Oleh. Mela Ummu Nazry
#MuslimahTimes — Upaya penaklukan konstantinopel, ternyata telah dilakukan oleh para sahabat sejak masa kekhilafahan Umar bin Khattab ra. Mereka bersungguh-sungguh dalam meraih gelar sebagai pemimpin pasukan terbaik dan pasukan terbaik, walapun upaya tersebut menemui kegagalan. Dan para sahabat yang berusaha menaklukkan benteng kota Konstantinopel dipanggil pulang oleh Khalifah Umar bin Khattab ra dan dilarang untuk bertempur dilautan.
Namun Upaya penaklukan benteng kota Konstantinopel tidak berhenti saat mengalami kegagalan, upaya ini ternyata terus berlanjut oleh para sahabat hingga kekhalifahan Utsman bin Affan ra. Dan pasukan penakluk ini kembali ditarik mundur oleh Khalifah Utsman bin affah ra, juga setelah mengalami kegagalan menembus benteng kota.
Upaya penaklukam terus berlanjut hingga kekhilafahan Umawiyah, yang juga bernasib sama, gagal dalam upaya penaklukannya.
Hingga 800 tahun kemudian, setelah kabar tentang penaklukan kota konstantinopel disampaikan oleh Baginda Nabi, upaya ini betul-betul terealisasi dibawah komando seorang khalifah kekhilafahan Utsamaniyah, Sultan Muhammad II atau lebih dikenal sebagai Sultan Muhammad AlFatih bin Sultan Murad II.
Allah SWT akhirnya memberikan kemenangan kepada kaum muslimin, setelah upaya maksimal dan sungguh-sungguh mereka dalam mewujudkan bisyaroh Rasulullah Muhammad SAW.
Upaya sungguh-sungguh dalam kapasitas sebagai manusia, yang berusaha semaksimal mungkin dalam menjawab seruan Allah SWT dalam mempersiapkan berbagai macam hal yang diperlukan untuk upaya penaklukan tersebut.
Segala aspek dipersiapkan, dari sisi kekuatan militer dengan keimanan dan keyakinan yang kokoh, ekonomi yang mumpuni, politik dalam dan luar negeri yang memang dipersiapkan untuk aktivitas penaklukan tersebut. Dengan persiapan terbaik dari yang terbaik. Ditopang juga dengan kondisi bahwa saat itu kekhilafahan Utsmani berada dalam puncak kekuatannya, dalam seluruh aspek kehidupan. Sedangkan pemerintahan dibalik benteng Kota Konstantinopel dibawah pimpinan seorang kaisar Romawi yaitu Kaisar Konstantin Palaiologos saat itu berada dalam puncak kemundurannya dalam segala aspek kehidupan. Ditambah perpecahan dalam tubuh kekaisaran Romawi timur dan gereja.
Namun, tetap saja walaupun Romawi berada dalam puncak kemunduran dan keterpecahannya, upaya untuk menaklukan Konstantinopel tetaplah membutuhkan energi yang cukup menguras tenaga dan fikiran kaum muslimin. Sebab benteng kota Konstantinopel tetap mampu berdiri tegak ditengah badai perpecahan dalam negeri yang menghantamnya.
Persiapan terbaik betul-betul dilakukan oleh kaum muslimin dalam upaya menaklukan benteng kota Konstantinopel. Persenjataan terhebat dan tercanggih dizamannya pun dibuat dan dipersiapkan sebaik-baiknya dan yang termodern. Jumlah pasukan yang ikut menaklukan pun tercatat sangat luar biasa banyaknya, belum lagi persiapan logistik dan yang lainnya. Namun dari seluruh persiapan mumpuni yang dilakukan ternyata kemurnian keimanan dan kemurnian tekadlah yang akhirnya mampu mengetuk pintu langit. Bahwa maksud penaklukannya adalah untuk menghilangkan tembok penghalang sampainya cahaya Islam keseluruh penjuru dunia.
Kemurnian keimanan yang membuat tak ada sedikitpun kemaksiatan dilakukan oleh satu orang prajuritpun. Semua taat dan patuh pada syariat Allah SWT, dengan ketaatan dan kepatuhan yang tak mampu ditandingi oleh pasukan manapun, saat itu.
Sehingga Allah SWT ridlo dengan segala upaya yang kaum muslimin lakukan. Akhirnya Allah SWT memberikan kemenangan itu pada pemimpin dan pasukan terbaik ini. Setelah pengorbanan terbaik dan doa terbaik dipersembahkan.
Pemimpin hingga para prajurit pasukan semuanya terikat dengan hukum syariat, mereka sungguh-sungguh melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Seluruh amalan wajib dan sunah dilakukan, seluruh amalan haram, makruh bahkan mubah ditinggalkan. Keterikatan terhadap hukum syariat dan keteguhan iman inilah yang menyebabkan Allah SWT menurunkan pertolongannya, hingga Konstantinopel mampu ditaklukan.
Rupanya, sejarah mencatat jika penaklukan Konstantinopel ini adalah langkah awal Sultan Muhammad AlFatih untuk melangkah menuju Roma. Jalan menuju penaklukan kota kedua pun dirintisnya. Namun ditengah perjalannan upaya penaklukan kota kedua yang telah dijanjikan, Allah SWT memanggilnya pulang Sultan Muhammad AlFatih, wafat ditengah-tengah pasukannya yang sedang melakukan perjalanan jihad fisabilillah.
Rupanya, Allah SWT, memberikan kesempatan bagi generasi berikutnya dari kaum muslimin untuk mendapatkan gelar sebagai pemimpin pasukan dan prajurit terbaik sebagaimana pendahulunya Sultan Muhammad AlFatih, untuk menaklukan kota Roma seperti yang telah disampaikan sebagai kabar gembira (bisyaroh) oleh Rasulullah Muhammad sAW.
Namun, penaklukan kota Roma tidak akan terjadi kecuali dengan pasukan dan pemimpin pasukan terbaik, sama seperti pendahulunya yaitu Sultan Muhammad AlFatih dan pasukannnya.
Yaitu pasukan dan pemimpin pasukan yang memiliki keimanan paling baik, keimanan terbaik dari yang terbaik. Pelaksana hukum syariat Islam yang paling unggul dan mumpuni. Pelaksana seluruh kewaiiban-kewajiban yang telah Allah SWT tetapkan, dan meninggalkan seluruh larangan dari Allah SWt. Terikat dengan seluruh hukum syariat yang telah Allah SWT tetapkan, tanpa pilih-pilih.
Pasukan penakluk kota Roma ini pastilah pasukan yang sangat memahami seluruh hukum syariat dan pelaksanaannya.
Artinya para calon penakluk kota Roma adalah orang- orang yang terbaik dan terdepan dalam mengamalkan seluruh hukum syariat yang telah Allah SWT dan rasulNya tetapkan. Mulai syariat Islam yang terkait dengan urusan pribadi, bagian dari anggota masyarakat bahkan saat menjadi negarawan dan pemimpin.
Mereka adalah orang-orang yang menjalankan syariat Islam kaffah dari mulai urusan dapur hingga urusan tempur.
Mereka adalaah orang-orang yang menjalankan syariat Islam kaffah mulai dari aspek sosial ekonomi, kebudayaan, politik dalam dan luar negeri, hingga pertahanan dan keamanan. Semua memakai dan menggunakan hukum syariat Islam kaffah.
Mereka adalah ogang-orang yang menjadikan syariat islam kaffah sebagai satu-satunya tuntunan bagaimana cara menaklukkan kota Roma yang dijanjikan dan dikabarkan langsung sebagai kabar gembira oleh Rasulullah muhammad SAW.
Dan mereka para penakluk Kota Roma akan mendapatkan julukan sebagai pemenang, dan sebaik-baiknya pasukan juga sebaik-baiknya pemimpin pasukan.
Sungguh sebuah julukan yang membuat semua orang bercita-cita dan berusaha untuk mewujudkan cita-cita mulia ini, yaitu menjadi sebaik-baiknya pasukan dan sebaik-baiknya pemimpin.
Karena itu, kita akan menjadi bagian dari para penakluk itu, manakala kita berusaha dan berupaya untuk menegakkan sistem Islam yang mampu melahirkan pemimpin dan pasukann terbaik ini. Karena hanya sistem islam saja yang mampu untuk membentuk para penakluk dengan julukan sebaik-baiknya pasukan dan sebaik-baiknya pemimpin pasukan.
Sebab hanya sistem Islam saja yang mampu melaksanakan seluruh hukum syariat islam dalam kancah kehidupan, sebagai syarat membentuk pasukan militan yang akan mampu mewujudkan bisyaroh (kabar gembira) Rasulullah SAW sebagai penakluk kota Roma.
Sebab menaklukkan kota Roma, adalah misi suci yang pasti akan terwujud. Dan hanya orang yang bersungguh-sungguh saja yang akan mendapatkan gelar terindah yang diberikan oleh Rasulullah SAW sebagai pasukan dan pemimpin pasukan terbaik.
Sungguh, tidak akan pernah ada yang dapat melampaui kehebatan dan kecanggihan sebuah pasukan penakluk kota Roma kelak. Sebab gelar dan julukan itu langsung diberikan oleh Allah SWT dan RasulNya.
Dan ini adalah tantangan terhebat dan terbesar yang harus diwujudkan oleh seluruh kaum muslimin. Sebab penghargaannya adalah keridoan Allah SWT dan RasulNya.
Dan pasukan penakluk kota Roma ini adalah pasukan yang tidak akan pernah lahir dari rahim sistem sekuler kapitalis dan sosialis komunis. Tidak.
Namun, pasukan penakluk Kota Roma ini adalah pasukan yang akan lahir dari sistem Islam yang menerapkan syariat Islam kaffah dalam bingkai Khilafah ala minhajinnubuwwah.
Wallahualam.