Muslimah Sehat, Pendidik Generasi Hebat
Oleh : Nahida Ilma (Mahasiswi Kesehatan)
Muslimahtimes.com – Persepsi sehat dan sakit yang dimiliki publik sangat bervariasi karena memang sangat relatif antara satu individu dengan yang lain. Banyak faktor yang memengaruhi terbentuknya persepsi sehat dan sakit tersebut. Namun, pada umumnya masih banyak yang menjadikan sehat jasmani atau fisik sudah cukup menjadi standar sehat. Padahal makna sehat dan sakit terlalu sempit ketika hanya disematkan kepada orang-orang yang tampak sehat jasmani atau fisiknya. Kesehatan mental atau lebih sering disebut dengan mental healthy yang menjadi banyak disinggung di masa pandemi ini juga menjadi komponen penting dalam menyematkan status sehat dan sakit pada seseorang.
Menurut WHO, sehat adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Sedangkan sakit dimaknai sebagai kondisi yang berlawanan dengan sehat. Sakit adalah kondisi cacat atau kelainan yang disebabkan oleh gangguan penyakit, emosional, intelektual, dan sosial.
Menjaga kesehatan tubuh menjadi penting bagi setiap kalangan dan usia. Apalagi di masa pandemi seperti ini. Banyak sekali bentuk promosi kesehatan dengan harapan publik bisa lebih memberikan perhatian kepada kesehatan tubuh dan lingkungan sebagai bentuk penjagaan imun di masa pandemi. Menjadi sehat dan menjaga kesehatan merupakan salah satu bentuk perawatan terhadap apa yang Allah titipkan serta sebagai bentuk syukur kita.
Pada usia 20-40 tahun merupakan usia di mana energi yang ada dalam tubuh mencapai puncak maksimalnya dan pertahanan tubuhnya sangat kuat. Pada rentan usia ini atau tepatnya pada usia 20-30 tahun juga menjadi waktu paling produktif dari organ reproduksi. Dilanjutkan pada fase degeneratif, yaitu fase dimana stamina tubuh sudah mulai menurun atau berkurang. Fase ini ada pada usia di atas 40 tahun. Ketika telah memasuki fase selanjutnya, fase sakit. Yaitu pada rentang usia di atas 50 tahun, sel-sel dalam tubuh mulai sakit serta fungsinya pun menurun. Dan pada usia di atas 60 tahun, sel-sel tubuh mulai mengalami kematian.
Sebagai muslimah, tentunya kita harus bijak dalam memposisikan persepsi sehat dan sakit serta memanfaatkan usia-usia produktif. Memaknai konsep anti aging dengan memanfaatkan secara maksimal kebugaran tubuh untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang mampu menghantarkan pada rida Allah. Fitrah perempuan adalah menjadi layaknya danau kehidupan yang menenangkan bagi keluarganya. Sebuah posisi istimewa yang hanya bisa dilakukan oleh perempuan, yakni ummu warobatul bait. Dengan tugas itulah, perempuan bisa disebut sebagai induk peradaban.
Untuk mengemban tugas istimewa, tentu perbekalan biasa tak akan cukup. Perbekalan yang ala kadarnya juga tidak akan mampu menuntaskan tugas tersebut. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk mengemban tugas tersebut. Mulai dari yang tampak sampai yang kasat mata. Mulai dari kesiapan ilmu hingga kesiapan mental dan fisik. Peradaban yang gemilang serta generasi hebat tidak akan hadir dari muslimah yang tidak mampu mempersiapkan perbekalan terkhusus terkait kesehatan dirinya. Tentu saja, Allah akan memberikan ganti yang setimpal untuk membayar seluruh pengorbanan demi terlaksananya tugas istimewa tersebut.
Di samping terus bersemangat dalam mempelajari tsaqofah Islam, merawat tubuh kita sedini mungkin juga menjadi poin penting. Sangat disayangkan jika generasi muda sekarang terutama kaum hawa banyak yang justru terserang penyakit kronis. Masa-masa yang seharusnya bisa digunakan untuk memaksimalkan energi atau potensi justru dihabiskan dengan segala hal yang bermanifestasi buruk pada tubuh. Sehingga kesehatan menurun dan rentan terhadap penyakit. Kurangnya olahraga, pola makan yang buruk, istirahat yang tidak memadai dan lain sebagainya.
Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah tentang pengelolaan emosi. Fitrah perempuan salah satunya adalah ketidakseimbangan emosi. Mudah sekali merasa senang dan mudah sekali merasa sebaliknya. Faktor eksternal sangat berpengaruh besar dalam hal ini. Sehingga penting bagi kita, seorang muslimah untuk memanagenya. Tidak menggantungkan kebahagiaan atau sebaliknya kepada orang lain.
Memanage emosi termasuk juga di dalamnya melatih mood. Belajar untuk berkorban dan memberikan toleransi kepada keluarga di rumah. Keidealismean dihadirkan pada momen-momen tertentu. Dengan demikian, kemampuan menenangkan layaknya danau kehidupan tadi akan sangat terasa.
Muslimah sebagai manajer rumah tangga juga harus mampu menciptakan lingkungan rumah yang kondusif. Salah satunya menjadikan rumah memiliki sanitasi memadai sehingga kesehatan keluarga terjaga. Tak lupa, kemampuan untuk mencari celah menghadirkan kebahagian diri juga menjadi hal penting. Celah bahagia bagi seorang muslimah sangatlah luas. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan memainkan peran kita sebagai muslimah.
Tubuh yang sehat memberikan dampak yang positif bagi siapa pun, termasuk muslimah. Dengan tubuh yang sehat, maka akan lebih mudah dalam meregulasi emosi atau mood sehingga dapat menjadi muslimah yang tangguh yang siap menyokong keluarga ketika membutuhkan kekuatan. Sehingga akan terlahir darinya generasi-generasi hebat dan tercipta peradaban yang cemerlang.