Oleh: Intan H.A
(Pegiat Literasi Tangerang)
Muslimahtimes – “Astaghfirullah, dari hari ke hari perilaku manusia makin sadis, ya? Ngeri banget liatnya, manusia kok mencincang manusia? Kemana akal sehatnya? Tega banget mereka, sampai melakukan pembunuhan sesadis itu. Dunia udah makin kacau aja,” ujar ibu, yang sedari tadi menyimak pemberitaan di layar televisi.
Sore itu, netra kami dibuat terbelalak oleh pemberitaan yang disuguhkan salah satu channel televisi. Di mana, diberitakan dua insan sejoli tega memutilasi seorang pria, hanya demi mengincar hartanya.
Pembunuhan sadis ini ternyata sudah direncanakan oleh mereka berdua. Nalar pun tak mampu menjamah, tatkala dikabarkan bahwa sebelumnya kedua tersangka mempelajari cara-cara memutilasi dari salah satu akun medsos.
Lebih mirisnya lagi, kedua pelaku pembunuhan ini bukanlah orang sembarangan. Salah satu diantara mereka tercatat sebagai pelajar terbaik di kampus ternama. Tersangka LA merupakan mahasiswi dengan predikat berprestasi.
Belum hilang diingatan kita, akan perilaku menyimpang yang dilakukan Reynhard Sinaga, seorang pelajar di salah satu universitas terkenal di luar negeri sana. Bahkan, gelar magister pun sudah disandangnya. Namun sayang, pendidikan tinggi tak mampu menjaminnya terhindar dari perilaku amoral.
Di lain sisi, tindak kriminal yang saat ini banyak terjadi, seperti Pencurian, pembegalan, tawuran, korupsi, dan lain sebagainya, tidak sedikit melibatkan para muda-mudi sebagai pelakunya. Bahkan diantaranya mereka berasal dari kaum terpelajar.
Inilah sekelumit fakta yang mampir ditelinga kita. Akibat dari penerapan sistem yang salah, maka meniscayakan lahirnya para generasi yang terkikis moralnya.
Ya, sistem Kapitalisme-liberal yang mengatur kehidupan manusia saat ini, bukanlah berasal dari sumber yang memahami akan kebutuhan manusia itu sendiri. Melainkan, sistem yang berasal dari akal manusia yang bersifat lemah dan terbatas.
Bagaimana mungkin manusia dapat mengatur kehidupannya? Padahal, kita tidak mampu memahami diri kita sendiri.
Kebobrokan sistem kapitalis-liberal, salah satunya nampak dalam bidang pendidikan. Proses pendidikan yang ditempuh dibangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi, nyatanya hanya menghasilkan para generasi yang bertujuan memperoleh materi. Menimba ilmu di bangku sekolah, hanya dijadikan jembatan menuju posisi nyaman di dunia kerja.
Lain halnya ketika Islam dijadikan pedoman. Kurikulum pendidikan dalam sistem Islam mengarahkan anak didiknya agar memiliki kepribadian Islami. Yakni pola pikir dan sikapnya sesuai dengan aturan illahi.
Para ilmuwan di masa kejayaan Islam mampu menjadi teladan bagi generasi selanjutnya. Keimanan dan akhlak yang dimilikinya seirama. Dikarenakan, akhlak merupakan cerminan daripada keimanan seseorang. Dengan begitu, ketika di bangku sekolah dasar, akidah lah yang menjadi fokus utama untuk ditanamkan dalam benak para siswa.
Beginilah cara Islam melindungi generasinya. Dengan modal akidah inilah, para pelajar mampu menyelaraskan pola pikir dan tingkah lakunya sesuai dengan tuntunan Islam.
Oleh karena itu, ketika kita mengharapkan perubahan atas penyimpangan moral yang menimpa para generasi saat ini. Maka, tidak lain jawabannya yakni dengan menerapkan kembali sistem Islam dalam kehidupan. Dengan begitu, akan lahir darinya para generasi yang mampu mewujudkan peradaban gemilang. Hanya dengan sistem Islamlah perilaku para generasi akan terarah sebagaimana mestinya. Sebab, Islam adalah agama sekaligus ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia, menentramkan jiwa dan memuaskan akal.[]
Wallahu’alam