oleh: Ummu Afif
Â
#MuslimahTimes — Setiap manusia memiliki idola yang dikagumi. Perilaku sang idola akan menjadi kiblat. Rasa kagum dan cinta pada sang idola bisa membuatnya mengikuti apa yang dikatakan atau dilakukan oleh idola tersebut. Sedikit banyak sosok sang idola mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Terlepas apakah itu positif atau negatif.
Derasnya arus modernisasi banyak menyajikan sosok idola yang beragam. Pada saat ini banyak sekali anak-anak, remaja bahkan orang dewasa yang mengidolakan tokoh kartun, artis, ataupun publik figur lainnya. Kalau untuk sekarang ini yang tengah menjadi tren adalah artis-artis dari Korea, seperti penyanyi, girlband, boyband, atau K-drama/movie aktor dan aktris.
Ini adalah bentuk seni dan budaya yang berasal dari peradaban luar Islam. Dimana dalam konten-kontennya sarat dengan gaya hidup sekuler dan liberal. Gaya hidup yang mengagungkan kebebasan dalam pergaulannya, cara bersikapnya, cara berpakaiannya, berekspresi yang tak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Amat disayangkan yang seperti ini memiliki penggemar fanatik dari kalangan umat muslim.
Tak jarang bahkan karena begitu mengidolakannya, mereka meniru segala apa yang dilakukan oleh sang idola, meski itu tak pantas. Bagi penggemarnya, idola adalah segalanya. Sosok yang sempurna tanpa cela. Mereka akan marah dan membela hingga membabi-buta bila sang idola dikritik atau dihina. Padahal idola tersebut sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Bahkan banyak dari artis idola tersebut yang tak beragama alias tak mempercayai adanya Tuhan.
Jika idola seperti itu yang dibanggakan, maka generasi ini akan semakin terjerembab pada lembah kehancuran. Generasi muda Islam hanya akan menjadi generasi pembebek, baik dalam gaya hidup dan pemikirannya. Mereka menjadi generasi alay yang minus intelektualitas dan spiritualitas Islam.
Generasi semacam ini yang hanya memperturutkan kesenangan semata, tanpa berpikir jauh ke depan, apalagi hingga kehidupan setelah dunia. Hidup mereka terfokus pada kehidupan saat ini dan apa yang mereka senangi. Tak peduli pada permasalahan yang menimpa umat Islam di seantero bumi.
Bagaimana mungkin Islam akan bangkit bila generasi mudanya seperti ini? Sulit, bahkan tak mungkin Islam akan berjaya kembali bila pemikiran umat masih terkungkung pada pola pikir yang materialistis sekuler. Karena pemikiran semacam ini hanya semakin menjauhkan umat, termasuk generasi mudanya dari pemikiran yang cemerlang tentang kehidupan, manusia dan alam semesta.
Bila ingin umat ini bangkit, maka harus melakukan sesuai apa yang dicontohkan oleh nabi-Nya, Rasulullah Muhammad SAW. Seharusnya beliau-lah yang pantas dijadikan panutan dan idola dalam kehidupan setiap muslim. Rasulullah adalah manusia terbaik yang dalam setiap sisi kehidupannya penuh dengan kebaikan dan teladan. Beliau adalah Nabi mulia utusan Allah untuk menyampaikan risalah Islam untuk seluruh umat manusia.
Mengidolakan Rasulullah adalah berarti mencintai beliau. Mencintai beliau adalah dengan mengikuti sunnahnya, menaati ajarannya, patuh pada semua perintah Rabbnya, Allah SWT. Taat kepada nabi sama artinya taat kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah (Q.S An-nisa.4.80) yang artinya:
“Siapa yang mentaati Rosul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah mentaati Allah. Dan siapa yang berpaling (dari ketaatan itu) maka ketahuilah kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara mereka.â€
Tidak ada contoh terbaik dari seorang idola kecuali Rasulullah. Perilakunya yang santun dan sifat-sifatnya yang merupakan cerminan dari Alqur’an. Bahkan dalam Q.S Al ahzab ayat 21 jelas disebutkan:
“Sungguh telah ada suri teladan yang baik pada diri Rosululloh bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap ( rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.â€
Begitu sayangnya beliau terhadap umatnya, beliau berdakwah mengajak masyarakat untuk menyembah Allah supaya selamat dari azab Allah. Pada awal dakwah di mekah, Rasululloh berkeliling mendatangi rumah-rumah mereka, sambil mengatakan sesungguhnya Allah memerintahkan untuk menyembahNya saja dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Dakwah pada masa ini masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi kepada orang-orang terdekat beliau.
Hingga kemudian beliau mendakwahkan Islam secara terang-terangan sesuai perintah Allah SWT. Sejak saat itulah mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran di tengah-tengah masyarakat yang jahiliyah. Aktifitas dakwah politik menjadikan Rasulullah dianiaya dan diperangi oleh kaum kafir dengan berbagai macam cara. Akan tetapi penganiayaan tersebut tidak menyurutkan Rasulullah dari aktifitas dakwahnya. Beliau lakukan semuanya dengan sepenuh hati sesuai perintah Illahi, hingga ajal mendatangi.
Pengorbanan, kasih sayang, perhatian Rasulullah terhadap umatnya inilah yang patut dijadikan teladan dan idola. Itulah bukti bahwa Rasulullah menyayangi umatnya. Bahkan kepedulian beliau kepada umatnya, tetap dibawa hingga sakaratul maut menghampiri beliau. Yang beliau pikirkan adalah keselamatan umatnya. Beliau bicara pada malaikat Izroil untuk melimpahkan rasa sakitnya kepada beliau. Bahkan ketika Ali mendekatkan telinga ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan, yang terucap dari lisà n mulianya adalah “ummati..ummati…ummati..â€
Di akhir hidup Nabi mulia ini masih saja terus memikirkan nasib umatnya sepeninggal beliau. Maka, apakah ada sosok yang lebih pantas selain beliau untuk dijadikan teladan dan idola?! Rasa-rasanya tak ada manusia yang sebanding dengan pribadinya yang agung dan mulia di muka bumi ini.
Karena itulah, jadikan beliau sebagai idola sejati yang kita cintai sepenuh hati dengan mengikuti apa yang telah beliau ajarkan. Buktikan cinta kita dengan taat padaNya. Hingga kelak, semoga kita bisa bertemu dan berkumpul dengan beliau di surgaNya.
Sulaiman bin Harb telah mengatakan, ‘Kami diberitahu oleh Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anasradhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Orang itu mengatakan, ‘Kapankah hari kiamat itu?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya, ’Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?’Orang itu menjawab, ‘Tidak ada, hanya saja sesungguhnya saya mencintai Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.’
Anas radhiyallahu ‘anhu (Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meriwayatkan hadits ini) mengatakan, “Kami tidak pernah merasakan kebahagiaan sebagaimana kebahagiaan kami ketika mendengar sabda Rasulullah , ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.’
Wallahu ‘alam bish-shawab. []