Oleh. Tri Wahyuningsih, S.Pi
(Pegiat Literasi dan Media)
#MuslimahTimes — Generasi atau Pemuda merupakan penentu maju dan mundurnya suatu bangsa. Bangsa yang besar ditopang oleh generasi yang berkualitas. Setiap bangsa tentunya mengharapkan generasi yang dimilikinya adalah generasi yang mempunyai keunggulan. Begitupun dengan negeri ini.
Namun sayangnya, kondisi generasi yang ada sangat jauh dari harapan. Degradasi moral, semakin lunturnya keimanan, prestasi miring seperti tawuran, seks bebas, HIV/AIDS, penyimpangan seksual hingga gemar melakukan kebohongan demi sebuah konten aplikasi media social seakan menjadi rantai setan yang membelenggu kehidupan generasi dan sangat sulit untuk dipisahkan. Miris.
Terpuruk, seolah menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan generasi saat ini. Kaum muda khususnya Intelektual yang seharusnya memimpin bangsa tetapi malah terjebak dan terperosok dalam kubangan lumpur penuh kotoran. Seperti kasus ‘Fetish Kain Jarik’ yang beberapa waktu ini viral di jagat sosial media. Fetish(Perilaku penyimpangan seksual) yang dilakukan oleh seorang Mahasiswa aktif di salah satu Perguruan Tinggi terkemuka di negeri ini, semakin menambah daftar kerusakan yang terjadi dikalangan kaula muda khususnya Intelektual.
Lebih mirisnya lagi, kerusakan dikalangan intelektual tak hanya datang dari Mahasiswa. Ya, belum usai kasus Fetish kain jarik, publik kembali dibuat heboh dengan viralnya kasus pelecehan seksual dengan cara swingeryang dilakukan oleh seorang Dosen di Jogja. Dan pelecehan seksual ini, Ia lakukan dengan menggunakan kedok penelitian swinger.
Â
Sekulerisme Melahirkan Generasi Miskin Moral
Generasi bangsa terlahir dari sebuah Pendidikan. Saat ini pendidikan yang ada hanya berorientasi pada materi. Ilmu untuk uang sudah menjadi prasyarat dalam menjalani kehidupan. Apapun dilakukan untuk mengejar materi dan hasrat duniawi, yang halal diharamkan, yang haram dihalalkan. Kaum intelektual pun terjebak kedalam kubangan lumpur ini, dimana Pendidikan hanya dijadikan alat untuk mencetak kaum buruh yang berdasi, bermental pembebek dan miskin moral.
Pendidikan yang ada tidak terlepas dari sistem yang mengatur pengelolaan dan pengaturan Pendidikan. Aturan yang diterapkan saat ini adalah aturan buatan manusia yang serba lemah, terbatas, cacat dan dibangun atas asas sekulerisme (pemisahan antara agama dan kehidupan) sehingga wajar kerusakan demi kerusakan mewarnai kehidupan manusia saat ini.
Pendidikan yang dibangun berlandaskan sekuler-liberal, menghilangkan aspek keagamaan dalam dunia Pendidikan, jikapun ada itu hanya 0,00 sekian dari bagian proses belajar. Kondisi ini menjadikan pelajar dari siswa hingga mahasiswa dan tenaga pendidik semakin jauh dari agamanya dan perbaikan akhlak sudah tidak ada dalam kamus pendidikan sekuler liberal. Sistem Pendidikan yang sekuler liberal tidak akan membentuk intelektual yang mampu membaur dengan masyarakat dan memberi solusi atas problem mereka. Justru sebaliknya, kaum intelektual terseret arus kerusakan tatanan kehidupan dari segala sisi yang semakin hari semakin parah. Sehingga, bila diibaratkan kaum intelektual saat ini hanya seperti kitab berjalan yang minim aksi. Jikapun memiliki aksi, maka dasar aksi atau pergerakan bukan dasar fastabiqul Khairat tapi dasar untung sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan halal-haram. Maka, menaruh harapan akan lahirnya generasi cemerlang dengan menerapkan sistem kehidupan sekuler liberal yang rusak seperti hari ini, bagaikan mencari jarum ditengah tumpukan jerami, sulit dan mustahil akan terwujud.
Â
Membuka Lembar Baru ; Islam adalah Sistem Kehidupan Terbaik
Jika manusia membuat aturan maka aturannya pun akan memiliki sifat yang sama dengan manusia, yakni serba lemah dan terbatas. Pada akhirnya akan melahirkan kerusakan sepanjang penerapannya, sebagaimana system sekuler liberal buatan manusia. Dan ini berbeda halnya dengan Islam. Islam merupakan aturan kehidupan yang sempurna, yang diturunkan oleh Sang Pencipta manusia, Allah. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dengan sempurna dan paripurna, termasuk di dalamnya system Pendidikan.
Tujuan pendidikan dalam Islam yaitu membentuk syakhsiyah Islam (kepribadian Islam), menguasai tsaqofah islam dan ilmu pengetahuan-teknologi (IPTEK). Sehingga lahirlah generasi-generasi cemerlang dan berkualitas, seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Jabir ibn Hayan, Iman Syafi’i, Fatimah Al Fihri dan lain sebagainya.
Mereka generasi unggulan yang tidak hanya memiliki ilmu keduniawian namun mereka pun menguasai tsaqofah Islam dan mampu mengaplikasikan ilmunya untuk kemaslahatan umat. Generasi cetakan Islam sangat jauh berbeda dengan generasi cetakan kapitalis – sekuler. Dalam Islam tujuan Pendidikan sangat jelas, selain itu system Islam juga menempatkan bidang pendidikan pada tempat istimewa dan menjadi bagian dari kebutuhan primer yang wajib dijamin oleh Negara. Negara yang mengambil peran keseluruhan untuk mengurusi seluruh rakyatnya, bukan seperti hari ini Negara hanya sebagai badan regulator yang menghubungkan antara rakyat dengan pemilik modal. Sehingga wajar jika kondisi ummat saat ini mengalami kerusakan total diseluruh aspek kehidupan, sebab fungsi negara yang seharusnya menjamin kesejahteraan, ketentraman dan keamanan seluruh warga negara, hilang dan tenggelam bersama kepentingan-kepentingan yang dibangun penguasa dan pengusaha.
Maka, satu-satunya solusi yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan yang ada hanyalah Islam. Karena Islam adalah pedoman hidup yang diberikan Allah kepada umatnya. “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk Kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhoi Islam itu menjadi agamamu.’’ (TQS. Al-Maidah:3)
Dan syariat Islam akan mampu memecahkan seluruh masalah manusia bila diterapkan secara sempurna dan menyeluruh dalam bingkai Khilafah, kepemimpinan umum kaum muslim seluruh dunia.
Oleh karena itu, sudah saatnya kaum intelektual bangkit dan mengambil bagian untuk mencerdaskan ummat dengan Islam. Menutup lembaran kelam peradaban kapitalis sekuler yang hanya menciptakan masalah demi masalah ditengah masyarakat, dan membuka lembaran baru dengan system Islam yang tentunya dibawah naungan Khilafah Islamiyyah yang akan membentuk peradaban besar nan mulia. [Wallahu’alam]