Oleh: Hamsina Halik
(Revowriter Mamuju)
Muslimahtimes– Kembali generasi dunia maya disuguhkan dengan challenge unfaedah. Lathi Challenge, itulah namanya. Di paltform Tik Tok #LathiCallenge ini sangat ramai. Challenge ini sendiri dinamakan dengan challenge make up dengan backsound lagu berjudul Lathi. Video diawali dengan make up yang sederhana dan cantik layaknya pengantin dengan mengenakan pakaian tradisional dari berbagai daerah disertai dengan tarian gemulai oleh pembuatnya, laki-laki maupun perempuan yang kemudian diakhiri dengan penampakan make up bak setan yang mengerikan.
Challenge ini diviralkan oleh seorang MuA remaja bernama Jharna Bhagwani yang masih berusia 17 tahun. Jharna mengkolaborasikan bakatnya dengan lagu Lathi di platform Tik Tok, alhasil mendapatkan apresiasi tak hanya dalam negeri tapi juga secara internasional. Sedangkan, lagu Lathi sendiri merupakan single terbaru dari Weird Genius hasil kolaborasi bersama Sara Fajira. Yang tidak lain merupakan pemuda-pemudi negeri ini. Hingga akhirnya lagu ini booming, tak hanya di negeri ini tetapi telah melanglang buana ke seluruh penjuru dunia. Sejak dirilis Maret lalu melalui akun youtube oleh Weird Genius, video ini sudah ditonton kurang lebih 58 juta kali. Sungguh luar biasa!
Mengapa bisa ramai di kalangan generasi negeri ini? Terutama kaum hawa merasa punya koneksi dengan lagu ini ditambah adanya kreativitas yang penuh dengan unsur keindahan, menjadi salah satu alasannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Psikolog Klinis Adityana Kasandra Putranto, yang dilansir dari kompas.com, disebutkan bahwa, “Banyak perempuan merasa memiliki koneksi dengan lagu ini, lalu ditambah kreativitas para MUA yang menyajikan unsur keindahan tambahan sehingga lengkap menjadi sebuah Music Beauty Fashion yang artistik,”
Selain itu dari segi lagu, menurutnya itu adalah lagu yang bagus, digarap dengan indah, dan kaya akan alunan musik. Ditambah lagi musiknya merupakan perpaduan hi-tech dan tradisional.
Pro dan Kontra
Dibalik viralnya Lathi Challenge ini, menuai banyak pro dan kontra. Yang pro tentu saja datang dari pengagum seniseni dan kreativitas anak bangsa yang luar biasa. Lagu ini menggabungkan konsep musik EDM (Musik dansa elektronik atau electronic dance music) dan etnik Jawa ditambah dengan lirik gabungan Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa, sukses membuat sebagian besar penikmat seni berdecak kagum melihatnya. Beberapa komentar netizen mengatakan bahwa ini adalah Music Video yang luar biasa hebat, sudah pantas go international melestarikan budaya Indonesia, bahkan ada yang terharu dan bangga dengan karya anak bangsa ini dan berbagai komentar lainnya yang kurang lebih sama.
Yang kontra beranggapan bahwa lagu ini penuh dengan hal berbau horor dan mistik. Bahkan ada yang berkata bahwa tarian yang ada dalam video tersebut adalah tarian pemanggil atau pemuja setan. Terlebih makna dari lagu tersebut mengisahkan seorang perempuan yang terjerat dalam toxic relationship. Perempuan penuh keberanian dalam menghadapi hubungan ini, awalnya lemah berubah menjadi perempuan kuat dan menyeramkan untuk melakukan balas dendam kepada pasangannya. Tak dapat dipungkiri memang kekerasan terhadap perempuan masih terus terjadi. Baik dalam hubungan yang sah maupun yang tidak sah. Perempuan selalu menjadi korban.
Tentu bagi pengagum seni dalam sistem kapitalis sekular ini adalah kreativitas yang luar biasa. Patut diacungi jempol. Meski itu jauh dari nilai-nilai moral dan agama. Sebab, memang seperti itulah akidah sekular dalam ideologi kapitalisme, menjauhkan agama dari kehidupan. Melahirkan paham kebebasan, termasuk dalam seni. Sehingga nilai moral dan agama tak jadi acuan, melainkan manfaat dan kepuasan yang diraih ketika melakukannya. Maka wajarlah jika muncul berbagai challenge-challenge yang jauh dari nilai-nilai positif. Termasuk Lathi Challenge ini.
Krisis Identitas
Viralnya Lathi Challenge ini menjadi bukti bahwa generasi terutama muslimah saat ini masih menyandang status latah. Apapun itu, challenge atau hal lainnya. Tak peduli baik atau tidak, menguntungkan atau merugikan. Selama itu mengasyikkan dan menyenangkan bagi mereka. Sebatas meraih kepuasan diri atau sekadar seru-seruan dan mengisi waktu luang, bahkan ada yang menjadikannya sebagai cara untuk menunjukkan diri bahwa mereka pun up to date. Ingin diakui ditengah-tengah komunitas mereka.
Nampak bahwa pelaku terbanyak dari Lathi Challenge ini adalah kaum remaja, generasi milenial yang mayoritas muslim. Dengan bangganya merias wajah bak iblis disertai dengan tarian yang gemulai, dipertontonkan sejagad maya mengindahkan kehormatan dan kemuliaan seorang muslimah. Sangat disayangkan, ketika seluruh tubuh dijadikan sebagai sumber perhatian untuk mencapai popularitas. Tapi, atas nama kebebasan berekspresi itu adalah hal yang wajar. Maka, tak usah heran jika kasus kekerasan dan kejahatan seksual terhadap perempuan terus meningkat.
Benarlah kapitalisme dengan asas sekulerismenya telah berhasil merusak generasi muslim. Menjauhkan agama dari kehidupan, menyebabkan terjadinya kemerosotan akidah yang membuat mereka semakin jauh dari agamanya. Krisis identitas pun melanda generasi. Muslim, tapi tak nampak sebagai seorang muslim. Tak lagi menjadikan agama sebagai acuan dalam berprilaku dan bertindak. Bebas berbuat semaunya.
Berbeda dengan Islam, karena generasi adalah tonggak peradaban, maka kualitas generasi muslim adalah hal utama dan menjadi perhatian serius. Sedini mungkin menanamkan keimanan yang kokoh dan ketakwaan kepada pencipta-Nya adalah poin penting dalam pendidikan Islam. Jika sudah merasuk ke dalam jiwa umat Islam kemudian akan menjadikan Islam sebagai standar dalam berpikir dan berbuat. Alhasil akan terbentuk kepriabdian Islam dengan pola pikir dan pola sikap yang Islami yang berlandaskan pada akidah Islam.
Hal ini akan menyelamatkan mereka dari hal-hal yang tak berfaedah. Senantiasa menjauhkan diri dari hal yang bisa merusak akidahnya termasuk segala aktivitas dan challenge-challenge hasil peradaban sekular yang menakutkan. Sehingga, generasi pun tak lagi menjadi generasi latah produk sekular yang unfaedah.
Wallahu a’lam[]