Oleh. Eri (Pemerhati Masyarakat)
Muslimahtimes – Sungguh tidak mengejutkan lagi negeri-negeri Timur Tengah memilih berdamai dengan Israel. Setelah perdamaian ala Amerika yang menggagas normalisasi Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel berhasil menandatangi perjanjian ‘Kesepakatan Abraham’.
Penasihat khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang negosiasi Timur Tengah, Avi Berkowitz, menyatakan tujuh negara Arab atau Muslim kemungkinan akan mengikuti UEA dan Bahrain. Negara-negara tersebut sedang mempertimbangkan menandatangani perjanjian untuk menormalkan hubungan dengan Israel. (republika.co.id 01/10/20)
Negeri-negeri yang pro terhadap normalisasi ini, terus menggaungkan pujian dan narasi sesat untuk mendorong negeri Muslim lainnya mengikuti jejak UAE dan Bahrain. Bahkan Eropa menyatakan perjanjian ini sebagai kemenangan dan kabar baik untuk langkah diplomasi Palestina meraih kemerdekaan.
Banyaknya pemimpin negeri Muslim yang ikut dalam perdamaian ala Amerika, tentu mengecewakan umat Muslim seluruh dunia. Keputusan mereka telah menampakkan wajah aslinya kepada umat. Bahkan menegaskan mereka sebagai agen Barat. Ironisnya, umat tidak bisa berbuat banyak akibat sekat nasional yang membelenggu mereka.
Perdamaian yang didukung Amerika tidak terlepas dari kepentingan terselubung. Langkah ini untuk meneguhkan hegemoni Amerika di negeri-negeri Muslim. Dengan demikian, Timur Tengah berada dibawah kendali Amerika dan bertindak sesuai kebijakannya.
Inilah jeratan kapitalisme yang bercokol di negeri-negeri Muslim, demi investasi, kemajuan, kepentingan politik, mereka rela mengkhianati saudaranya. Janji untuk memerdekakan hanya sebatas pidato dimuka umum. Padahal, rakyat Palestina berjuang mati-matian mempertahankan tanah suci umat Muslim, agar tidak jatuh ke tangan kafir penjajah. Nampak jelas mereka berkhianat, pantaskah memimpin umat Muslim?
Kapitalisme merupakan racun mematikan yang merusak moral dan akhlak manusia. Dibangun atas dasar materi, menjadikan manusia mengejar kenikmatan dunia. Melahirkan pemimpin yang penuh tipu daya, khianat dan munafik.
Gambaran pemimpin saat ini sesuai sabda Rasulullah SAW, “akan datang pada manusia tahun-tahun yang penuh tipudaya. Pada tahun-tahun itu pendusta dibenarkan, orang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya, orang terpercaya dianggap pengkhianat. Pada masa itu yang banyak berbicara adalah ruwaybidhah,“. Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ruwaybidhah?” Rasul menjawab, “Yaitu orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak“. (Hadits shahih ini diriwayatkan oleh Ibu Majah, Rahiimahullaahu Ta’ala)
Miris, sikap munafik ini semakin tumbuh subur dalam diri pemimpin, pejabat negara dan para elit politik. Mereka terbiasa menebar janji palsu lalu mengingkari, pencitraan, menyebar berita bohong, berdusta, bahkan tidak peduli terhadap nasib rakyatnya. Kondisi ini terjadi karena sistem demokrasi kapitalis yang berasaskan manfaat. Menjadikan kepentingan di atas segalanya. Tidak heran, banyak bermunculan orang-orang munafik.
Selain itu, sekularisme menjauhkan agama dari kehidupan. Menolak aturan Allah SWT untuk menyelesaikan permasalahan hidup. Hanya melahirkan manusia yang bermoral bobrok. Sekulerisme merupakan penyakit kronis mematikan yang harus segera ditinggalkan umat.
Hanya satu solusinya, buang sekulerisme yang menjadi biang masalah kehidupan umat. Menerapkan Islam kaffah sebagai aturan hidup manusia. Sebagai sistem terbaik yang membentuk generasi berkepribadian Islam. Memerintahkan penguasa untuk memutuskan perkara berdasarkan syariah Islam. Melarang keras tunduk dan takut terhadap kaum kafir.
Para penguasa wajib menerapkan syariah Islam secara kaffah dan menjadikan Khilafah sebagai wadah pelaksanaan hukumnya. Bahkan, Khilafah mampu menjadi perisai umat serta menyatukan kekuatan dibawah Panji Rasulullah Saw. Seruan jihad fi sabilillah akan membangkitkan semangat juang umat merebut tanah Palestina dari kafir penjajah.
Sungguh kemerdekaan Palestina bukan hal mustahil, selama umat berpegang teguh Syariat Islam. Sebuah keniscayaan, Khilafah akan membawa peradaban gemilang bagi seluruh umat.
Waallahu ‘alam bis shawwab.