Oleh: Ulfah Sari Sakti,S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)
#MuslimahTimes — Pemerintah rencananya per 1 Juni 2020 akan memberlakukan new normal life, (tatanan normalbaru) padahal hingga saat ini jumlah masyarakat yang positif Covid-19 belum mengalami penurunan. Pro dan kontra datang dari berbegai elemen masyarakat sehubungan dengan rencana pemerintah tersebut. Seperti yang dikemukakan Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr Hermawan Saputra. Hermawan mengkritik persiapan pemerintah menjalankan kehidupan new normal.
Menurut dia belum saatnya, karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari. “Saya kira baru tepat membicarakan new normal ini sekitar minggu ketiga / empat Juni nanti maupun awal Juli. Nah, sekarang ini terlalu gegabah kalau kita bahas dan memutuskan segera new normal itu,” ujar Hermawan.
Terlalu dini, maksud Hermawan adalah wacana new normal ini membuat persepsi masyarakat seolah-olah telah melewati puncak Pandemi Covid-19, namu kenyataan belum dan perlu persiapan-persiapan alam new normal tersebut.
“Jadi, new normal ini adalah sesuatu yang akan dihadapi, namun berbincang new normal ini banyak pra syaratnya. Pertama, syaratnya harus sudah terjadi perlambatan kasus. Dua, sudah dilakukan optimalisasi PSBB,” sebutnya.
Ketiga, masyarakatnya sudah lebih memawas diri dan meningkatkan daya tahan tubuh masing-masing. Keempat, pemerintah sudah betul-betul memperhatikan infrastruktur pendukung untuk new normal. “Selanjutnya, apakah hal ini sudah berlangsung dan sudah terjadi, rasanya belum,” sambungnya
Hermawan mengatakan, puncak Pandemi belum dilewati bahkan kasus cenderung naik. Akibatnya, prediksi-prediksi yang mengatakan puncak Pandemi belum dilewati bahkan kasus cenderung naik. Akibatnya, prediksi-prediksi yang mengatakan puncak Pandemi pada awal Juni akan mundur hingga akhir Juni maupun awal Juli.
“Hemat saya kita harus bersabar dan memiliki daya tahan ya. Namun itu tergantung dari pemerntah, harus konsisten juga dalam mengambil kebijakan, disiplin untuk memberikan statement dan juga adanya penguatan-penguatan pelayanan di lapangan,” tuturnya (m.merdeka.com/25/5/2020).
Bercermin dari Pelonggaran Lockdown di Cina, Korsel, Prancis dan Finlandia, Sebelum Pemberlakuan New Normal
Kompas.com (11/5/2020) merilis Kasus Baru di Cina dan Korea Selatan (Korsel) Tunjukkan Resiko Pelonggaran Lockdown. Yang mana klaster baru dari kasus Virus Corona kembali muncul di ibu kota Korsel, Seoul. Korsel merupakan salah satu negara yang harus menghadapi Pandemi ini pada awal kemunculannya.
Setelah berminggu-minggu, melakukan tindakan seperti penetapan jarak fisik dan pengawaaan, negara ini pun mulai melonggarkan pembatasan. Namun, kemunculan klaster baru ini menngubah persepsi akan kondisi Pandemi dan kelonggaran tersebut.
“Kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita mengenai pencegahan epidemi,” kata Presiden Korea Selatan, Moon Jae-In.
Sementara itu sejak sekolah dibuka kembali, anak-anak senang karena bisa kembali ke rutinitas mereka seperti sebelum munculnya Pandemi Covid-19. Namun, dengan sekolah dibuka kembali nyatanya menjadi ancaman tersendiri bagi anak-anak maupun staf sekolah dalam terinfeksi Vrus Corona. Peristwa ini sebagaimana terjadi di Prancis.
Pada 11 Mei 2020, sekolah dan penitipan anak di Prancis kembali dibuka, dalam hal itu sekitar 1,4 juta anak kembali ke sekolah. Namun sejak sekolah di buka kembali, setidaknya ada 70 kasus Covid-19 yang dilaporkan yang terdeteksi di sekolah-sekolah. Kasus tersebut terjadi di kalangan penitipan anak dan sekolah dasar di Prancis, seperti dilansir dari Dailymail.
Menteri Pendidikan Prancis, Jean-Michel Blanquer mengatakan semua lembaga yang terkena dampak telah ditutup.
Dilansir dari Xinhua, dua hari setelah sekolah dibuka kembali, beberapa kelas di Porvoo dan Sipoo, Finlandia Selatan, akan kembali beralih ke pembelajaran jarak jauh. Hal ini terjadi karena puluhan guru dan murid telah terinfeksi Virus Corona. Kota Porvoo melaporkan pada hari Minggu bahwa seorang siswa sekolah Lonnajoki di Porvoo telah terinveksi Covid-19.
Sebanyak 17 siswa dan 4 guru yang telah terpapar Virus Corona di sekolah menengah yang memiliki 550 siswa itu. Kini, semua yang terpapar Covid-19 melakukan karantina di rumah. (gridhealth.id/19/5/2020).
Sistem Islam Utamakan Kesehatan (Nyawa Umat)
Pada masa kekhilafahan Islam, tepatnya Khalifar Umar bin Khattab pernah terjadi wabah Tha’un (sejenis penyakit Kolera). Umar tidak memberikan keputusan sendiri, tetapi meminta pendapat dari para pakar dan orang-orang yang berilmu berkaitan dengan wabah ini.
Amr bin Ash, seorang yang dikenal cerdik dalam mengatasi masalah-masalah rumit, mulai melakukan analisa terkait wabah ini. Dia amenyimpulkan bahwa penyakit ini meluar saat orang-orang berkumpul, sehingga rekomendasi yang diberikan yaitu melakukan karantina kepada masyarakat.
Masin-masing diperintahkan untuk berpisah, ada yang ke gunung, ada yang ke lembah, dan ke tempat-tempat lainnya. Hasilnya hanya berselang beberapa hari, jumlah orang yang terkena wabah ini mulai sedikit dan wabah pun lenyap.
Umar bin Khattab selaku khalifah selaku khalifah, pemimpin negara kala itu, taat dengan rekomendasi Amr bin Ash sebab Amr bin Ash memiliki keillmuan dibanding dengan lainnya. (MuslimahNews.com/29/5/2020)
Umar sadar betul bahwa kesehatan (nyawa) manusia lebih utama dibandingkan mencari solusi lainnya, misalnya keterpurukan ekonomi masyarakat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak” (HR Nasai dai dan Turmudzi dan dishahihkan al-Albani).
Selain itu seorang pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap masyarakatnnya, karena kelak akan dimintai pertanggung jawaban. Seperti sabda Rasulullah saw,” Sesungguhnya (kepemimpinan) itu adalah amanah. Pada hari kiamat ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi mereka yang menunaikan amanah tersebut sesuai haknya dan menjalankan kewajibannya”.(HR Muslim).
Fokus pemerintahan Sistem Islam yang mengutamakan keselamatan (nyawa) masyarakat, berbeda dengan sistem Kapitalis-Sosialis yang mengatasnamakan kepentingan masyarakat untuk mengeruk kekayaan alam, atau pun mengambil keuntungan dari kegiatan pembangunan. Semoga saja sistem Islam segera tegak, sehingga permasalahan umat dapat mencapai solusinya.
Wallahu’alam bishowab.