Oleh: Ari Sofiyanti
#MuslimahTimes — Ramadan telah usai dan kini bulan baru menyambut kita. Walaupun sedih karena Ramadan telah pergi, umat muslim tetap bersuka cita di hari berbuka ini. Saling bersilaturahim dan saling memaafkan. Terucap pula doa kepada saudara seiman kita,
تقبل الله منا و منكم
“Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian.” (sanadnya hasan, Fathul Bari II, hlm 446; Fikih Sunnah bab Idul Fithri).
Ada juga yang mengucapkan,
مِنَ العَائدِيْنَ والفَائِزِينَ
Yang maknanya, “Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan semoga kita termasuk orang-orang yang memeroleh kemenangan.”
Kaum muslim begitu berharap meraih hikmah ketakwaan dari bulan mulia Ramadan lalu mendapat kemenangan di hari raya. Namun, kondisi kaum muslim hari ini masih jauh dari hakikat takwa yang sebenarnya.
Berita-berita kriminal masih banyak bermunculan setiap harinya. Korupsi yang dilakukan oleh para penguasa juga belum belum berkurang kasusnya, salah satunya kasus korupsi paling menyakitkan rakyat adalah korupsi dana bansos oleh Menteri Sosial tahun 2020 lalu. Ditambah lagi polemik baru dalam tubuh KPK mengenai tes wawasan kebangsaan yang berujung dibebastugaskannya 75 pegawai.
Pandemi Covid pun belum usai, sementara itu rakyat dibuat bingung dan menderita dengan kebijakan pemerintah. Di satu sisi rakyat dilarang mudik lebaran, di sisi yang lain TKA asing malah masuk dan tempat-tempat wisata juga dibuka. Ditambah lagi ada yang masih memanfaatkan Covid sebagai ladang uang, contohnya kasus antigen bekas yang dilakukan oleh Plt Branch Manager Laboratorium Kimia Farma Medan.
Kondisi kaum muslim juga masih terpuruk. Kelaparan dan kemiskinan menjadi problem yang setiap tahun belum terselesaikan. Pendidikan dan kesehatan belum dapat dijangkau oleh semua orang.
Di belahan dunia lainnya, kondisi kaum muslim sama menyedihkannya, bahkan di beberapa negara seperti Palestina lebih mengenaskan lagi. Mereka tengah dibantai oleh Israel dan tindakan kejam musuh-musuh Islam ini telah berlangsung puluhan tahun!
Sesungguhnya kaum muslim masih belum memenuhi hakikat takwa yang sebenar-benarnya. Menurut Ibnu Qayyim, “Hakikat takwa adalah menaati Allah atas dasar iman dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan atau pun perkara yang dilarang. Oleh karena itu, seseorang melakukan perintah itu karena imannya, yang diperintahkan-Nya disertai dengan pembenaran terhadap janji-jani-Nya. Dengan imannya itu pula, ia meninggalkan yang dilarang Allah dan takut terhadap ancaman-Nya
Demikian pula dalam firman Allah,“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(An-Nisa:65)
Imam Nawawi menerangkan dalam kitab Riyadus Sholihin Setiap orang sudah pasti mengerti bahwa Islam adalah agama yang lengkap hukum-hukumnya serta peraturan-peraturannya. Dalam segala macam persoalan Islam sudah menyediakan hukum yang wajib diterapkan untuknya itu, mulai dari hal yang sekecil-kecilnya seperti berkawan, adab pergaulan, berumah tangga dan lain-lain, juga sampai yang sebesarnya, misalnya menegakkan tertib hukum, mengatur keamanan dalam negara dan sebagainya. Dalam hal perselisihan antara orang perorang, antara golongan satu dengan lainnya, bahkan antara bangsa dengan lain bangsa pun tercantum pula hukumnya.
Maka, dari fakta yang terjadi di tengah-tengah kita, tentu dapat kita nilai bahwa kita masih berjuang mewujudkan ketakwaan individu semata. Namun, kita belum berjuang menegakkan ketakwaan masyarakat dan negara dengan menerapkan seluruh hukum syariat.
Ini pula yang membuat kita belum sampai pada kemenangan yang nyata, padahal Allah telah menjanjikan kemenangan di atas tangan kaum muslim. Salah satunya dalam firman Allah,
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka —sesudah mereka berada dalam ketakutan— menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Siapa saja yang kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An-Nuur: 55)
Janji kemenangan dari Allah bahwa kaum muslim akan memimpin manusia di bumi ini akan terwujud apabila kita menepati syarat-syarat tertentu, yaitu bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, mulai dari individu, masyarakat dan negara. Bersama-sama menancapkan akidah dan keyakinan Islam dan menerapkan seluruh aturan Islam tanpa terkecuali. Dengan demikian Allah benar-benar akan meneguhkan bagi kita agama yang telah Allah ridai yaitu Islam; dan Allah benar-benar akan menukar keadaan kita —sesudah berada dalam ketakutan— menjadi aman sentosa.
Insyaa Allah.