Oleh: Hana Rahmawati (Aktivis Dakwah Tangerang)
Muslimahtimes – Ulama kembali terdzalimi. Kali ini, sebuah tusukan yang belum diketahui bermotif apa hingga tulisan ini di buat, menimpa seorang ulama terkenal. Ahad 13/09/2020, sebuah stasiun televisi mengabarkan syekh Ali Jaber mendapat sebuah tusukan tiba-tiba dari orang yang tidak dikenal. Hal itu terjadi saat syekh sedang mengisi dalam sebuah acara tabligh dan wisuda tahfidz Alquran yang bertempat di masjid Afaludin Tamin Sukojawa, Tanjungkarang Barat, provinsi Bandar Lampung. Akibat tusukan tersebut, bahu kanan beliau mengalami luka serius sehingga mengharuskan mendapat perawatan di puskesmas Bandar Lampung.
Peristiwa kezaliman terhadap ulama bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya, 23 Juli 2020, Imam Masjid Al Falah Darul Muttaqin Pekanbaru Ustadz Yazid Nasution menjadi korban penganiayaan. Saat itu sang ustadz tengah duduk memimpin doa usia salat isya berjamaah. Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki berbaju biru datang tergopoh-gopoh dari arah depan. Laki-laki itu langsung menuju sang Yazid dan menebaskan pisau di tangannya ke arah sang imam.
Selain dua kasus di atas, masih banyak deretan penganiayaan yang dilakuakan terhadap ulama. Miris. Ulama adalah pewaris para Nabi. Mengemban tugas mulia, yakni mendakwahkan Islam ke penjuru dunia. Menyampaikan kebenaran agar cahaya Islam selalu menerangi jalan kehidupan umat. Ulama juga merupakan rujukan bagi Umat Islam. Sosoknya dikenal sebagai tempat bertanya berbagai persoalan kehidupan, khususnya persoalan agama. Hingga Rasulullah bersabda,
“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Darda Radhiallahu Anhu).
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (H.R. At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Sebagai pewaris para nabi, tentu saja seorang ulama dituntut untuk selalu mempelajari ilmu-ilmu syar’i dengan sebaik-baiknya. Para ulama merupakan orang-orang pilihan Allah. Allah menitipkan pewarisan ajaran Islam ini melalui lisan mereka, jiwa mereka dan amaliah mereka. Kematian ulama di muka bumi adalah musibah yang membuat umat kehilangan sumber ilmu. Dimana ketika ilmu-ilmu syar’i tidak lagi di pelajari, maka umat pun akan dipimpin oleh orang-orang bodoh yang sesat lagi menyesatkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ
Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (QS Fathir: 32)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengisyaratkan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kedzaliman terus menerus yang menimpa para ulama dalam sistem saat ini semakin memperlihatkan tidak ada nya penghargaan dan penjagaan terbaik terhadap sumber ilmu tersebut. Dakwah yang dipersekusi, ulama di intimidasi, hingga pengemban dakwah yang dikriminalisasi sudah seharusnya membuat umat ini segera sadar bahwa Islam butuh penjaga. Seorang pemimpin yang senantiasa menghargai ilmu dan sumber ilmu, Ulama.
Islam sangat menghargai ilmu. Sehingga para ilmuwan dalam Islam mendapat tempat yang tinggi sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat Almujadalah ayat 11, bahwa orang yang berilmu akan Allah tinggikan derajatnya. Untuk itu, Islam lah yang akan menjaga kebaikan di muka bumi ini. Dan hanya sistem Islam dalam bingkai Daulah Khilafah sebagai junnah yang dapat memberikan penjagaan terbaik bagi umat.