Oleh. Helmiyatul Hidayati
(Blogger Profesional, Member Revowriter Jember, Redaktur & Editor, Content Creator, Mompreneur dan Reviewer Film)
#MuslimahTimes — Di penghujung tahun 2020, sebuah drama asal negeri ginseng mengguncang dunia maya. Drama itu berjudul Start Up yang penayangannya baru selesai di awal desember kemarin. Acting para pemeran dinilai sangat berhasil dan jalan cerita yang sangat related dengan kehidupan anak muda masa kini, membuat netizen terbagi menjadi dua kubu; kubu pertama adalah kubu tim pemeran utama atau main lead atau disebut tim Nam Do San; sedangkan kubu kedua adalah tim pemeran pendukung atau second lead yang disebut tim Han Ji Pyeong. Karena sengitnya persaingan antar 2 (dua) kubu tidak jarang juga netizen Indonesia menyebutnya dengan sebutan paslon 01 VS paslon 02, seperti di masa pemilu.
Kesuksesan drama ini berdampak pada actor pemeran pendukung mendapat penghargaan di sana; bahkan mendapat tawaran iklan dan tampil di majalah untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun karirnya. Viralnya drama ini juga dimanfaatkan oleh Restoran Hollywings Indonesia sebagai strategi marketingnya. Holliwings Indonesia membagi cabang-cabang restoran mereka menjadi restoran tim Nam Do San dan restoran Tim Han Ji Pyeong. Strategi ini sukses membuat mereka viral.
Start Up sendiri adalah drama tentang seorang gadis bernama Seo Dal Mi yang berusaha menjadi sukses untuk mengalahkan dan membuktikan kepada kakaknya, Seo In Jae bahwa pilihan dan keputusannya di masa lalu bukanlah kesalahan. Mereka berdua pun bersaing hingga masuk ke Sand Box, perusahaan yang menampung para perusahaan rintisan dengan konsep yang serupa dengan Silicon Valley. SandBox digambarkan sebagai wadah calon pengusaha untuk mendapatkan bimbingan dari senior, investor dan kantor untuk mendukung dan mengembangkan usaha rintisan.
Singkat cerita Seo Dal Mi kalah dari Seo In Jae hingga perusahaan rintisan yang ia bangun bersama Samsan Tech bubar karena terjebak akuisisi bakat yang dilakukan oleh perusahaan lain. Itu membuat Seo Dal Mi Kembali menjadi pengangguran lagi serta tim nya harus keluar dari SandBox.
Seo Dal Mi mendatangi Han Ji Pyeong, mentornya dan meminta saran atas kondisinya. Pada saat itu Han Ji Pyeong berkata, “Jika kau tidak bisa mengalahkan musuhmu, maka jadilah pasukannya.” Hal ini membuat Seo Dal Mi melamar pekerjaan di perusahaan kakaknya. Ketika perusahaan itu berkembang hingga melahirkan anak perusahaan, Seo Dal Mi pun ditunjuk menjadi pimpinannya.
Apa yang dikatakan Han Ji Pyeong di dalam drama mengingatkan kita pada dinamika politik Indonesia baru-baru ini bukan? Setelah pada pertangahan 2020 rakyat Indonesia dibuat tegang melihat persaingan kubu 01 sang petahana yakni Jokowi-Ma’ruf Amin VS kubu 02 sang penantang lama yakni Prabowo-Sandiaga Uno.
Demi harapan perubahan pada Indonesia yang baru, tak sedikit yang memberikan dukungan pada paslon 02, termasuk dukungan para ulama tersohor di negeri ini. Nyatanya tim Prabowo-Sandiaga Uno kalah dan harus tersingkir dari medan laga.
Kehebohan terjadi tak lama setelah itu, karena ternyata Prabowo bergabung dalam cabinet Presiden Jokowi, yang notabene adalah musuh yang mengalahkannya dalam pemilu, dengan menjadi Menteri pertahanan Republik Indonesia. Menyusul baru-baru ini, Sandiaga Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
Han Ji Pyeong dalam drama adalah karakter pengusaha kaya yang tidak mau rugi. Ia tidak mau berinvestasi pada perusahaan yang tidak memiliki model pendapatan. Karena itu saran yang ia berikan kepada Seo Dal Mi adalah dengan tujuan memperkecil kerugian dan mendapatkan keuntungan seiring berjalannya waktu. Dalam bisnis ala kapitalisme ini adalah hal biasa dan dianggap suatu hal yang genius selama tujuan kesuksesan itu tercapai.
Namun bisnis perusahaan rintisan berbeda dengan amanah kepemimpinan. Dalam hal ini saran Han Ji Pyeong sama sekali tidak bisa digunakan. Karena bila digunakan hanya akan melahirkan pemimpin dealer, padahal di tengah kondisi carut-marutnya Indonesia kita membutuhkan seorang Leader.
Seorang Leader adalah seseorang yang sadar betul bahwa tugasnya adalah mengurus rakyat, mengurus kemaslahatan rakyat dan mengatur urusan masyarakat dengan adil. Bila sebuah negara dipimpin oleh seorang leader maka ia tidak akan sembrono dalam menetapkan kebijakan; negara pun memiliki kedaulatan di mata dunia.
Sementara kepemimpinan dealer adalah model kepemimpinan dimana memenuhi kepentingan pribadi /kelompok adalah tujuannya. Bila seorang dealer memimpin sebuah negara, maka tidak heran bila asset-asset negara satu-per satu mulai dijual. Bila seorang leader tugasnya adalah mengurus rakyat, namun dalam kepemimpinan dealer, rakyatlah yang harus mengurus penguasanya dengan menjadi objek ketidakadilan dalam segala aspek.
Sayangnya mendapatkan leader tidaklah mudah, karena sekuler kapitalisme hanya melahirkan dealer-dealer berbasis anggaran. Leader yang amanah adalah leader yang memimpin hanya berlandaskan Syariah Islam. Penerapan syariat Islam itu sendiri akan mendatangkan maslahat bagi rakyat, sebagaima kaidah syara “dimana ada hukum syara’, di sana ada maslahat”
Sungguh jabatan ini adalah amanah. Pada Hari Kiamat nanti, jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambil jabatan itu dengan haq dan menunaikan amanah itu yang menjadi kewajibannya (HR Muslim).