(Oleh: Rani Binti Sulaeman)
#MuslimahTimes — Cinta adalah satu kata yang tak pernah lekang dimakan waktu. Tak pernah terpupus sampai kapanpun. Cinta telah ada semenjak dunia belum dicipta. Lihatlah, betapa Allah telah mengabarkan dalam Al-Qur’an surat Al a’raf ayat ke 72 :” “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”
Dari kesaksian tersebut, sejatinya kita pernah berikrar bahwa kita tidak akan pernah menduakan Allah. Itulah cinta, cinta sejati antara hamba dengan penciptanya.
Cinta tak akan pernah usai, bahkan ketika dunia telah sirna dalam kefanaanya. Ada surga yang akan Allah berikan kepada manusia yang setia pada titah cinta-Nya. Ada kebahagiaan yang Allah berikan kepada mereka yang tak pernah menduakan-Nya. Cinta yang indah hanya berbalas keindahan. Lalu seperti apa indah cinta yang sebenarnya?
Beribu atau mungkin berjuta manusia telah berusaha untuk merangkai makna, menerjemahkan kata cinta. Ada yang bilang, cinta adalah hati yang tersentuh. Sebagian menyamakan cinta dengan energi, ada juga yang menggambarkan cinta dengan meminjam pesona lukisan alam yang Allah ciptakan. Semua hanya ingin menggambarkan bahwa cinta, meski kadang memeras air mata, nyata selalu penuh pesona.
Indahnya kisah hidup kita, itulah indahnya cinta yang Allah beri. Betapa tidak. Sungguh semua kisah kehidupan selalu bermuara pada cinta, senantiasa tentang cinta.
Ada banyak kisah cinta yang teramat sangat indah antara seorang hamba dengan Allah Sang Maha Pencinta. Salah satunya adalah puisi yang ditulis oleh Yunus Emre, seorang ulama pada masa kekhihafahan Usmaniyah.
Datanglah, lihat apa yang telah dilakukan cinta padaku
Aku memberikan diriku untuk berperang
Datanglah, lihat apa yang telah dilakukan cinta padaku
Seperti arung jeram yang mengalir cepat dalam ribuan tahun
Hati yang gelisah ini luluh lantak terhempas karang
Datanglah, lihat apa yang telah dilakukan cinta padaku
Peganglah tanganku dan angkatlah diriku
Atau bawalah aku ke pelukMu
Buatlah aku tersenyum karena tangisku telah menganak sungai
Datanglah, lihat apa yang telah dilakukan cinta padaku
Dunia tak lagi semerbak
Pedih telah menjadi misteri
Datanglah, lihat apa yang telah dilakukan cinta padaku
Kisah cinta selalu mengaru biru. Membawa manusia pada puncak bahagia. Apatah lagi cinta kepada Allah Sang Maha Pencinta. Al Juzaz berkata : “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mena’ati keduanya dan rida terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rosulullaah saw, sedangkan cinta Allah kepada makhluk-Nya adalah ampunan, rahmat dan nikmat-Nya serta pujian baik pada mereka”.
Adakah yang lebih bernilai dari cinta Allah kepada hamba-Nya? Tentu tidak. Lalu bagaimanakah caranya agar kita bisa menjaring cinta-Nya?
Pertama, ikutilah Rosul-Nya. Dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 31, Allah berfirman :”Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah mengikuti jalan dakwahnya, meniru akhlaknya dan mena’ati apa yang diperintahkan serta menjauhi apa yang dilarangnya.
Lihatlah bagaimana Rasulullah berdakwah, maka seperti itulah jalan dakwah yang harus dilaksanakan. Bagaimana Ia membina para sahabat dengan penuh cinta, bersikap tegas mencela kekafiran, menyeru manusia untuk berislam secara kaffah. Hingga bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memimpin sebagai kepala negara di Madinah dan mengatur umat hidup dalam syari’at.
Ah, menuliskan bagaimana hidup dan kehidupan kekasih Allah tidak akan pernah cukup hanya dalam selembar kertas. Mengenalnya untuk mengikuti dan mencintainya adalah perjalanan sepanjang hayat. Mengucap namanya memercikan api rindu, mengenang kisahnya menggenangkan air mata haru di pelupuk juga kalbu.
Kedua, Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil. Dalam Al-Qur’an surat Al maidah ayat 42 Allah berfirman : “Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”
Adil adalah melakukan suatu perbuatan dengan tidak menzalimi orang lain dan diri sendiri. Adil juga berarti melaksanakan kewajiban sesuai ketentuan dan menerima hak sebagai imbalan. Keadilan ini harus diterapkan dalam semua segi kehidupan.
Ketiga, Allah mencintai orang yang sabar. Ini Allah sampaikan dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 46 : ”Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah.”
Sabar yang sempurna akan terwujud ketika seseorang tunduk sepenuhnya tanpa syarat kepada Allah.
Keempat, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat Ali Imron ayat 159 ”Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
Tawakal adalah memulai melakukan sesuatu, dan menyerahkan hasilnya pada Allah. Orang yang bertawakal akan mendapatkan cinta dari-Nya. Dengan cinta-Nya akan terurai semua kesedihan, akan terpecahkan semua permasalahan.
Kelima. Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Hal ini Allah sampaikan dalam al-Qur’an surat Al Baqoroh ayat 222 : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”
Ada banyak cara untuk menjaring cinta-Nya. Semuanya itu telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Berbahagialah mereka yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, karena merekalah yang bisa menikmati manisnya iman. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, dari Anas ra., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda “Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainya, orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke neraka” (Mutafaq alaih)