Oleh: Uqy Chan
(Komunitas Pena Ngopi)
MuslimahTimes– Baru baru ini K-pop (Korean pop atau musik pop Korea) menjadi perhatian serius pemerintah. Pasalnya keberadaan K-pop kian terkenal dan digandrungi anak muda. Melihat kenyataan itu seolah menjadi angin segar bagi pemerintah Indonesia. K-pop dianggap dapat menginspirasi kreativitas anak muda. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin. Ia mengatakan, kegandrungan anak muda Indonesia terhadap budaya K-Pop, diharapkan bisa memberikan inspirasi dalam berkreasi, hingga bisa mengenalkan budaya – budaya Indonesia pada dunia. Dari sisi ekonomi, hubungan Indonesia dan Korea terjalin sangat baik. Ia mencontohkan investasi Korea ke Indonesia tercatat semakin banyak masuk ke Indonesia. Generasi muda bisa terpacu membuat produk dengan kualitas baik dan berdaya saing. Investasi dan alih teknologi diharapkan bisa membuat produk Indonesia semakin meningkat kualitasnya bisa diekspor ke luar negeri. (fajar.co.id, 21/9/2020).
K-pop termasuk Korean Wave (gelombang Korea) / Hallyu merupakan istilah yang berasal dari kebudayaan Korea Selatan. Melalui Korean Wave ini, kebudayaan Korea diperkenalkan ke luar berupa musik, drama, film, makanan, fashion, teknologi, produk elektronik, dan lain-lain. Menjadikan Korea Selatan berkembang dan menguasai pasar dunia. Sehingga dapat meningkatkan perekonomian negara. Menurut majalah Forbes, BTS (Bangtan Boys, sebuah boy band K-pop beranggotakan tujuh orang asal Korea Selatan) masuk ke dalam daftar 50 Selebriti berpenghasilan Tertinggi di Dunia. Tahun 2020 ini, bulan Juni kemarin, BTS berhasil meraup pendapatan setara Rp 705 miliar. Maka tak heran jika kemajuan K-pop ini dilirik oleh pemerintah Indonesia.
Budak Imperialisme budaya
K-pop sangat berpengaruh di Indonesia. Jika diteliti, K-pop merupakan budaya Korea yang mayoritas penduduknya non muslim. Secara pemikiran dan sikapnya sudah jauh berbeda dengan Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim. Sebagai penganut muslim jika mengikuti budaya non muslim, bukankah hal itu bentuk tasyabbuh? Maka sejatinya K-pop tak baik dikonsumsi anak muda apalagi di masa pencarian jati diri. Sebab hal ini berkaitan dengan aqidah (keyakinan).
Namun inilah buruknya negara asing yang tak peduli dampak buruknya. Yang penting dapat membawa kemajuan industri. Ini semua akibat dari watak sistem Kapitalisme Sekuler yang diterapkan di dunia. Tujuan mereka tidak lain untuk mengambil keuntungan materi sebanyak – banyaknya. Akibatnya berdampak baik secara spiritual maupun akhlak. Banyak dari anak muda yang kehilangan spirit agamanya dan berperilaku bebas. Berlomba – lomba meraih materi sebanyak mungkin.
Sebelum berwacana, mestinya K-pop dilihat dahulu, utamanya dari sudut pandang agama. Sesungguhnya K-pop lahir dari kebebasan berperilaku. Namun apa yang dibanggakan tak memiliki nilai sama sekali. Kehidupan artis bak fatamorgana. Kaya materi namun miskin jiwa. Ironisnya mereka tak mampu memelihara jiwa mereka sendiri. Menjadi bucin alias budak cinta, maraknya perselingkuhan, bunuh diri lantaran putus asa sudah menjadi hal yang biasa. Mereka bingung dan tak tahu arah. Sejatinya mereka mencari jati diri namun salah membawa diri. Inilah wujud dari sistem Kapitalis Sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Untuk itu wacana Wapres tersebut perlu untuk dipertimbangkan kembali agar jangan sampai anak muda Indonesia menjadi budak imperialisme budaya.
Islam Satu – Satunya Pilihan Anak Muda
K-pop tak lebih dari budaya sampah yang tak memiliki nilai sedikitpun. Dunia telah dirusak oleh budaya K-pop ini. Maka tak ada pilihan lain selain berpijak pada Islam. Islam satu – satunya yang harus dijadikan pilihan anak muda. Islam menaruh harapan besar kepada para pemuda untuk menjadi pelopor meneruskan cita – cita bangsa. Sebagaimana diketahui bahwa nasib negara berada ditangan generasi mudanya. Jika pondasi generasinya rusak maka rusak pula pondasi negara. Islamlah yang akan menjaga generasi muda. Maka dibutuhkan peran negara sebagai penjaga aqidahnya. Mengarahkan anak muda untuk mengamalkan ajaran Islam, mengenalkan tsaqofah Islam serta peradabannya pada dunia. Mempromosikan Islam secara global sebagai life style dan menuntun agar taat pada ajaran Islam. Taat secara kaffah bukan setengah – setengah.
Dengan begitu anak muda akan mudah menemukan jati dirinya. Hidup dan matinya hanya untuk kemuliaan Islam. Tujuan tertinggi dalam aktivitasnya hanya untuk meraih ridha Allah. Ia memahami bahwa dunia hanya tempat singgah sementara dan surga menjadi tempat akhir perjalanannya. Islam bukan hanya sebatas agama melainkan didalamnya terdapat solusi berbagai persoalan manusia. Lebih dari itu dapat membawa penganutnya menjadi manusia yang bangkit dan maju sebab menjadikan Islam sebagai way of life. Semua itu akan terwujud manakala diterapkan dalam lingkup bernegara. Islam akan mampu dirasakan oleh semua umat sebagai agama yang rahmatan lil alamin.
Wallahu a’lam bisshowab.