Oleh: Farihah S.P
MuslimahTimes.com – Makkah dan Madinah adalah dua tempat yang tidak akan pernah berhenti dari pengunjung. Kaum Muslim dari berbagai belahan dunia, silih berganti mendatanginya. Di sana kaum Muslim berkumpul, bersatu, serta berbaur tanpa melihat suku, bangsa, asal daerah, dan bahasa. Karena memiliki tujuan yang satu, yaitu menjalankan syariat Allah yakni haji, umrah dan ziarah.
Sekitar kurang lebih 15 sampai 20 tahun, lamanya menunggu panggilan haji setelah mendaftar. Sehingga banyak yang memilih haji jalur pribadi, dengan biaya lebih tinggi. Atau lebih memilih untuk berangkat umrah terlebih dulu. Travel-pun bermunculan, beragam, bahkan ada travel abal-abal. Seperti yang pernah terjadi, kasus First Travel yang melakukan penipuan terhadap calon jama’ah umrah dengan kerugian milyaran.
Mendulang Pahala
Makkah dan Madinah merupakan dua tanah suci yang diberkahi. Memiliki banyak keutamaan yang tidak ditemukan di tempat-tempat lain. Sabda Nabi Saw: “Salat di masjid al-Haram lebih baik 100.000 kali shalat di masjid lain” (HR. Malik).
Dalam riwayat lain Rasulullah Saw menuturkan: “Satu kali shalat di masjidku (Masjid Nabawi) ini lebih baik ketimbang 1000 kali shalat di masjid lain, kecuali masjid al-Haram” (HR. Bukhari Muslim). Serta sabda Nabi saw: “Siapa saja yang shalat di masjidku ini sebanyak empat puluh kali shalat, tidak ada sekali saja shalat yang tertinggal, maka ditetapkan untuknya bebas dari neraka, adzab dan kemunafikan” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi).
Keutamaan berikutnya adalah diijabah do’a-do’a yang dipanjatkan, termasuk memohon ampunan. Sabda Nabi Saw: “Orang yang mengerjakan haji dan umrah merupakan tamu Allah. Maka jika mereka bermohon kepada-Nya, pastilah dikabulkan-Nya, dan jika mereka memohon ampunan pasti diampuni-Nya.” (HR. Ibnu Majah)
Bahkan diyakini di dua tanah suci ini akan mendapat balasan dari perbuatan yang dilakukan baik pada hari itu juga, maupun yang telah lalu di kota asalnya.
Selanjutnya, yang merupakan puncak dari haji mabrur adalah balasan surga. Seperti apa yang disampaikan dalam hadits: “Haji mabrur itu tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Hal itulah yang menjadi alasan bagi kaum Muslim di berbagai negeri tumpah ruah di dua kota suci tersebut.
Tonggak Perjuangan dan Ukhuwah
Selain alasan di atas, yang tidak kalah penting adalah menelusuri jejak-jejak perjuangan Rasulullah Saw. Makkah adalah tempat kelahiran manusia pilihan yang sangat dirindu umatnya. Dialah baginda Nabi Muhammad Saw. Beliau dibesarkan hingga dewasa, sampai tiba saatnya menerima kerasulannya. Beliau berdakwah di Makkah selama 13 tahun. Menerima cemoohan, hujatan, dilempari kotoran, disiksa bahkan hendak dibunuh oleh pamannya sendiri, Abu Lahab.
Ka’bah, tempat pertama kali Rasulullah Saw mengi’lankan kelompok dakwah beserta para sahabat. Terdiri dari 2 barisan yang rapi, dipimpin oleh Hamzah dan Umar dengan mengelilingi Ka’bah. Berdiri di depan Ka’bah serasa terbayang bagaimana bersemangatnya Rasulullah Saw dan para sahabat pertama kali menyampaikan dakwah ke tengah-tengah umat.
Ka’bah, tempat berkumpulnya manusia, jauh sebelum Islam datang. Di situlah, Rasulullah Saw bertemu dengan kabilah Aus dan Khazraj dari Madinah. Sebagai awal kemenangan Islam, dengan masuk Islamnya mereka.
Selanjutnya, Bukit Aqabah tempat Rasulullah Saw dibai’at oleh 75 orang dari suku Aus dan Khazraj. Dikenal dengan sebutan Bai’at Aqabah Kedua. Sebelumnya terjadi Bai’at Aqabah Pertama terdiri dari 12 orang yang berbai’at kepada Rasul.
Hal ini, seharusnya menjadi motivasi bagi seluruh kaum Muslim agar terus berjuang dalam menyampaikan risalah-Nya. Karena Rasulullah Saw tak pernah berhenti dalam dakwah, sampai akhirnya Allah berikan kemenangan. Rasulullah Saw hijrah dari Makkah ke Madinah, dengan jarak kurang lebih 450 km, ditempuh dengan menggunakan kuda. Jika sekarang ditempuh menggunakan kendaraan mobil, sekitar 4-5 jam. Bukankah perjalanan yang melelahkan, bahkan Rasulullah Saw dalam keadaan dikejar musuh.
Di Madinah, Rasulullah Saw hidup selama 10 tahun lamanya. Beliau pun meninggal di kota suci ini. Betapa tergugah, rindu yang membuncah, mengoyak hati, ketika harus ziarah ke makam beliau. Sabda Nabi Saw: “Barang siapa berhaji kemudian berziarah ke makamku setelah kematianku, maka seakan-akan ia mengunjungiku saat aku hidup.” (HR.al-Daruquthni, al-Thabrani dan al-Haitsami).
Dan masih banyak situs-situs dan tempat lain, seperti bukit-bukit atau gunung, serta gua yang memiliki sejarah perjuangan dakwah. Selain itu, di Madinah lah tonggak ukhuwah terjalin. Kaum Muhajirin dan kaum Anshar dipersaudarakan dengan keimanan. Belum lagi kaum Musyrikin dan Yahudi yang juga tinggal di kota Madinah. Mereka seluruhnya diikat oleh ikatan ideologi, dalam naungan negara Islam. Artinya mereka seluruhnya merupakan bagian dari negara Islam, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Sejarah perjuangan dakwah Rasulullah Saw, merupakan salah satu bekal yang harus dimiliki oleh kaum Muslim yang hendak berangkat ke tanah suci. Selain dari materi, fisik dan mental yang kuat, ilmu yang cukup dan benar, serta memilih travel yang mumpuni dalam mewujudkan tujuan berhaji atau berumroh tadi. Sehingga dapat beribadah dengan khusyu’, merasakan dan tergambar akan perjuangan Rasulullah Saw dan para sahabat dalam berdakwah, selanjutnya dapat mengambil hikmah dalam setiap perjalanan yang dilakukan.
Maka sepulangnya ke negeri masing-masing, membawa energi baru dalam perjuangan dakwah Islam. Karena sejatinya haji dan umrah mabrur terlihat setelah berhaji dan berumrah, yakni senantiasa taat kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw tanpa tapi dan tanpa nanti. Termasuk dalam dakwah, dengan mengikuti metode dakwah Rasul. Dalam rangka mewujudkan persatuan kaum Muslim, di bawah naungan institusi Daulah Khilafah Islamiyah.