Oleh : Ummu Fara
Muslimahtimes– “Ummi, kapan sih Ramadannya selesai?”
“Memang kenapa, Nak?”
“Aku nggak mau puasa. Aku nggak kuat kalau tidak boleh makan dan minum. Aku tidak suka Ramadan.”
Pernahkah Ayah Bunda mendapati situasi demikian? Ketika ananda tidak happy dengan hadirnya bulan Ramadan? Bulan dimana seharusnya umat muslim bersuka hati, karena pintu ampunan dibuka lebar untuk hamba-Nya yang mau memperbaiki diri. Bulan dilipatgandakannya balasan atas setiap amal perbuatan kita.
Ramadan bulan mulia. Banyak amalan istimewa yang Allah cintai di dalamnya. Selalu ada kisah di setiap tahunnya. Jika baru kenalan saja tidak happy, akankah Ramadan tetap istimewa di hati generasi? Yuk, persiapkan Ramadan istimewa bersama ananda. Mengukir momen Ramadan untuk mengokohkan iman dan takwa, tidak hanya bagi diri tetapi juga buah hati. Salih bersama ananda.
Selayaknya kita membantu ananda agar turut mencintai bulan yang mulia agar bersemangat menyambut kedatangannya. Berikut ini hal yang dapat kita upayakan untuk menciptakan kesan istimewa tentang Ramadan di hati ananda:
1. Sampaikan kemuliaan Ramadan pada ananda.
Sejak usia berapakah Ayah Bunda mengajak Ananda berpuasa? Sudahkah mengiringinya dengan maklumat tentang kemuliaan Ramadan yang menggugah nafsiyah Ananda? Agar Ramadan tidak hanya diingat sebagai bulan menahan diri dari lapar dan dahaga, kita perlu memberikan pemahaman tentang kemuliaannya. Mengenalkan amalan-amalan yang hanya ada di dalamnya agar tercipta kesan Ramadan sebagai bulan istimewa. Bulan latihan untuk semakin mencintai Allah ta’ala.
Dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadis dari al-Nasa’i).
Hati siapa yang tak akan tersentuh dengan kebaikan-kebaikan yang Allah siapkan saat bulan Ramadan tiba? Terlebih hati ananda yang masih bersih dari noda. Terbukanya pintu langit, ampunan dari Allah bagi orang berpuasa, ditutupnya pintu neraka, setan-setan dibelenggu, serta adanya malam seribu bulan yang telah Allah siapkan. Begitu lah kabar gmbira yang Ramadan bawa. Tugas kitalah menjelaskannya kepada ananda. Menyentuh nafsiyah ananda sedini mungkin agar kemuliaan Ramadan tertanam kuat di hati ananda. Agar ringan bagi ananda menghiasi Ramadan dengan ihsanul amal, yakni amalan terbaik.
2. Melatih berpuasa sesuai kemampuan ananda.
Memiliki anak salih dan salihah adalah dambaan semua orang tua. Bahkan sejak dini, kepribadian Islam sudah mulai ditamankan.
Mengenalkan ananda pada Rabbnya, Rasulullah sang teladan utama, juga pada amal ibadah yang akan mengisi hari-hari ananda. Namun sudahkah kita melakukan itu semua dengan cara yang menyenangkan? Mengajak ananda beribadah tanpa adanya paksaan? Memberi keteladan dalam beramal salih? Agar ananda menikmati momen ibadahnya?
Mengajarkan ananda berpuasa tidak cukup hanya dengan memberikan ilmu tentang puasa saja. Namun juga harus dengan latihan. Proses berlatih pun harus kita sesuaikan dengan kemampuan ananda. Terlebih jika ananda masih dalam tahap usia pra baligh, belum menerima kewajiban ibadah. Jika ananda belum mampu puasa full satu hari, tidak perlu memaksa dan menakut-nakutinya. Bantu ananda berlatih sesuai kemampuan diri. Bertahap beberapa jam, atau setengahnya dulu agar nanti mampu menjalankannya secara sempurna dari subuh hingga magrib tiba.
Bukankah Allah memberi kemudahan bagi kita yang sudah mengemban kewajiban saat tidak mampu berpuasa? Allah jelaskan bolehnya meninggalkan puasa dalam kondisi tertentu. Ketika dalam keadaan sakit dan dalam perjalanan (lihat Alquran surat Al Baqarah ayat 184).
Jika bagi kita yang sudah dewasa ada keringanan, apa lagi untuk ananda yang masih dalam tahap belajar? Belum ada dosa pula bagi ia jika meninggalkan.
3. Sahur dan berbuka bersama.
Sahur, selain ada keutamaannya, dapat juga menjadi momen menyenangkan yang tak akan terlupakan. Begitu juga dengan berbuka. Upayakan melakukan keduanya bersama ananda. Jika tidak memungkinkan bisa memilih salah satunya. Ananda pasti sangat senang melakukan apapun bersama orang tuanya.
Bundalah biasanya yang punya banyak kesempatan membersamai ananda. Bunda juga dapat mengajak ananda membantu mempersiapkan menu berbuka dan sahur bersama. Mengisi waktu dengan hal yang menyenangkan agar puasa tidak membosankan.
4. Jadilah teman beribadah yang menyenangkan.
Ramadan memang bulannya beribadah. Memperbagus amal dengan harapan meningkatkan keimanan. Waktu yang pas untuk mengajak ananda beribadah bersama. Mengajarkan banyak amalan yang dapat menambah timbangan kebaikan.
Saat Ramadan biasanya umat Muslim lebih tergerak untuk menambah amal kebaikan. Saatnya kita ajak ananda turut serta melakukan amalan yang Allah dan Rasul-Nya anjurkan. Agar ananda ringan diajak beribadah, kita perlu memberikan pemahaman tentang apa yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Menjelaskan keutamaan amalan tersebut agar ananda termotivasi untuk melaksanakan. Pastikan pula kita tidak sekadar menyuruh, tapi juga membersamai. Jadilah partner beribadah yang menyenangkan.
5. Beri Ruang Main untuk Ananda.
Melarang ananda bermain dengan alasan agar kuat berpuasa seringnya membuat ananda tidak nyaman. Justru ananda akan merasa terkekang dan tidak bebas seperti hari-hari biasanya. Hal ini akan menciptakan kesan kurang menyenangkan di ingatan ananda.
Agar puasa tetap menyenangkan, beri ruang ananda untuk bermain apa yang ia suka. Siapkan aktivitas seru yang tidak harus menguras tenaga. Ayah bunda dapat juga bermain bersama agar semakin tercipta suasana yang membahagiakan bagi ananda. Menyiapkan permainan edukatif agar saat puasa ananda tetap produktif. Mengukir kenangan menyenangkan di bulan Ramadan. Bahwa Ramadan bukanlah halangan untuk tetap bergerak dan bukan pula waktunya bermalas-malasan.
Demikianlah Ayah Bunda hal yang dapat kita upayakan dalam membersamai belajar ananda. Pengalaman adalah guru yang tak terlupakan. Mari Ayah dan Bunda bersemangat membersamai ananda. Menciptakan pengalaman menyenangkan beribadah di bulan mulia bersama ananda tercinta. Isi memorinya dengan pengalaman indahnya mendekatkan diri pada Allah ta’ala. Semoga Ramadan kali ini dapat kita lalui dengan ketakwaan yang semakin meninggi. Semangat menjemput Lailatulqadar bersama buah hati.