Oleh. Mimin Nur Handayani(Praktisi Pendidikan di Surabaya)
Muslimahtimes – Upaya mewujudkan pendidikan ideal memang menjadi konsentrasi tinggi bagi menteri pendidikan. Pasalnya berbicara terkait keberhasilan mencetak generasi pemimpin perubahan dan peradaban. Dalam hal ini, rancangan kurikulum pendidikan menjadi amat penting dalam setiap kinerja.
Berbagai kebijakan pun bergulir, termasuk munculnya permutasi penyederhanaan kurikulum.
Klarifikasi kebijakan pun acapkali dilakukan oleh Kemendikbud. Klarifikasi terbaru menyangkut perubahan kurikulum 2013 di jenjang pendidikan SMA dan SMK soal isu penghapusan pelajaran sejarah. Kemendikbud mengklarifikasi bahwa akan melakukan berbagai prototyping di sekolah penggerak, bukan dalam skala nasional. Pelajaran sejarah tidak dihapuskan, namun menjadi mata pelajaran pilihan. (Kompas, 21/9/2020).
Publik seketika bergerak cepat dalam merespon isu kebijakan pendidikan tersebut, sekalipun statusnya jadi berita hoaks setelah adanya klarifikasi. Termasuk Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) juga beraspirasi yakni agar penyederhanaan kurikulum 2013 dikaji secara cermat bersama para ahli beserta pemangku kepentingan pendidikan (Republika, 21/9/2020). Termasuk bagaimana memposisikan pelajaran sejarah dalam pendidikan sekolah.
Bicara Bab sejarah, sebenarnya suatu hal menarik untuk dipelajari. Bukan sekedar membaca buku-buku sejarah semata, akan tetapi dapat pula ditonton lewat visualisasi film dokumenter di tengah perkembangan era digitalisasi. Kesadaran pentingnya mempelajari sejarah masa lalu memang harus ditanamkan dalam benak generasi bangsa. Karena menggali kebenaran masa lalu dapat menjadi kunci menghadapi masa depan. Satu sisi untuk mengetahui kesalahan manusia di masa lalu atau mengetahui kunci keberhasilan para pendahulu.
Pelajaran sejarah sejatinya berkontribusi pula dalam menunjukkan jati diri atau identitas bangsa dan negara. Founding father bangsa, Soekarno, mengatakan bahwa bangsa yang hebat adalah bangsa yang mengenal sejarah bangsanya. Dengan menelaah sejarah akan mengungkap berbagai peristiwa penting masa lampau yang mendorong terjadinya perubahan tatanan kehidupan, baik ke arah kemajuan atau justru kemunduran. Bahkan meneliti secara mendalam akar masalah dari ketimpangan hidup di masa sekarang. Maka pelajaran sejarah bukan lantas direduksi dalam kurikulum nasional. Namun, perlu adanya langkah rekontruksi sejarah, yakni penyusunan atau penggambaran kembali materi sejarah dari sumber valid yang ada (berdasarkan data primer dan penelitian lapangan) dan disusun kembali sebagaimana adanya atau sesuai kejadian sebenarnya. Termasuk penting memahami sumber sejarah tersebut antara lain berupa catatan-catatan sejarah, peninggalan-peninggalan sejarah, dan riwayat sejarah.
Mengutip pendapat tokoh, Ismail Yusanto, sejarah adalah realitas tangan kedua (second hand reality), yang dalam buku sejarah saat ini bukanlah fakta sejarah, tetapi perumusan terhadap fakta sejarah masa lalu. Maka sejarah sangat bergantung pada siapa yang merumuskan atau menuliskan dan atas dasar kepentingan apa sejarah ditulis, Selain itu sejarah sangat bergantung pada lingkup politik yang dominan saat sejarah ditulis.
Maka sekiranya penting dalam melakukan rekontruksi pelajaran sejarah melalui penyusunan kurikulum sejarah yang tepat dan benar oleh para ahli sejarah. Tujuannya agar sejarah sebagai obyek pemikiran dapat memperkuat pemikiran generasi bangsa. Misalnya bagaimana gambaran perjuangan heroik para ulama dan pahlawan dalam mengusir penjajah, sumbangsih hasil karya ilmu pengetahuan peradaban Islam bagi dunia, serta upaya penyebarluasan ajaran Islam ke pelosok nusantara yang membawa kebaikan. Termasuk pula memahami bahwa Khilafah adalah bagian dari sejarah Islam yang penting untuk diterapkan.
Bahkan, jikalau ingin mengarahkan perhatian kepada pembahasan sejarah, maka tidak lain untuk mengetahui bagaimana cara penerapan aturan. Karena sejarah mencatat berbagai peristiwa politik, sehingga dapat diketahui tata cara penerapan peraturan. Bagaimana gagalnya penerapan aturan sosialis, komunis dan kapitalis serta keberhasilan aturan Islam saat diterapkan. Inilah esensi belajar sejarah, yang darinya dapat dipetik ibroh kehidupan masa lampau.
Kurikulum pelajaran sejarah yang erat kaitannya dengan akidah Islam justru akan mampu membimbing dan memperkuat iman generasi bangsa, mengembangkan kesadaran diri, mewujudkan persatuan, dan menyempurnakan langkah dakwah. Selain itu akan lebih layak menginspirasi anak bangsa untuk menjadi pemimpin perubahan di masa depan dibandingkan inspirasi budaya barat yang sekuler dan liberal.