MAAF
Oleh. Aya Ummu Najwa
Muslimahtimes – Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Dalam perjalanan kehidupannya, manusia tak akan pernah lepas dari khilaf maupun dosa, baik kepada Rabb-nya, kesalahan karena menganiaya diri sendiri, maupun kepada sesamanya. Tergelincir lidah, terpeleset kata, juga tingkah laku yang salah, yang kadang kesalahan ini bisa sengaja dia lakukan, atau dia tak sengaja lakukan, atau bahkan dia lakukan namun dia tak sadar jika ia telah berbuat salah.
Terkait kesalahan-kesalahan kepada sesamanya ini, kadang manusia dengan sadar apa yang dia lakukan dan paham bisa menyakiti orang lain. Namun kadang ia tak sadar dengan kesalahannya dan imbasnya telah menyakiti, merebut hak, dan menzalimi orang lain. Dan ketika dia menyadari, semuanya telah terlambat, semua telah pergi, saudara, teman, keluarga, telah meninggalkannya hanya menyisakan penyesalan tak berkesudahan.
Sungguh melakukan kesalahan itu manusiawi, melakukan dosa itu wajar, karena manusia itu adalah tempat khilaf dan dosa. Namun tidak semua manusia yang melakukan kesalahan itu menyadari kesalahannya. Maka ketika dia menyadari dia telah berbuat dosa, segeralah bertaubat, meminta ampun kepada Allah dan meminta maaf kepada saudaranya.
Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman:
(إِنَّمَا ٱلسَّبِیلُ عَلَى ٱلَّذِینَ یَظۡلِمُونَ ٱلنَّاسَ وَیَبۡغُونَ فِی ٱلۡأَرۡضِ بِغَیۡرِ ٱلۡحَقِّۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِیمࣱ)
“Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS asy-Syura, 42).
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pun bersabda, “Kezaliman itu ada 3 macam; kezaliman yang tak berampun, kezaliman yang berampun, dan kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah.”
Adapun kezaliman yang tidak terampuni adalah syirik. Firman Allah Subhanahu Wata’ala,
(وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ یَعِظُهُۥ یَـٰبُنَیَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِیمࣱ)
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah Sesungguhnya syirik itu kezaliman yang amat besar!” (QS Luqman: 13).
Begitu beratnya kezaliman syirik ini karena Allah tidak berkenan membuka ampunan-Nya; selama tidak bertaubat darinya dengan serius, yaitu dengan taubatan nashuha.
Adapun kezaliman yang dapat diampuni Allah adalah kezaliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia dengan Allah, Tuhannya. Dengan upaya menutup episode kelam dalam hidupnya, dan mengantinya dengan amalan kebaikan dan ketaatan yang sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sementara, kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman seorang hamba terhadap sesama mereka. Karena dipastikan akan ada saling tuntut. Mereka yang dizalimi akan menuntut keadilan Allah di Hari Pembalasan nanti. Demikian disampaikan Imam al-Bazaar dan ath-Thayaalisy.
Rasulullah pun Shalallahu alaihi wasallam bersabda:
“Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan dan harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal dan maafnya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada manfaatnya harta dan dinar atau dirham. Jika ia punya amal shalih, akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR Bukhori Muslim).
Harus dipahami, bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah bersaudara, maka mereka dilarang untuk saling menyakiti dan berpecah belah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu.” (QS. al-Hujurat: 10)
Bahkan Allah ingatkan, diantara nikmat besar yang Allah berikan kepada para sahabat adalah Allah jadikan mereka saling mengasihi, saling mencintai, padahal sebelumnya mereka saling tidak mengenal satu dengan yang lain atau malah saling bermusuhan,
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kalian orang-orang yang bersaudara, karena nikmat Allah.” (QS. Ali imran: 103).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menggambarkan hubungan persaudaraan antara sesama Muslim, ibarat satu jasad. Jika ada yang sakit, yang lain turut merasakannya,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اثْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah bagaikan satu jasad, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh badan akan susah tidur dan terasa panas.” (HR. Muslim 2586).
Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang memboikot saudaranya wa karena urusan dunia lebih dari 3 hari,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot (tidak menyapa) saudaranya lebih dari 3 hari.” (HR. Bukhari 6237 dan Muslim 2560).
Karena itu, tidak memaafkan kesalahan sesama Muslim sementara yang bersalah sudah berusaha untuk minta maaf, maka dia diancam amalnya tidak akan diterima.
Dalam hadis tentang pelaporan amal setiap Kamis dan Senin, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan,
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu-pintu surga dibuka setiap hari senin dan kamis. Lalu diampuni seluruh hamba yang tidak berbuat syirik (menyekutukan) Allah dengan sesuatu apapun. Kecuali orang yang sedang ada permusuhan dengan saudaranya. Dikatakan: Tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai… tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai… tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai…” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwatha’ 5/1334, Ahmad 9119, dan Muslim 2565).
//Mereka akan Diampuni Meskipun Tidak Dimaafkan Saudaranya//
Apabila seorang Muslim sudah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan kawannya semaksimal yang bisa dia lakukan, namun kawannya tidak mau memaafkan, InsyaAllah dia tidak termasuk yang mendapat ancaman ditangguhkan pengampunannya.
Az-Zarqani dalam penjelasanya untuk al-Muwaththo’ menukil perkataan Ibnu Ruslan,
ويظهر أنه لو صالح أحدهما الآخر فلم يقبل غفر للمصالح
“Yang bisa kita simpulkan, apabila salah satunya berusaha berdamai dengan yang lain tapi perdamaian itu tidak diterima, maka orang yang berusaha berdamai tersebut diampuni. (Syarh az-Zarqani ‘ala al-Muwaththo’, 4/335).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf ,hendaklah memaafkannya,apakah ia berada dipihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan) , niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat) (HR Al-Hakim)
“Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan (HR Ath-Thabrani)
Barangsiapa senang melihat bangunannya dimuliakan, derajatnya ditingkatkan, maka hendaklah dia mengampuni orang yang bersalah kepadanya, dan menyambung (menghubungi) orang yang pernah memutuskan hubungannya dengan dia “ (HR Al-Hakim)
“Jika hari kiamat tiba, terdengarlah suara panggilan, “Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya?” Datanglah kamu kepada Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu .Dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga.” (HR Adh-Dhahak dari ibnu Abbas Ra)
Fudail bin Iyad berkata : “Jiwa kesatria ialah memafkan kesalahan-kesalahan saudaranya.”
Anas Radhiayallahu ‘anhu berkata : “Ketika Rasulullah shalallahu Alaihi Wassallam duduk diantara kami, tiba-tiba ia tersenyum sehingga nampak gigi serinya ,maka umar bertanya :
”Apakah yang menyebabkan tertawamu Ya Rasulullah ?”
Jawab beliau :”Ada dua orang berlutut di hadapan Tuhan Rabbul Izzati. Lalu yang satu berkata :”Aku menuntut hakku yang dianiaya oleh kawanku itu.”
Maka Allah menyuruh orang yang menganiaya :”Kembalikan haknya” .
Orang itu menjawab :”Tiada sesuatupun hasanahku (kebaikanku)”.
Maka berkatalah orang yang menuntut itu :”Suruhlah ia menanggung dosaku”
عليه ومديت يدى دفيتة فدعا على ياشيخ انا طلبت منه السماح ولكن لا يريد ان اكلمه اويرانى ووجهت له عن طريق اناس مقربين له انى اريد السماح منك ويدى ممدودة اليك فى اى وقت وهو رافض ولا يريد ان يرانى ماذا افعل وهل انتهى بهذا الفعل
Pertanyaan, “Aku telah berbuat salah kepada seseorang karena dia menggunjingku, merendahkan dan hasad kepadaku. Aku lantas melabraknya dan mengata-ngatainya dengan suara keras bahkan memukulnya. Akhirnya dia mendoakanku dengan doa kejelekan. Kemudian aku meminta maaf kepadanya namun dia tidak ingin bicara dan melihat diriku. Aku lantas meminta bantuan orang-orang yang dekat dengannya untuk menyampaikan keinginanku meminta maaf kepadanya. Tanganku terulur di waktu kapan pun namun dia tetap menolak dan tidak ingin melihat diriku. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku tidak berdosa setelah melakukan upaya-upaya di atas?
الإجابه:
ما دمت انك تبذل جهدك في المصالحة والوفاق فأنت مأجور إن شاء الله وهو الآثم والله أعلم
Syeikh Abdul Muhsin al Ubaikan, “Jika anda telah mengerahkan berbagai daya upaya untuk berdamai dengannya maka anda insya Allah mendapat pahala sedangkan dialah yang malah berdosa”.
Rasulullah Shalallahu bersabda kepada Uqbah;
“Ya Uqbah maukah engkau kuberitahukan tentang akhlak penghuni dunia akhirat yang paling utama? “Apa itu Ya Rasulullah? . “Yaitu menghubungi orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang menahan pemberiannya kepadamu, memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu “ (HR Al-Hakim dari Uqbah bin Amir Al-Juhani )
وَلۡیَعۡفُوا۟ وَلۡیَصۡفَحُوۤا۟ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن یَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمٌ)
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS An-Nuur :22).
Sungguh kesempurnaan adalah milik Allah, manusia hanyalah mahluk tempat kesalahan dan kekhilafan. Maka sahabatku, aku menyesal atas salahku, aku meminta maaf untuk kesalahan dan khilafku, semoga Allah membukakan pintu maafku dan maafmu, menjadikan hati-hati kita senantiasa terpaut dalam cinta kepada Allah dan RasulNya.
Wallahu a’lam