Oleh: Kholda Najiyah
(Founder Kelas Bengkel Istri)
Muslimahtimes.com – Pandemi sungguh mendekatkan diri pada kematian. Hampir setiap hari kita mendengar hamba Allah terkapar. Di antaranya adalah teman, sahabat dan kerabat yang menemui ajal. Kita yang ditinggalkan tiba-tiba terkejut. Mereka sebagian masih sangat muda dan bahkan orang-orang baik yang sangat berjasa.
Ulama-ulama panutan umat pun, banyak yang telah mendahului menghadap-Nya. Para pejuang Islam tak sedikit yang telah dipanggil pulang. Menjadi renungan untuk kita, apa yang sudah kita persembahkan dałam hidup ini, sebagai bekal saat detik-detik kematian menjemput? Dalam konteks keluarga, apa yang harus kita lakukan untuk menyiapkan saat-saat jika perpisahan itu datang?
Berikut beberapa hal yang penting untuk disiapkan, agar kita meninggal dengan tenang dan keluarga pun tidak kebingungan jika tiba-tiba kehilangan orang yang dia sayang:
1. Siapkan Buku Wasiat
Siapkan satu buku tulis khusus untuk mencatat segala hal yang menyangkut rahasia personal kita. Misalnya catatan berupa inventaris harta pribadi kita di dunia nyata, agar kelak hali waris tidak kebingungan membaginya sesuai syariat. Tentu selama hidup kita memiliki harta pribadi yang kelak harus diwariskan. Supaya tidak bercampur dengan harta suami, atau harta bersama selama pernikahan, maka perlu dirinci dengan jelas. Hal ini menyangkut hak ahli waris.
Demikian pula, inventarisir kekayaan kita di dunia maya. Barangkali kita memiliki aset-aset di dunia digital yang bisa diteruskan oleh ahli waris, diperjual-belikan atau diwariskan. Catatkan jenis dan nama aset-aset tersebut, seperti alamat website, nama akun, dan pasword-nya. Catat pula dokumen-dokumen pribadi yang selama ini rahasia, seperti akses ke rekening bank, email, dan akun media sosial. Siapkan panduan tindakan apa yang seharusnya dilakukan oleh ahli waris terhadap aset-aset tersebut.
2. Menulis Pesan Cinta
Di lembar-lembar berikutnya di dalam buku poin pertama, tuliskan pesan-pesan cinta kepada orang-orang yang kita sayangi. Berisi ungkapan perasaan kita kepada mereka, juga pesan-pesan penting apa yang harus mereka lakukan sepeninggal kita. Misalnya, terhadap pasangan, kita curahkan perasaan kita selama ini, permohonan maaf, meminta keridaan atas interaksi selama hidup bersama. Ucapan cinta dan terima kasih sebagai salam perpisahan yang indah, yang akan selalu dikenang.
Boleh pula berpesan atas apa yang harus dilakukan sepeninggal kita, semisal berkenaan dengan pembagian materi maupun pemanfaatan hal-hal bersifat nonmateri. Tentu saja, wasiat ini tidak boleh menyalahi syariat Islam, baik dalam hal materi maupun nonmateri. Misal, tidak boleh berwasiat menghibahkan harta seluruhnya, padahal ada hak waris untuk pasangan, orang tua maupun anak-anak dan kerabat yang berhak. Tidak boleh juga berwasiat melarang pasangan menikah lagi, atau melarang anak-anak menikah dengan si A atau si B dan sebagainya.
Tuliskan pula pesan-pesan cinta kepada anak-anak, masing-masing secara terpisah. Ceritakan kenangan-kenangan indah bersama mereka, ungkapan kasih sayang, ucapan terima kasih dan permohonan maaf. Kuatkan dengan nasihat-nasihat indah agar mereka tetap tegar, kokoh dan tidak putus harapan sepeninggal kita. Pesankan, langkah-langkah apa yang sebaiknya mereka lakukan jika kita tidak dapat lagi mendampingi mereka.
3. Jangan Tinggalkan Utang
Utang adalah muamalah yang diperbolehkan, namun sebisa mungkin kita berangkat tidur tiap malam dalam keadaan tidak memiliki utang. Jika memiliki utang, sebelum tidur catat dengan rinci di lembaran lain buku wasiat di poin pertama, agar kelak ahli waris dapat melunasinya. Oleh karena itu, buku catatan poin pertama ini memang harus terus direvisi isinya selama kita masih hidup. Mungkin ada penambahan harta milik, mungkin ada pengurangan utang, langsung kita up datę kapan saja selagi sempat.
Khusus bagi yang punya bisnis, utang-piutang tentu hal biasa yang tidak bisa dihindarkan. Misal berkaitan dengan stok barang atau transaksi yang belum tuntas. Catatan transaksi yang berkaitan dengan amanah terhadap pihak-pihak lain, hendaknya juga diketahui anggota keluarga agar kelak bisa diteruskannya.
4. Meminta Maaf dan Minta Keridaan
Sangat baik bila mampu membiasakan diri selalu meminta maaf kepada anggota keluarga dan meminta keridaannya. Khususnya istri kepada suami dan sebaliknya. Sehabis salat isya atau sebelum tidur, ucapkan maaf atas satu hari yang baru saja dilalui dan tanyakan apakah hari itu ia rida. Apabila tidak bisa harian, bisa kapan saja seingatnya. Sebab yang demikian itu perlu pembiasaan. Minimal harus dilakukan saat-saat genting, misal ketika perpisahaan sementara yakni ketika suami berangkat kerja ke luar kota, saat sakit berat, atau sehabis bertengkar.
Bisa dengan ungkapan lisan, bisa dengan chat. Intinya jangan sampai tiba-tiba mengalami perpisahan dengan pasangan dalam keadaan sedang bertengkar. Kita tidak pernah tahu takdir apa yang akan menimpa. Itu sebabnya ketika berselisih, sebisa mungkin segera berbaikan. Jangan sampai menyesal karena berpisah dalam kondisi sedang bermusuhan yang mana kita tidak tahu apakah pasangan rida atau tidak.
5. Zikir dan Istighfar
Setiap hari kita biasakan selalu suci, dałam keadaan berwudhu, memperbanyak zikir dan istighfar. Memang, aktivitas harian kita yang sibuk, terkadang tidak ingat untuk melakukan itu. Beruntungnya sebagai muslim, Allah memerintahkan salat lima kali dalam sehari sehingga kita otomatis berdoa dan memohon ampun di sana. Salat yang khusyu dan diterima Allah Swt. insyaallah dapat menggugurkan dosa-dosa kecil yang kita buat di antara waktu salat yang satu ke waktu salat yang berikutnya. Namun itu saja tidak cukup. Mari kita menutup hari-hari dengan senantiasa istighfar, memohon ampun kepada Allah Swt. Mana tahu kita tidur dan tidak lagi dapat terbangun atas kehendak-Nya.
Semoga hal ini menjadi pengingat kita semua, karena sebaik-baik nasihat adalah mengingat kematian.(*)