Oleh. Tari Ummu Hamzah.
MuslimahTimes.com – Masa pandemi kayak gini rata-rata semua orang melakukan aktivitasnya di rumah. Mulai dari belajar di rumah sampai kerja di rumah. Nah dari aktivitas cuma di rumah aja, ternyata banyak masyarakat yang mendapatkan penghasilan dari rumah aja. Siapa mereka? Yang udah pasti ketahuan ya para youtuber dan influencer. Mereka bikin video dari rumah udah dapet gaji. Ditambah lagi, momen pandemi ini banyak orang di rumah aja. Kalau ngga kerja ya belajar. Kalau dah bosen ujung-ujungnya nonton youtube. Akhirnya kita-kita inilah para penyumbang pundi-pundi buat mereka. Belum lagi kalau mereka kasih iklan produk, eh kita keracunan deh dan pengen beli. Makin gede deh pundi-pundi mereka.
By the way, kalian pernah ngga sepintas berpikir “enak ya jadi youtuber dan influencer, bikin video youtube, bergaya di tiktok, foto-foto di instagram, udah banyak duitnya. Kalau gitu ngapain aku susah-susah ngejar gelar, kalau ternyata jadi youtuber aja udah bikin kita kaya raya. Ngga perlu gelar”.
Sob, pemikiran di atas tuh ngga cuma satu atau dua orang aja, tapi banyak orang. Sebab pundi-pundi di dunia maya memang ratusan juta bahkan milyaran hasilnya. Cuma yang harus kita garis bawahi adalah fenomena ini malah menjadikan banyak anak muda ngga mau lagi jadi tenaga ahli. Kayak dokter, arsitek, ahli mesin, guru, pemadam kebakaran dll.
Bahayanya jika suatu negara tidak memiliki para tenaga ahli adalah, ketika negara butuh regenerasi tenaga ahli, negara kekurangan sumber daya manusia. Padahal negara harus berupaya untuk meningkatkan kemajuan masyarakatnya. Tapi faktanya generasi mudanya tidak banyak yang berminat menjadi tenaga ahli. Sebab para pemudanya lebih memilih menumpuk harta dan memperkaya diri. Lebih memilih bertaruh untuk kesenangan pribadi dari pada memberi manfaat yang jauh lebih besar untuk bangsanya.
Kenapa sih fenomena “ingin terkenal” terus menjamur?
Sob, saat ini tuh kita lagi digempur dengan kehidupan serba liberal, hedon dan sekuler. Ini semua tuh hasil dari kapitalisme. Sistem ini cuma bikin pelakunya mikirin duit, duit dan duit. Pokoknya yang bermanfaat dan menghasilkan materi bakalan diambil kalau enggak ya ogah! Coba deh kalian buka youtube, banyak banget kan para youtuber bikin konten “haul premium”, alias pamer belanjaan barang-barang mewah mereka.
Kalau masyarakat terus menerus menonton, lama-lama mereka akan teracuni kehidupan hedonisme, alias bermewah-mewah. Akhirnya masyarakat terkesima dengan gaya hidup serba mewah. Ujung-ujungnya banyak di antara masyarakat yang rela menunda masa belajarnya untuk fokus pada konten youtube.
Nah Sob, sebenarnya Islam membolehkan kita untuk dikenal khalayak umum. Tapi jika dikenal tapi tidak memiliki karya yang bermanfaat bagi Islam dan kaum Muslimin, maka itu semua akan sia-sia di mata Allah.
Sesungguhnya Sob Islam mendorong umatnya untuk selalu mengkaji Islam. Ini dibuktikan pada masa kepemimpinan khalifah Sultan Harun Ar-rashid. Kepemimpinannya ada di masa Bani Abbasiyah. Beliau sangat mencintai ilmu pengetahuan. Bahkan beliau mendorong kaum Muslimin berlomba-lomba untuk memiliki banyak karya, berupa buku, gulungan perkamen, bangunan perpustakaan. Salah satu sumbangsih beliau adalah dibangunnya Baitul hikmah. Disini adalah pusat aktivitas para ilmuwan dan penerjemah naskah dari yunani, persia, dan India. Kalau di ibaratkan di masa kita ini Sob, Baitul Hikmah tuh tempatnya influencer pada ngumpul. Hebat ngga tuh! Mereka ngga cuma berpengaruh di dalam negeri Khilafah, tapi di luar negera Khilafah pun mereka juga dikenal pengaruhnya dari berbagai bidang.
Hebatnya lagi nih Sob, di masa beliau tuh kaum Muslimin berlomba-lomba mengumpulkan karya-karya buku dari seluruh penjuru negeri Khilafah. Ditambah lagi karya buku yang sudah dihasilkan oleh kaum Nuslimin akan ditimbang. Lalu akan diganti dengan emas seberat buku yang sudah ditulis kaum Muslimin. Wuih keren ngga tuh!
So, tidak heran jika kaum Muslimin aktif dan produktif untuk membuat karya. Sebab negara sangat berperan penuh dalam urusan pendidikan. Bukan emas yang jadi incaran kaum Muslimin. Tapi kebanggaan untuk menjadi orang yang memberi banyak manfaat bagi Islam dan kaum Muslimin yang mereka inginkan.
Jadi tidaklah heran jika di masa Sultan Harun Arrasyid lahir banyak ilmuwan terkenal seperti, Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Al-Khawarizmi dan Al-Battani. Sosok tersebut sangat melegenda Sob. Bahkan sampai saat ini karya mereka menjadi rujukan para ilmuwan. Sebab pengaruh mereka telah merubah kehidupan kaum Muslimin dan masyarakat Eropa.
Nah, sekarang kita jadi paham kan beda influencer Islam dengan produk kapitalis. Islam menjadikan seseorang mulia dengan ilmu dan akhlaknya. Sedangkan kapitalis akan membuat pelakunya sibuk dengan urusan dunia. Nah buat kamu-kamu yang ngebet banget jadi influencer, mendingan kamu jadi influencer yang menyebarkan Islam kaffah. Sebab ketenaran tanpa memilih manfaat bagi Islam dan kaum muslimin akan sia-sia, Sob.
So, yuk kita ramai-ramai berlomba berkarya demi tegaknya Islam kembali.!