Bonding di masa Pandemi Corona Trending
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
(Ibu Rumah tangga, Penulis, Editor)
Muslimahtimes – Banyak cerita galau dan sedih selama masa pandemi Covid-19. Mulai dari kelaparan, banyaknya pengangguran sebab gelombang PHK terus terjadi, hingga kehilangan anggota keluarga akibat Covid-19. Namun sebetulnya lebih banyak lagi cerita manis merebak di sela-sela kegalauan dan kesedihan tersebut. Banyak keluarga menemukan kembali napas kebersamaan yang dulu mungkin tersapu kesibukan masing-masing.
Kini masing-masing anggota keluarga memiliki waktu yang banyak untuk mempererat hubungan antarkeluarga. Diantaranya mempererat bonding di tengah pandemi Covid-19. Hal sederhana yang semula tak terpikirkan bisa saja mulai digali.
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau) (HR Muslim 2631).
Islam sungguh memuliakan anak perempuan bahkan sejak mereka belum dewasa. Cara pandang yang sangat berbeda dengan Kapitalime Barat dimana perempuan adalah komoditas dan bagian dari perputaran perekonomian. Setiap inci tubuhnya bisa dihargai sekalipun tak salih di hadapan agama bahkan mungkin tak berotak.
Semakin terbuka kepada pemikiran feminisme, kebebasan dan kesetaraan gender, maka anggapan khalayak ia semakin modern. Sungguh nista!
Islam menjadikan anak perempuan istimewa, ia mampu menjadi tameng orangtuanya dari jilatan api neraka. Maka tentulah secara akal sehat kita tak mungkin menyiapkan mereka asal-asalan. Anak perempuan kita harus diajari bagaimana semestinya ia berbuat dan berbicara dalam kapasitasnya sebagai perempuan sebagaimana yang diseru Allah SWT.
Salah satunya adalah mengajarinya life skill. Sebab kelak ialah pemilik sebuah rumah tangga. Ratu di dalamnya. Namun sayang kurikulum negeri ini tidak mendukung 100% selain mengarahkan life skill hanya yang berhubungan dengan entrerprener atau pengusaha. Yang samasekali tak berhubungan dengan misi terhebat sesaat setelah ia dilahirkan ke dunia, yaitu menjadi ummu wa rabbatul bait wa madrasatul ula bagi anak-anaknya.
Dan faktanya dari 10 ibu berapa banyak yang mengeluh anak gadisnya tidak peduli dengan pekerjaan rumah tangga? Menyapu tak tahu, apalagi mencuci baju atau memasak. Sungguh Allah Maha Adil, diizinkanNya Covid-19 mengubah semua tatanan kehidupan . Agar kitapun berbenah. Menata apa yang kemarin tertinggal. Itupun saya rasakan luar biasa, bagaimana sepanjang Ramadan saya dan gadis bungsu menyiapkan hidangan dengan saling membantu.
Terasa hangat dan bonding apalagi yang berharga dari hal ini? Meskipun lisannya tak berhenti bertanya dan kekikukannya di dapur membuat semua benda seakan salah tempat karena ada saja yang tersenggol. Namun intinya kami menikmati proses dari bahan hingga jadi dan terhidang di atas meja makan. Lantas dengan bangga ia berucap,” Itu adik yang masak”.
Dalam hati berkata kelak dapur inilah kekuasaanmu, penuhilah suami dan anak-anakmu dengan kenikmatan kuliner hasil perpaduan cinta dan kepiawaian memasak. Rasakan kilatan mesra mata suami dan manjanya anak-anakmu ketika mereka memuji masakaanmu dan kemudian dengan rela menjadi marketer kepada siapapun yang kamu temui dengan iklannya ” Masakan ibuku is the best”
So, jangan lewatkan sedetikpun waktu berhargamu Mom mulai sekarang, anak-anakmu kelak melesat lebih kencang dari anak panah. Meninggalkan kenangan yang takkan terulang. Raih pahalamu dan cinta yang tak lekang dari gadismu kelak ketika mereka telah menjadi tanggung jawab imamnya.