Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd
Muslimahtimes– “Di mana Salahuddin? Di mana Salahuddin?”
Suara tangisan menggema di komplek Masjid Al Aqsa mempertanyakan keberadaan Salahuddin al Ayyubi sang pembebas Al Quds.
Hujan Serangan
Sejak malam Jum’at, penduduk Palestina diserang oleh tentara zionis Israel. Bahkan, mereka diserang saat tengah melakukan sholat! Ratusan orang terluka akibat serangan yang terjadi. Tak berhenti disitu, serangan terus berlanjut sampai Israel melancarkan serangan udara mematikan di Gaza pada Senin 10 Mei 2021. Sedikitnya 20 orang tewas, termasuk 9 anak-anak. (medcom.id, 11/5/2021)
Berbagai media menganalisis hal ini terjadi karena yang terjadi di Syekh Jarrah. Israel mengusir penduduk Palestina dari rumahnya untuk membuat pemukiman mereka. Dalam gugatannya, pemukim Yahudi mengklaim keluarga mereka kehilangan tanah itu saat perang yang berujung pembentukan Israel tahun 1948 silam. (cnnindonesia.com, 10/5/2021)
Tertawan
Palestina tertawan. Al Aqsa tertawan. Dan semua penguasa muslim hanya diam, mencukupkan diri dengan mendo’akan, mengutuk dan memberi dukungan bagi perjuangan Palestina. Gema tangisan pilu, lautan darah dan air mata yang tumpah tak bisa menggugah empati dan rasa para penguasa yang bersembunyi di balik sekat nasionalisme.
Membiarkan saudaranya berjuang sendirian dengan dalih bukan urusan negara kita. Tidak boleh ikut campur urusan negara orang. Miris.
Waa Mu’tashimaah!
Al kisah, seorang muslimah dilepas hijabnya, dilecehkan, disiksa dan dimasukkan ke dalam penjara Amuriyyah oleh tentara Byzantium. Muslimah tersebut memekik, “Waa Mu’tashimaah (Tolonglah aku wahai Mu’tashim!)” yang pekikannya menggema ke seluruh Amuriyyah. Seorang pemuda muslim yang menyaksikan hal tersebut menyampaikannya pada Khalifah Mu’tashim billah di Baghdad.
Mendengar pemuda tersebut. Khalifah Mu’tashim mengirimkan surat kepada Kaisar Theopolis untuk membebaskan sang muslimah. Namun, surat itu tak digubrisnya. Hingga, khalifah mengorganisir sekitar 80.000 pasukannya untuk mengepung Amuriyyah. Pengepungan terjadi 11-12 hari dari 2-14 Ramadan 223 H.
Tak hanya berhasil membebaskan sang muslimah, tapi kota Amuriyyah berhasil ditaklukan setelah beberapa jam pertempuran. Allah menangkan kaum muslim. Ini bukan sekedar dongeng. Ini kenyataan yang terjadi. Dan tinta sejarah mencatatnya.
Pemimpin yang Didamba
Inilah pemimpin yang didamba. Inilah sosok pemimpin yang dinanti. Inilah sosok pemimpin yang lahir dari penerapan islam kaffah. Iman dan takwa hadir dalam diri. Kepedulian akan umat tak terhalang jarak.
Berani mengerahkan pasukan secara besar-besaran demi kemuliaan seorang muslimah. Kini, tangisan kembali terdengar bukan di Amuriyyah, tapi di bumi Syams. Akankah kita serahkan nasib saudara kita pada perundingan, negosiasi yang selalu merugikan? Atau meminta bantuan penjajah yang katanya berniat membantu tapi di sisi lain ikut membantu dana, senjata Israel dan bahkan ikut menggusur warga Palestina dari rumahnya?
Sungguh, Palestina butuh junnah. Al Aqsa butuh sang perisai seperti Mu’tashim billah. Mari satukan perjuangan demi tegakknya Islam kembali.
Wallahua’lam bish shawab.