Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban)
MuslimahTimes– Presiden Joko Widodo melalui juru bicara kepresidenan, Fadjroel Rachman, menegaskan bahwa pilkada serentak 2020 tidak dibatalkan. Keputusan itu dirasa sedikit memantik kesedihan dan was-was, sebab diadakan di tengah pandemi dan bergugurannya nyawa rakyat satu persatu. Akankah pilkada berjalan lancar dan tidak berdampak apapun meskipun nanti sudah taat prosedur kesehatan dan tata caranya?
Namun dengan tidak ditundanya pilkada tak urung membawa tambahan energi baru bagi tim sukses Kelana Aprilianto – Dwi Astuti, untuk dimenangkan dalam pilbup Sidoarjo.
Dengan menyerukan yel-yel “Berkelas Wae Mas!” menjadi pengungkit semangat awal perjuangan. Berkelas, Bersama Kelana dan Dwi Astuti. Koordinator kelompok perempuan, Nur Kholisoh, bakal memotori pertarungan menyumbangkan suara. Ia optimistis mengawal serta memompa semangat seperti saat Pilgub memenangkan Khofifah Indar Parawansa.
“Yel-yel itu kemarin dari Bu Khofifah. Kami adalah tim dari Bu Khofifah untuk meneruskan ini, jadi sudah langsung aja mengadopsi (yel-yel) yang kemarin,” ujar Nur Kholisoh. “Kami mewakili perempuan Sidoarjo Insya Allah akan memenangkan Kelana,” ungkap Nur yakin.
Soal alasan memilih Kelana-Astuti, Kholisoh menilai pasangan ini merupakan warga Nahdlatul Ulama (NU) asli. Selain itu, track record, kapasitas, maupun kapabilitasnya tak diragukan lagi. “Mbak Dwi seorang yang pintar, dia sarjana S3 dan itu layak kami dukung. Begitu juga Bapak Kelana, beliau adalah penasihat RMI (Rabithah Maahid Islamiyah) PWNU Jatim yang notabene adalah NU asli,” kata Kholisoh.
Sementara Ketua Tim Pemenangan Kelana-Astuti, Haji Masnuh menuturkan, dalam rapat koordinasi ini sudah ada 36 elemen relawan yang bergabung, termasuk kelompok perempuan. “Hari ini bisa kita simpulkan para elemen relawan sudah menjadi satu ‘kiblat’ dan satu komando. Tadi kita juga mendapat dukungan penuh dari ibu-ibu, kelompok hijau (NU),” kata Masnuh ( timesindonesia.co.id, 22/09/2020).
Suara perempuan masih cukup manis untuk dijadikan pemanis dalam bursa pemilihan pemimpin. Hasrat untuk mengadakan perubahan terlihat sangat menggelora, hingga para relawan itu tak melihat dari partai mana namun lebih kepada sosok bakal calon ( balon ) bupati Sidoarjo. Benarkah suara perempuan cukup berkelas untuk duduk sebagai pemimpin dan pemangku kekuasaan?
Sudah cukup banyak fakta, bahwa perempuan di masa kini hanyalah komoditas jual beli suara, bukan benar-benar menjadi sosok yang akan memberi perubahan. Faktanya ketika perempuan memegang tali kekuasaan, banyak dari pemimpin pria yang merasa” terganggu”. Seperti saat peristiwa sujudnya walikota Surabaya, Tri Risma Harini . Bahkan saat pemimpin perempuan terbukti terjerat kasus, pelecehan, intimidasi hingga perlakuan tak senonoh kerap diterima baik secara terbuka maupun tidak.
Bagaimanapun fitrah tak akan tercabut jika Allah SWT sudah menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda, baik fisik maupun taklif hukum. Maka melanggarnya hanya menimbulkan kemudharatan. Bukankah keberkahan lebih utama dijadikan sebagai standar dibanding dengan sekedar kapabilitas seseorang?
Dari Muhammad bin Mutsanna dari Khalid bin Harits dari Humaid dari Hasan dari Abi Bakrah berkata: Allah menjagaku dengan sesuatu yang kudengar dari Rasulullah SAW ketika kehancuran Kisra, beliau bersabda: Siapa yang menggantikannya? Mereka menjawab: Anak perempuannya. Nabi SAW bersabda: Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannnya kepada seorang wanita.
Larangan perempuan tidak boleh memegang tampuk kekuasaan bukan berarti Islam memandang rendah kepada perempuan . Sebab Allah menciptakan potensi yang sama untuk bisa sama-sama beribadah kepada Allah SWT. Namun, larangan itu bersifat sesuai fitrah dan akan maksimal jika dilaksanakan. Pemimpin identik dengan kegiatan berjamaah seperti memimpin jihad, riayah suunil umat (mengatur urusan umat) yang itu pasti butuh mobilitas cepat, bepergian dan berdiskusi dengan pria non mahram yang semuanya terbatas bagi perempuan.
Kedudukan perempuan sangatlah mulia, terbukti dari pengaturan yang sedemikian detil tentang peran dan fungsi laki-laki dan perempuan. Yang jelas akan sangat bertentangan dengan sistem hari ini. Persamaan gender yang diusung hanya agar perempuan berdaya guna dikehidupan umum. Inilah yang kemudian memicu banyak persoalan . Wallahu a’ lam bish showab.