Oleh Rifka Fauziah Arman, A.Md.Farm
(Pendidik)
#MuslimahTimes — Korean Wave atau Gelombang Korea adalah fenomena yang sudah biasa di jagat Indonesia raya ini bahkan di dunia internasional. K-waveyang menjadi tren bagi para generasi muda bahkan sampai “emak-emak” yang mulai mengikuti anak-anak muda. Tidak sedikit juga para lelaki yang ikut terkena virus Kwaveini sendiri, termasuk saya sebagai penulis ini. Tapi saya tidak bangga.
Tiba-tiba muncullah statementdari Wapres (Wakil Presiden) RI yang menyatakan untuk para generasi muda bisa menjadikan Kpopmenjadi sebuah inspirasi untuk membangun kreatifitas anak bangsa dalam pidatonya di peringatan 100 tahun kedatangan Korea ke Indonesia.
Banyak timbul komentar pro dan kontra dalam pidatonya tersebut. Apalagi yang menyampaikan hal tersebut datang dari seorang kiyai yang selama ini dihormati oleh banyak umat, ditambah banyak yang membandingkan dengan pernyataan sebelumnya dari Kemenag (Kementrian Agama) terkait anak muda yang radikal adalah seorang penghapal Qur’an, good lookingdan pandai berbahasa arab. Banyak yang menyayangkan pernyataan para petinggi di Indonesia yang sangat miris dalam memberikan pernyataan tak berdasar ini.
Menurut Ahmad Dhani sebagai musisi legenda di Indonesia, beliau menyatakan di Indonesia banyak sekali musisi yang lebih bermutu dibandingkan Korea Selatan hanya saja disana pemerintahnya mendukung penuh dan serius dalam mengangkat industri musik dari negaranya, sedangkan di Indonesia belum ada pemimpin yang punya skilluntuk serius dalam industri musik itu sendiri. (Detiknews.com 20/09/2020)
Jika kita kaji dari kedua pendapat tersebut tentu saja tidak bisa Indonesia mengikuti Korea Selatan dalam memajukan kreatifitas anak muda. Karena banyak berbagai aspek yang tidak bisa disamakan dengan kondisi disana dengan disini. Apalagi negara tersebut terkenal dengan negara yang tidak beragama, sedangkan Indonesia merupakan negara yang beragama dengan mayoritas islam.
Mulai dari banyaknya penganut atheis, karena disana menganggap Tuhan hanyalah penghalang jalan mereka dalam kehidupan, kemudian munculnya kebiasaan lesbian atau homo antar idol kpop yang disenangi oleh para fans. Belum lagi adegan-adegan dalam drama korea yang selalu menampilkan adegan hubungan tak berbatas antara laki-laki dan perempuan dan tak jarang sampai pada “hubungan suami istri” diliar ikatan pernikahan yang terlihat biasa.
Pada kenyataannya banyak fansfanatik yang sampai dalam kehidupannya serba korea dan tak jarang sampai melupakan bahwa ia adalah warga negara Indonesia. Ini baru beberapa fakta yang muncul dari kondisi negara tersebut. Hal yang paling tidak asing dalam fakta negara tersebut adalah bunuh diri. Banyak sekali terjadi kasus bunuh diri dari negara tersebut, mulai dari alasan perundungan, tekanan ekonomi, tekanan dari fans, tekanan dari manajemen artis yang sangat ketat bahkan sampai masalah keluarga.
Bunuh diri dijadikan solusi dalam menyelesaikan segala masalah di negara tersebut. Faktanya banyak sekali artis yang bunuh diri di tiap tahunnya, pada tahun 2012 saja tercatat tidak kurang dari 15.000 kasus bunuh diri di negara tersebut menurut Data World Economic Forum. Berarti dalam sehari ditemukan 30-40 kasus bunuh diri di Korea Selatan.
Sudah banyak fakta yang dijabarkan dalam negara tersebut, tetapi justru pemerintah Indonesia ingin mengikuti kreatifitas para pemuda disana. Apakah cocok dengan Indonesia? Apakah cocok dengan islam? Tentu saja tidak.
Semua yang disebut sebagai kreatifitas dan budaya dalam negara tersebut tidak bisa disandingkan dengan islam apalgai berjalan seiring bersama. Karena negara tersebut menjadikan materialisme sebagai tujuan utama dalam hidup. Ketenaran, kekayaan, ketampanan atau kecantikan dijadikan tujuannya dalam menjalani hidup. Sedangkan islam? Allah menerangkan dalam QS Az-Zariyat ayat 56 “Tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”. Sudah jelas sekali berbeda dengan islam dan tidak bisa disamakan.
Islam menjadikan surga sebagai tujuan akhir, menjadikan syari’at sebagai solusi permasalahan dan hukum syara’ sebagai acuan dalam segala hal. Tidak bisa hidup bebas tanpa agama, apalagi memisahkan agama dengan kehidupan. Karena islam diciptakan untuk mengatur kehidupan dan islam diciptakan sebagai solusi dalam permasalahan kehidupan. Dalam mengasah kreatifitas banyak yang bisa dilakukan tanpa harus menjadikan Korea sebagai acuan. Banyak keeatifitas anak bangsa yang sudah bermunculan, tetapi tidak dimunculkan ke publik dan hilang ditelan waktu karena dukungan pemerintah yang sedikit dan hanya sekedarnya saja.
Korsel menjadi maju kreatifitas anak mudanya karena adanya dukungan pemerintah dalam kegiatan dan aktifitas anak-anak muda disana. Mereka diberikan pendidikan secara besar-besaran, difasilitasi dan didukunh setiap ide yang datang dari anak muda. Tetapi di Indonesia seperti Alm. BJ Habibie saja pesawatnya hanya digunakan sesekali dan menjadi barang museum. Wajar saja jika banyak anak-anak muda yang cerdas beralih ke luar negeri dan mengembangkan ide mereka disana.
Inilah pemerintah kapitalis, yang berperan jika hanya pada pemilik modal tertinggi bukan pada kreatifitas generasi muda. Pemerintah lebih memilih datangnya produk luar negeri sebanyak-banyaknya dibandingkan memakai produk dalam negeri. Memilih bekerja sama pada perusahaan asing secara instan dibandingkan berkontribusi pada kreatifitas generasi muda. Jika islam yang digunakan dalam sebuah pemerintahan, maka generasi muda akan di fasilitasi dan didukung 100% secara gratis untuk memajukan sebuah negara atau daulah. Islam menghargai ide-ide yang datang pada generasi muda, maka wajar saja jika zaman kejayaan islam dahulu banyak bermunculan ilmuwa-ilmuwan islam bahkan islam dijadikan acuan para ilmuwan barat dalam menciptakan sesuatu. Fakta bahwa islam membawa rahmat bagi seluruh alam, islam menjadikan sebuah negara maju tanpa harus bertopang pada negara lain. Islam yang memakai sumber daya dalam negaranya sendiri dan menciptakan generasi muda yang cemerlang.
Wallahu’alambisshawwaab.