Oleh. Aya Ummu Najwa
Muslimahtimes – Kasih sayang adalah sebuah kenikmatan yang dirasakan oleh manusia di dunia. Dengan adanya rasa kasih sayang, maka akan tercipta akan kepedulian, kedamaian, dan rasa empati terhadap sesama. Tidak hanya itu, kasih sayang bisa mendorong manusia untuk membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia lainnya. Tanpa adanya rasa kasih sayang manusia akan menjadi makhluk yang individualistis, egois dan tidak memikirkan kepentingan orang lain. Kasih sayang sesama Muslim ini, telah diatur sedemikian rupa dalam Islam.
Sejatinya manusia diciptakan Allah di dunia semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya. Untuk beribadah kepada Allah, tentu manusia harus menjalankan hal-hal yang diperintahkan dan menjauhi larangan Allah. Maka, tentu manusia harus paham untuk selalu menjadikan prinsip ini sebagai pegangan hidupnya, termasuk dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hukum syariat yang Allah tetapkan untuk manusia pasti mengandung hikmah di baliknya, apalagi untuk seorang Muslim. Dalam kehidupan seorang Muslim, tidak ada satupun aturan yang tidak diatur oleh Allah, yang tidak mengandung hikmah. Bahkan dalam bersosialisasi dan bergaul dengan sesamanya telah Allah atur sedemikian rupa, sehingga hal sekecil apapun masih berpeluang mendatangkan pahala dan menebar kasih sayang di antara manusia.
Dari hal yang paling sederhana bagi seorang Muslim ketika bertemu dengan saudara Muslimnya yang lain, Allah telah mengatur bagaimana pertemuan itu bisa mendatangkan pahala bagi mereka, maka Allah mensyariatkan salam, bagi yang mengucapkan maka dia akan mendapatkan pahala, dan bagi orang yang diberi salam maka wajib membalasnya. Dari sini, ukhuwah Islamiyyah terjalin, tak memandang warna kulit, suku bangsa, maupun bahasa, Karena syariat mendekatkan yang jauh, dan mengumpulkan yang tercecer.
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
“Jika kalian mengucapkan salam, maka jawablah salam tersebut dengan yang lebih baik atau jawab yang sama. Sesungguhnya Alloh Maha menghisab segala sesuatu.” (Qs. An-Nisa [4]: 86)
وَقَوْلُهُ: {وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا} أَيْ: إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمُ الْمُسْلِمُ، فَرَدُّوا عَلَيْهِ أَفْضَلَ مِمَّا سَلَّمَ، أَوْ رَدُّوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا سَلَّمَ [بِهِ] فَالزِّيَادَةُ مَنْدُوبَةٌ، وَالْمُمَاثَلَةُ مَفْرُوضَةٌ…
Firman-Nya [Jika kalian mengucapkan salam, maka jawablah salam tersebut dengan yang lebih baik atau jawab yang sama] yaitu jika seorang muslim mengucapkan salam kepada kalian, jawablah oleh kalian yang lebih afdhol dari ucapan salamnya atau jawab yang sama dengan ucapan salamnya itu. Menambah jawaban salam adalah sunnah dianjurkan, sedangkan menjawab salam yang sama adalah fardhu….(Tafsir Ibnu Katsir: 2/368 dan 369)
حدثنا محمد بن يوسف قال حدثنا سفيان عن هشام عن الحسن قال : التَّسْلِيمُ تَطَوَّعٌ ، وَالرَّدُّ فَرِيضَةٌ
Al-Hasan al-Bashri rohimahulloh berkata: “Mengucapkan salam itu sunnah anjuran, sedangkan menjawab salam itu fardhu”. (Al-Adabul Mufrod: 1040 dan Shohih al-Adabul Mufrod: 798)
وَهَذَا الَّذِي قَالَهُ هُوَ قَوْلُ الْعُلَمَاءِ قَاطِبَةً: أَنَّ الرَّدَّ وَاجِبٌ عَلَى مَنْ سُلِّمَ عَلَيْهِ، فَيَأْثَمُ إِنْ لَمْ يَفْعَلْ؛ لِأَنَّهُ خَالَفَ أَمْرَ اللَّهِ فِي قَوْلِهِ: {فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا} وَقَدْ جَاءَ فِي الْحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ.
Apa yang dikatakan oleh al-Hasan al-Bashri ini adalah pendapat ulama secara menyeluruh, bahwa menjawab salam itu wajib atas orang yang mendapatkan salam, maka berdosalah dia jika tidak melakukannya, karena menyelisihi perintah Alloh dalam firman-Nya [maka jawablah salam tersebut dengan yang lebih baik atau jawab yang sama] dan hadis yang diriwayatkan dari Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam. (Tafsir Ibnu Katsir: 2/370)
أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ الِابْتِدَاءَ بِالسَّلَامِ سُنَّةٌ مُرَغَّبٌ فِيهَا، وَرَدُّهُ فَرِيضَةٌ، لِقَوْلِهِ تَعَالَى: (فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْها أَوْ رُدُّوها)
Para ulama berijma bahwa mengawali ucapan salam adalah sunnah yang sangat dianjurkan, sedangkan menjawabnya adalah fardhu, berdasarkan firman Alloh Taala [maka jawablah salam tersebut dengan yang lebih baik atau jawab yang sama] (Tafsir al-Qurthubi: 5/298 dikutip pula dalam Tafsir Fathul Qodir, as-Syaukani: 1/569)
Dalam Islam, adab bergaul pun telah diatur. Orang – orang terdekat para Nabi dan Rasul adalah orang – orang yang beradab mulia, baik akhlak maupun tingkah lakunya. Begitupun orang -orang yang mengikuti jejak mereka. Karena mereka mendapatkan pelajaran dari perbuatan dan ucapan para Nabi dan Rasul ilmu pengetahuan dan ilmu syariat. Dan dari mereka lahirlah generasi yang beradab.
Mulianya adab dan tingginya ilmu, akan melahirkan keimanan, keberanian dan keteguhan. Keimanan akan ada pada diri seseorang ketika dia melaksanakan apa yang ia sampaikan. Yaitu ucapannya tidak bertentangan dengan apa yang dilakukannya.
Dalam hal mengucapkan salam, Rasulullah Saw pun telah memberikan contoh kepada umat Islam, tentang siapa yang sebaiknya memulai salam.
Yang pertama adalah orang sedikit mengucapkan salam kepada yang lebih banyak.
بَابُ تَسْلِيمِ الْقَلِيلِ عَلَى الْكَثِيرِ
6231 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ أَبُو الْحَسَنِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Abu Huroiroh rodiyallohu anhu meriwayatkan bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang lebih muda lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua dan orang yang berjalan lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang duduk serta orang yang jumlah nya sedikit lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang jumlah nya banyak.” (Hadis riwayat al-Bukhori: 6231)
Kemudian yang kedua adalah orang yang berkendara mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki.
بَابُ تَسْلِيمِ الرَّاكِبِ عَلَى الْمَاشِي
6232 – حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زِيَادٌ أَنَّهُ سَمِعَ ثَابِتًا مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Abu Huroiroh rodiyallohu anhu berkata Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang berkendaraan lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang berjalan dan orang yang berjalan lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang duduk serta orang yang jumlah nya sedikit lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang jumlah nya banyak.” (Hadis riwayat al-Bukhori: 6232)
Yang ketiga, orang yang berjalan mengucapkan salam kepada orang yang duduk.
بَابُ تَسْلِيمِ الْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ
6233 – حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زِيَادٌ أَنَّ ثَابِتًا أَخْبَرَهُ وَهُوَ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Abu Huroiroh rodiyallohu anhu meriwayatkan bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang berkendaraan lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang berjalan dan orang yang berjalan lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang duduk serta orang yang jumlah nya sedikit lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang jumlah nya banyak.” (Hadis riwayat al-Bukhori: 6233)
Yang ke empat, orang yang lebih muda mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua.
بَابُ تَسْلِيمِ الصَّغِيرِ عَلَى الْكَبِيرِ
6234 – وَقَالَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Abu Huroiroh rodiyallohu anhu berkata Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang lebih muda lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua dan orang yang berjalan lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang duduk serta orang yang jumlah nya sedikit lebih dahulu mengucapkan salam kepada orang yang jumlah nya banyak.” (Hadis riwayat al-Bukhori: 6234)
Demikianlah, kasih sayang sesama Muslim dan sesama manusia telah begitu luar biasa diatur oleh Islam. Ini adalah bukti bahwa Islam adalah agama kasih sayang, agama yang memanusiakan manusia, yang menebar rahmat ke seluruh penjuru dunia.
Wallahu a’lam bi shawab