Oleh Ummu Sansan
(Komunitas Pena Cendekia)
#MuslimahTimes — Notifikasi telegram berbunyi. Beberapa nama teman terlihat mulai join aplikasi telegram. Di beberapa grup whatsapp juga ada ajakan untuk meninggalkan aplikasi whatsapp untuk beralih pada aplikasi lain seperti telegram dan BiP. Ada apa gerangan dengan whatsapp?
Tak dimungkiri hampir semua pengguna android mengenal aplikasi pesan whatsapp ini. Aplikasi ini membantu untuk berkomunikasi dengan pengguna lain baik secara personal maupun dalam grup. Namun kebijakan terbaru whatsapp menuai keinginan sejumlah orang untuk berpindah aplikasi. Di sisi lain, aplikasi pesan lain mulai bermunculan, disertai tawaran spesifikasi yang menggiurkan mulai dari jumlah keanggotaan grup, tampilan, hingga keamanan.
Gonjang ganjing Whatsapp
Bermula dari kebijakan baru yang akan dikeluarkan whatsapp. Per tanggal 8 Februari 2021, bagi pengguna yang tidak berkenan dengan aturan main baru di aplikasi chatting milik Facebook ini, pengguna diizinkan menghapus akun. Selain itu kebijakan privasi baru ini memungkinkan WhatsApp membagi data pengguna dengan Facebook. Kekhawatiran penyalahgunaan data pengguna membuat resah masyarakat. Keamanan tidak terjamin. Sekalipun whatsapp bersikukuh meski berbagi data, fitur keamanan end-to-end encryption tetap terpasang di WhatsApp. (cnbcindonesia.com, 8/1/2021).
Dilansir dari kompas.com bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia pada Senin (11/1/2021) sempat mengadakan pertemuan dengan perwakilan WhatsApp dan Facebook regional Asia Pasifik. Terkait kekhawatiran pengguna, Kominfo di antaranya meminta Whatsapp untuk meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan peraturan perundang-perundangan yang mengatur tentang pelindungan data pribadi di Indonesia.
Sekalipun berdalih tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait kebijakan barunya selain penambahan opsi baru terkait mereka yang ingin berkirim pesan ke bisnis di WhatsApp. Namun mampu membuat whatsapp menunda pelaksanaan kebijakan barunya hingga 15 Mei 2021 mendatang. Bahkan munculnya kebijakan baru whatsapp mampu menurunkan jumlah instalasi whatsapp hingga 13% sebagaimana laporan Sensor Tower yang diumumkan pekan lalu. Adapun Daily Mail melaporkan bahwa anak usaha Facebook itu diunduh sebanyak 1,3 juta kali saja, berbeda dengan tujuh hari pertama di awal tahun yang mencapai 10,3 juta download. Selain itu peringkat whatsapp juga turun, menurut laporan App Annie, WhatsApp berada diurutan 38 untuk AS dan Inggris peringkat ke-10 (cnbcindonesia.com, 16/1/2021)
Sebaliknya rivalnya yakni Telegram mendapat tambahan download hampir 1,7 juta kali. Sementara itu Signal, competitor lain, mendapat 1,2 juta download. Muncul juga BiP, aplikasi buatan Turki. Play Store menjelaskan aplikasi BiP telah diunduh lebih dari 50 juta kali hingga Selasa (26/1). Sedangkan di iOS, aplikasi BiP memiliki rating hingga 4,6. (m.cnnindonesia.com, 26/1/2021).
Aplikasi BiP ini telah tersebar ke 192 negara. Menariknya aplikasi perpesanan ini berasal dari Turki, sebuah negara muslim. Tak heran jika disambut baik terutama di kalangan komunitas muslim. Pada umumnya karena kemunculannya dari Turki yang ternyata mampu memiliki terobosan teknologi seperti negara barat. Selain itu juga karena beberapa kelebihan yang dimiliki BiP dibandingkan whatsapp. Alhasil kemandirian teknologi ini patut diacungi jempol.
Potensi Umat Islam
Kesamaan rasa dan sejarah dengan Turki menurut praktisi IT Ufuwan juga salah satu alasan yang membuat BiP mampu diterima masyarakat Indonesia. (www.portal-islam.id, 19/1/2021). Sejatinya kesamaan akidahlah yang menumbuhkan kepercayaan masyarakat muslim Indonesia terhadap produk Turki ini, karena sama-sama negara Muslim.
Kesamaan akidah Islam sejatinya merupakan potensi terbesar umat Islam. Betapa tidak, jumlah penduduk negeri-negeri muslim tidaklah sedikit. Kemampuan yang dimiliki juga beragam. Bila diasah dengan baik, tentu akan muncul pakar-pakar di bidangnya disertai penemuan-penemuan mutakhir yang tak kalah dengan barat. Toh peletak dasar keilmuan dulunya juga berasal dari ilmuwan muslim bukan?
Sayangnya umat Islam tak kunjung menyadari potensi jumlah yang dimilikinya. Asalkan besarnya kuantitas ini dibarengi dengan kualitas, persatuan, dan kepemimpinan politik niscaya menghasilkan kekuatan yang dahsyat. Bukankah potensi ini telah mampu pula menggertak korporasi ekonomi kapitalis seperti whatsapp?
Rasulullah saw bersabda: “Hampir tiba suatu masa dimana berbagai kaum mengepung kalian, bagaikan orang-orang yang lapar mengerumuni hidangan mereka.” Maka seorang sahabat Nabi bertanya: “Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada hari itu?” Nabi menjawab: “Bahkan, pada hari itu jumlah kamu banyak, tetapi kamu (laksana) buih dari air yang mengalir; dan Allah Subhanahu Wata’ala akan mencabut rasa takut terhadap kalian dari hati musuh-musuh kalian; dan Allah Subhanahu Wata’ala akan menancapkan ke dalam hati kalian penyakit al-wahnu.” Seorang sahabat bertanya: “Apakah al wahnu itu Ya RasulAllah ?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud). Hadits riwayat Abu Daud ini mestinya menyadarkan umat Islam untuk segera bangkit. Seraya mewujudkan posisinya sebagai umat terbaik. Maka bersatunya umat Islam di seluruh dunia menjadi keniscayaan untuk maju dan terdepan.
Dengan demikian tak hanya aplikasi pesan saja yang maju, juga teknologi dan bidang lainnya juga maju manakala bersungguh-sungguh memegang agama Islam ini beserta syariatnya. Saatnya untuk mengoptimalkan potensi dan beralih pada syariat Islam. Wallahua’lam bisshowab.