-sama penting. Ayo, kita tengahi kebijakan ini. Kita sendiri yang tahu kebutuhan kita. Jika penguasa negri sudah lepas tangan untuk peduli. Jadi berpandailah kita sebagai individu dalam menjaga diri. Dimulai dari diri kita sendiri. Untuk keluarga kita, dan orang lain.