Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd
MuslimahTimes.com – “On eternal patrol”. Begitu bunyi pengumuman setelah berhari-hari semua berdo’a dan berharap kapal selam Nanggala 402 ditemukan. Akhirnya, pada hari Minggu, 25 April 2021, kapal selam KRI Nanggala ditemukan di sekitar perairan Utara Bali, setelah hilang kontak sejak Rabu, 21 April 2021. Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono mengatakan KRI ditemukan dalam kondisi terbelah. (Tempo.co, 25/4/2021)
Syahid, Insyaallah
53 awak kapal dinyatakan gugur, mengingat kapal ditemukan telah terbelah menjadi tiga bagian di kedalaman 800 meter lebih. Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya. Sebagaimana hadist menyatakan orang yang mati tenggelam dinyatakan sebagai syuhada.
“Syuhada itu ada lima, yaitu orang yang meninggal karena penyakit tha’un, orang yang meninggal karena penyakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang meninggal karena benturan keras atau tabrakan atau tertimpa reruntuhan, dan orang yang gugur di jalan Allah” (HR Bukhari dan Muslim).
Ibrah
Tentu dalam setiap peristiwa kita harus bisa mengambil pelajarannya. Begitu juga dalam peristiwa duka ini. Sebuah tamparan bagi Indonesia sebagai negara maritim. Negara dengan wilayah laut yang besar dan garis pantai terpanjang ternyata belum mempunyai alutsista yang memadai. Apalagi kapal selam yang dimiliki Indonesia untuk melindungi perbatasannya hanya ada 5, termasuk KRI Nanggala 402 yang dibuat tahun 1977.
Saat penemuan badan kapal selam Nanggala 402 di kedalaman 800 meter pun, yang berhasil menemukannya adalah kapal bantuan dari Singapura. Yang mempunyai kemampuan lebih canggih dari milik negara kita.
Sebuah ironi di negeri maritim yang membuat rakyat ikut prihatin. Mempertanyakan mengapa negeri tetangga yang wilayah negara dan lautnya lebih kecil bisa memiliki alutsista lebih canggih sementara negeri ini belum bisa. Tak mau dirutuki sebagai penghina kegelapan, beberapa rakyat Indonesia pun menggalang dana untuk patungan membeli kapal selam untuk negeri ini. Himpunan Anak-anak Masjid (Hamas) Jogokariyan menggalang donasi untuk membeli kapal selam pengganti KRI Nanggala-402. (Kompas.com, 27/4/2021)
Alutsista dalam Islam
Islam, sebagai diin yang sempurna, tak hanya mengatur gelar syuhada. Tapi, juga mengatur tentang militer dan alutsista. Dalam Islam, keamanan dalam dan luar negeri sangat penting. Penjagaan batas wilayah dan kedaulatan sangat diperhatikan. Maka, negara memastikan terpenuhinya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana yang mendukung hal itu
Departemen perindustrian hadir untuk memberikan support penuh bagi alutsista yang dibutuhkan pihak militer. Baik itu pesawat, kapal selam, kapal cepat, dan lainnya. Negara akan mengusahakan untuk mengadakan alutsista sendiri agar tidak tergantung pada negara lain.
Dalam buku Art of War, yang ditulis oleh Charles Oman, dikatakan ada dua hal yang membuat orang-orang Islam yang dipanggil dengan sebutan Saracen pada abad ke-10 menjadi musuh berbahaya, adalah jumlah dan kekuatan mesin perang luar biasa.
Kapankah kita akan kembali menjadi negara terbaik dengan pertahanan terbaiknya?
Wallahu a’lam bish shawab.