Oleh. Intan H.A
Muslimahtimes– Di sela-sela perbincangan yang berlangsung antara saya dengan salah seorang remaja putri beberapa hari yang lalu, kami berdua membahas satu tema yang hingga detik ini masih saja digandrungi oleh segelintir manusia, yakni mengenai ramalan zodiak.
Bicara tentang zodiak, pasti hal yang terbersit dalam benak kita adalah urutan nama-nama seperti Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, dan seterusnya. Zodiak sering diartikan dengan ramalan bintang dan dikaitkan dengan sifat seseorang berdasarkan bulan kelahirannya.
Dan ironisnya, menurut penuturan si remaja putri tadi, di era serba canggih seperti sekarang ini ramalan zodiak tidak sulit dijumpai. Tinggal usap jari di layar mini si zodiak pun datang menghampiri. Terbukti dengan hadirnya sebuah forum yang mewadahi perkumpulan mereka di salah satu medsos. Di sana mereka akan mendapatkan ramalan terupdate tiap pekannya sesuai bulan kelahiran masing-masing. Astaghfirullah!
Zodiak atau di sebut juga dengan ilmu astrologi merupakan ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya dengan nasib manusia. Kedudukan pada suatu masa tertentu, menentukan tanda zodiak tertentu.
Zodiak berasal dari bahasa Yunani yakni “Zoodiacos Cyclos”, yang berarti lingkaran hewan. Ilmu meramal nasib berdasarkan benda langit ini muncul sejak tahun 400 SM, dibuat oleh bangsa Mesir kuno. Selanjutnya bangsa Yunani kuno lah yang mematenkan nama-nama zodiak yang terdiri dari dua belas nama tersebut.
Kemudian hal ini dilanjutkan oleh bangsa Babilonia tepatnya suku Babel. Suku yang berada di Mesopotamia, di antara sungai Tigris dan Eufrat (bagian tenggara Irak). Bangsa Babel memang populer dengan entitas orang-orang penyembah benda-benda langit. Mereka meyakininya sebagai dewa-dewi dan memprediksi masa depan melalui pergerakan benda langit.
Selanjutnya pada tahun 539 SM, Persia mengambil alih kekuasaan. Kemudian para suku Babel ini pergi ke daratan Eropa selatan (Romawi dan Yunani). Dari sinilah diturunkannya praktik meramal berdasarkan bintang.
Banyak pengaruh terhadap astrologi bangsa Mesir yang diberikan oleh astrologi kebudayaan Mesopotamia. Astrologi menyebar dengan cepat ke Eropa, Timur Tengah, India dan seluruh dunia.
Melihat dari sejarah lahirnya zodiak ini, maka dapat dikatakan bahwa sejarah munculnya zodiak tidak ada kaitannya dengan peradaban Islam. Bahkan ia lahir dari ritual ibadah yang dilakukan suatu kaum yang meyakini bahwa benda langit memiliki kuasa atas apa-apa yang ada di alam ini.
Ilmu astrologi seperti horoskop, zodiak, disebut juga sebagai ilmu nujum (perbintangan). Mempelajari ilmu ini dapat menafikan tauhid dan dapat menjerumuskan pelakunya pada kemusyrikan. Hal tersebut dikarenakan orang itu menyandarkan suatu kejadian kepada selain Allah Ta’ala.
Di dalam Shahihul Bukhari dan Sahih Muslim, dari hadits Zaid bin Khalid al-Juhani, ia berkata: “Rasulullah telah mengimami kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah setelah semalamnya turun hujan. Ketika usai shalat, beliau berbalik menghadap kepada para Sahabat lantas bersabda: ‘Tahukah kalian apa yang difirmankan Rabb kalian?’ Para Sahabat menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui‘.
Beliau ﷺ bersabda: ‘Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Di kala pagi ini, di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan: ‘Telah turun hujan kepada kita berkat karunia dan rahmat Allah’ ia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Sedangkan orang-orang yang berkata: ‘Telah turun hujan kepada kita karena bintang ini atau bintang itu’, maka ia kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.” (HR Bukhari dan Muslim)
Seseorang yang meyakini bahwa bintang-bintang mempunyai pengaruh terhadap alam semesta, maka ia dinyatakan musyrik dengan tingkatan syirik besar dan telah keluar dari agama Islam sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas.
Sejatinya manusia tidaklah mungkin dapat mengetahui nasib yang akan menimpanya di masa depan. Jangankan di masa depan, nasib kita satu jam ke depan saja kita pun tidak mengetahui dengan pasti. Disebabkan akal manusia bersifat terbatas, maka kita tidaklah dapat memahami dan mengetahui hal-hal ghaib maupun rahasia hidup yang akan menimpa kita kelak.
Allah Swt berfirman:
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (TQS. an-Naml: 65)
Jadi, tidaklah pantas bagi kita untuk menampakkan keangkuhan dengan mengklaim bahwasannya dapat mengetahui perkara-perkara rahasia (ghaib). Dan tidak pula patut bagi seorang muslim untuk mempercayai perkara ramalan ini. Jika hal tersebut tetaplah dilakukan, maka itu merupakan bentuk pengingkaran akan adanya Allah sebagai zat satu-satunya yang Maha kuasa lagi Maha mengetahui segala sesuatu di alam semesta ini. Wallahu’alam.[]