Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Kelas Bengkel Istri & Salehah Institute)
Muslimahtimes.com – Sepasang figur publik yang dianggap mewakili couple goals islami, memutuskan berpisah di usia pernikahannya yang baru lima tahun. Meski perpisahan dilakukan baik-baik, tentu sangat disayangkan. Menjadi pelajaran kita semua, betapa menjalani rumah tangga membutuhkan ikhtiar terus menerus. Tanpa hitungan tahun.
Terlebih dalam menjalin interaksi dengan pasangan. Penting membangun sistem relasi suami istri yang kokoh. Meletakkan dasar-dasar filosofi yang kuat dalam rumah tangga. Menancapkan mindset yang komprehensif tentang apa dan bagaimana membangun hubungan yang kokoh dalam pernikahan. Antara lain sebagai berikut:
Memahami karakter dasar pria vs wanita
Kegagalan hubungan dimulai dari tidak adanya pemahaman mengenai perbedaan mendasar antara laki-laki dan perempuan. Saat berinteraksi, suami memperlakukan istri seperti dirinya, istri memperlakukan suami seperti dirinya. Misal, laki-laki tidak paham bahwa wanita itu mengedepankan perasaan dibanding logika. Ketika bicara tidak menjaga perasaan istri, karena menganggapnya tidak akan membuat tersinggung. Padahal di telinga istri hal itu manyinggung perasaannya. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan hubungan tidak harmonis. Untuk itu, harus paham kodrat laki-laki dan wanita seperti apa.
2. Membangun sistem komunikasi yang efektif
Banyak yang bilang kegagalan hubungan karena kurangnya komunikasi. Nyatanya, cara bicara laki-laki dan wanita memang berbeda. Wanita lebih banyak menggunakan sinyal atau kode, bukan bahasa lugas. Akibatnya tidak mudah dimengerti pria. Sementara pria irit bicara, menganggap tidak ada masalah, tetapi istri memiliki segudang masalah yang hendak disampaikan namun tak terucapkan. Karena itu, perlu dibangun sarana komunikasi yang terbuka dan penuh keakraban.
3. Membangun ekonomi keluarga yang kokoh
Faktor ekonomi adalah penyebab utama kegagalan hubungan. Banyak istri yang tidak tahan dengan yang belanja yang kurang. Wajar, sebab istrilah yang pusing memikirkan setiap detail kebutuhan rumah tangga, karena laki-laki umumnya tidak paham urusan belanja dengan detail. Tahunya hanya global saja. Untuk itu, ekonomi rumah tangga harus kokoh agar tidak muncul masalah. Suami sebagai penanggungjawab naskah harus lebih giat berusaha dan menguatkan istrinya.
4. Membangun konsep persahabatan antara suami istri yang lengket, akrab, cair dan terbuka
Sejalan dengan usia pernikahan, hubungan kian renggang karena kurangnya waktu berdua. Muncul kejenuhan dan kebosanan. Kekurangan-kekurangan pasangan yang kian terkuak, menyebabkan rasa salut, kagum, dan sayang sedikit berkurang. Akibatnya hubungan jadi renggang. Bahkan saling bermusuhan, seperti dua pasang manusia yang kembali hidup masing-masing. Padahal seharusnya hubungan suami istri itu harus dekat, lengket, bersahabat erat, akrab, cair dan penuh canda tawa. Ini yang harus diperjuangkan.
5. Membangun saling ketergantungan baik aspek lahir maupun batin
Suami dan istri adalah dua insan yang disatukan untuk saling melengkapi. Seperti sepasang sepatu kanan dan kiri yang tak terpisahkan, karena saling ketergantungan satu sama lain. Yang kiri tak bisa berfungsi tanpa yang kanan, demikian pula sebaliknya. Istri memiliki ketergantungan kepada suami, sebaliknya suami sangat membutuhkan istri. Perasaan akan saling membutuhkan ini menjadi penguat dan perekat hingga tak mudah terpisahkan. Istri jangan terlampau mandiri hingga melakukan apa-apa sendiri, seolah tak punya suami. Demikian pula sebaliknya. Saling bekerjasamalah agar rasa saling menyayangi makin dalam. Saat itulah hubungan suami istri telah menyatu, satu raga dan satu jiwa.
6. Membangun mental penyelamat
Tumbuhkan rasa syukur karena dikaruaniai kesempatan hidup berpasangan. Jika adalah masalah, jangan merasa sebagai korban, tetapi tampillah sebagai penyelamat untuk memecahkan masalah. Selalu mengalah dan minta maaf. Mencari persamaan, bukan memperbesar perbedaan. Bertindak mencari solusi, dan bukan menunggu. Menciptakan ketentraman dan kebahagiaan, dan bukan meminta dibahagiakan.
7. Mewujudkan cinta dan kasih sayang tanpa syarat
Hakikat tertinggi rasa cinta adalah menerima tanpa syarat. Memberi tanpa menunggu diberi. Berbuat baik bukan karena balas budi menunggu pasangan baik dulu. Melayani sesuai kewajiban tanpa menunggu hak ditunaikan terlebih dahulu. Berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan menunggu diperlakukan baik saja. Demikian agar kasih sayang terus tertanam.
Hal-hal mendasar itu di luar skill agama, berupa kuatnya pondasi menikah yakni dalam rangka ibadah, menyempurnakan agama. Menikah adalah wadah pasangan suami istri untuk bekerjasama meraih takwa. Untuk itu, dibutuhkan sakinah, mawadah dan rahmah
Apa ukurannya? Adanya ketentraman, ketenangan dan kasih sayang. Ada hubungan suami istri yang menyatu, secara fisik maupun jiwa. Semoga kita diberi kekuatan untuk mewujudkannya. Meski sulit, meski pahit, tetapi selalu ada cara. Bahkan banyak cara, sebab Allah menyertai kita. Insya Allah.(*)