Oleh: Aya Ummu Najwa
MuslimahTimes– Saat ini kata Khilafah sudah tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat. Sebuah kata yang bagi sebagian kalangan, menggambarkan keperkasaan dan masa kegemilangan Islam dan diyakini sebagai solusi bagi semua kerusakan kehidupan manusia saat ini. Tapi di satu sisi, Khilafah adalah momok bagi pembenci dan musuh-musuh Islam.
Dalam kurun waktu tidak kurang dari 14 abad, Islam diterapkan dan para khalifah telah memimpin umat menuju puncak kegemilangan. Rekam jejak emas masa peradaban Islam hingga sekarang masih ada bahkan ditemukan dalam catatan sejarah yang ditulis oleh non-muslim. Sebagai contoh adalah apa yang dikatakan Will Durant sejarawan barat dalam bukunya yang berjudul Story of Civilization. Dalam buku yang ditulisnya bersama Ariel Durant istrinya, dia mengatakan, “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka”.
Mary McAleese, Presiden ke-8 Irlandia yang menjabat tahun 1997 sampai 2011. Dia juga seorang anggota Delegasi Gereja Katolik Episkopal untuk Forum Irlandia Baru pada 1984 dan anggota delegasi Gereja Katolik ke North Commission on Contentious Parades pada 1996. Dalam pernyataan persnya terkait musibah kelaparan di Irlandia pada tahun 1847 (The Great Famine), yang membuat 1 juta penduduknya meninggal dunia. Mary McAleese berkata:
“Sultan Ottoman (Khilafah Utsmani) mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda. Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini. Selain itu, kita melihat simbol-simbol Turki pada seragam tim sepak bola kita.”
Dalam kitab Min Rawa’i Hadhratina karya Dr. Musthafa As Siba’i, Montgomery Watt mengungkapkan, “Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa.” Hal yang sama pernah dikatakan oleh Barack Obama. Dia mengatakan. “Peradaban berhutang besar pada Islam.” Maksudnya adalah peradaban Barat memiliki utang besar kepada peradaban Islam.
Bukti sejarah yang sangat nyata adalah ketika melihat kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla. Dari situ akan diketahui bagaimana keadaan kota-kota ini yang merupakan pusat-pusat peradaban Islam pada masanya masing-masing.
Dan aspek lain yang menjadi keagungan peradaban Islam adalah bagaimana perhatiannya terhadap seluruh masyarakat, baik muslim ataupun non muslim. Seorang orientalis dan sejarawan Kristen bernama T.W. Arnold dalam bukunya, The Preaching of Islam : A History of Propagation Of The Muslim Faith, banyak membeberkan fakta-fakta kehidupan dalam negara Khilafah.
“Perlakuan terhadap warga Kristen oleh Pemerintahan Khilafah Turki Utsmani–selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani–telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa).”
Tidak jauh berbeda, Karen Amstrong mengatakan bahwa kaum Yahudi menikmati zaman keemasan di Andalusia. Dia mengatakan “Under Islam, the Jews had Enjoyed a golden age in al-Andalus.”
Salah satu bentuk keagungan khilafah yang tidak dimiliki peradaban lainnya adalah kesempurnaan dan jaminan kehidupan terbaik bagi rakyatnya. Sejarah telah membuktikan secara jelas akan hal ini yang bertahan hingga seribu empat ratus tahun lebih yang pada akhirnya diruntuhkan pada 03 Maret 1924 M.
Jaminan kesejahteraan era khilafah dapat terwujud bukan karena kebetulan, namun karena khilafah memiliki seperangkat aturan atau kebijakan. Aturan maupun kebijakan ini bersumber dari Islam. Karena sejatinya khilafah adalah representasi dari penerapan Islam secara menyeluruh dan utuh. Aturan-aturan ini mencakup ranah individu, keluarga, masyarakat dan negara. Sehingga secara sederhana semua keagungan khilafah terwujud karena Islam diterapkan secara penuh.
Beberapa bentuk aturan atau kebijakan khilafah sehingga tercapai kesejahteraan bagi rakyat antara lain: Pertama. Ketika islam mewajibkan kepada para laki-laki khususnya kepala keluarga untuk menafkahi dirinya dan keluarganya, maka pada saat yang bersamaan Islam mewajibkan negara dalam hal ini khalifah untuk menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya sehingga para laki-laki bisa menunaikan kewajibannya. Dengan aturan Islam yang adil, yang tidak mendzalimi rakyat, bukan dengan melahirkan undang-undang yang malah berpihak kepada investor asing walaupun itu menyengsarakan rakyat dan tanah airnya seperti UU omnibuslaw.
Kedua. Ketika masih ada kekurangan atau kemiskinan yang menimpa seseorang, maka tanggung jawab itu menjadi tanggung jawab sosial yang dikelola negara dengan berbagai macam aturan Islam seperti zakat, sedekah dan lainnya. Negara menjamin kebutuhan dengan nyata bukan hanya janji dengan administrasi yang berbelit, aturan yang berubah-ubah, dan tidak merata.
Ketiga. khalifah mendapatkan mandat untuk mengayomi dan menjamin kesejehteraan rakyat. Dia yang akan menerapkan syariah Islam, dalam melakukan pengaturan urusan masyarakat seperti sistem ekonomi, sosial, dan lainnya.
Melihat keadaan Indonesia dan dunia yang sedang di ambang kehancuran, dimana berbagai penyakit mendera masyarakatnya seperti korupsi, seks bebas, narkoba, pungli, riba, prostitusi, hingga penjajahan asing aseng, bahkan sebagian kekayaannya sudah tergadai bahkan terjual, seperti, BUMN, fasilitas umum (bandara, pelabuhan, jalan tol ), dan masih banyak lagi penyakit ganas tengah menggerogoti negeri ini. Di tambah lagi, penanganan pandemi yang semakin membuktikan buruknya sistem kapitalisme.
Bukankah ketika sakit, harapan yang diinginkan adalah kesembuhan?
Kemana obat hendak di cari? Berharap pada demokrasi, sepertinya bukan kesembuhan yang didapat. Pergantian rezim menunjukkan hal itu. Bukannya berkurang, kerusakan malah semakin bertambah. Sementara Islam dengan Khilafahnya telah terbukti membawa kejayaan, kesejahteraan, kemakmuran, dan kegemilangan. Tidak kurang dari 14 abad Khilafah memimpin dunia dalam keberagaman, dalam kemajemukan, dalam toleransi juga inovasi, 2/3 dunia sejahtera di bawah naungannya.
Dengan kesemerawutan yang terjadi di Indonesia dan dunia saat ini, merupakan bukti nyata bahwa kapitalisme yang sekarang diterapkan, telah gagal menciptakan kesejahteraan dan kedamaian. Sudah waktunya kita kembali kepada Islam. Dengan Islam kita akan kembali kepada fitrah kita sebagai “khairu ummah”. kesejahteraan akan kita raih, kejayaan akan menjelang, generasi unggul akan kita lahirkan.
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
(Surat Ali ‘Imran, Ayat 110)
Sesungguhnya Khilafah adalah ajaran Islam, yang dengannya seluruh hukum Islam bisa diterapkan, yang akan menyatukan kaum muslimin, menyelamatkan saudara muslim yang terjajah, yang akan mempererat ukhuwah, merajut kebaragaman, sudah menjadi kewajiban umat untuk memperjuangkannya. Abad Khilafah hampir menyapa, matahari Khilafah telah siap bersinar, mari kita menyongsongnya.
Wallahu A’lam