Oleh. Ummu Nazry Najmi Nafiz
(Pemerhati Generasi)
Muslimahtimes.com – Beberapa hari ini, masyarakat dihebohkan dengan berita pajak sembako. Entah sudah terealisasi ataukah masih sekadar wacana yang digulirkan masif oleh media untuk sekadar jajak pendapat masyarakat. Namun wacana pajak sembako ini sungguh sangat menyakiti hati rakyat. Sebab pastilah jika sembako kena pajak, harga sembako pasti naik meroket. Dan hal ini akan membuat rakyat banyak akan kesulitan untuk mendapatkannya.
Sebab dalam masa pandemi, dimana uang sulit didapat, PHK massal terjadi yang menciptakan gelombang pengangguran massal, naiknya harga sembako akibat beban pajak yang ditanggungnya, akan menambah deretan masalah di tengah-tengah masyarakat. Dan saat masyarakat mendapatkan banyak masalah tanpa adanya solusi yang mumpuni dari pemerintah tentu akan menimbulkan banyak keonaran dan akan berujung pada hilangnya rasa aman di tengah-tengah masyarakat.
Perampokan, pencurian, perampasan disinyalir akan meroket juga jumlah kasusnya, sebab dijadikan sebagai salah satu cara memenuhi kebutuhan hidup yang tidak pernah mengenal kompromi. Rasa lapar, haus, ketidakpuasan terhadap kehidupan akan memantik manusia untuk berbuat keji merampas harta orang lain tanpa hak. Apalagi jika tidak ada sistem hukum mumpuni yang bisa membuat jera pelaku tindak kriminal.
Para pejabat negeri yang memiliki gaji dan tunjangan fantastis dalam sistem sekuler kapitalis liberalis seperti saat ini, tidak akan merasakan penderitaan rakyat yang dipimpinnya. Tidur di kamar ber-AC, makan sesukanya yang mereka mau, siap saji tersedia diatas meja makan, bahkan cemilan ringan selalu tersedia di atas meja kerja, kendaraan mewah yang ditumpangi sebagai fasilitas yang diberikan negara, membuat kaki tak perlu berjalan di atas aspal apalagi jalan becek berlubang di tengah terik matahari.
Hal tersebut di atas akan membuat para pejabat membuat peraturan seenak udel sendiri, tanpa memerhatikan efek zalimnya di tengah-tengah masyarakat. Alhasil, semua kena pajak, jika tidak bisa dikatakan mungkin hanya kentut tak bertuan saja yang tidak kena pajak.
Inilah buah pahit hidup di sistem hidup saat ini. Sistem hidup yang diatur oleh para kapitalis yang tidak kenal aturan agama. Karenanya disebut sistem sekuler kapitalis. Pejabat penguasa hidupnya terpisah dari rakyat kebanyakan, sehingga mereka tidak pernah merasakan kesulitan hidup yang dialami oleh rakyatnya. Alhasil mereka, yaitu para pejabat penguasa akan membuat berbagai peraturan yang hanya akan menguntungkan para kapitalis saja dan bisa mengamankan posisinya sebagai pejabat penguasa. Tak peduli walaupun harus mengorbankan kehidupan rakyatnya.
Sebagai contoh, tingginya utang luar negeri yang jatuh tempo, yang menuntut untuk segera dibayar dan ditutup, memaksa para pejabat teras berpikir keras untuk meningkatkan pendapatan negara dengan mencari sumber pendapatan instan yang bisa langsung didapat, salah satunya adalah pajak sembako yang notabene adalah bahan pokok yang digunakan sehari-hari oleh manusia.
Padahal seberapa besar pun pajak sembako, tetaplah tidak akan pernah bisa menutupi ekses negatif dari beratnya pajak yang ditanggung oleh rakyat. Belanja negara untuk meningkatkan keamanan publik juga akan sangat besar. Sebab kehidupan yang sulit akan menimbulkan banyak gejolak dan tindak kriminalitas di tengah-tengah masayarakat.
Sebab itu, wacana pajak sembako menjadi wacana yang sangat tidak produktif di tengah kehidupan sempit saat ini dan bukti negara tidak kreatif dalam mencari sumber pemasukan yang strategis. Sebab di tengah wacana pungutan pajak sembako yang memberatkan kehidupan rakyat, para perampok kekayaan sumber daya alam negeri ini melenggang santai mengeruk kekayaan negeri, seperti bahan tambang dan energi yang banyak dikuasai oleh korporasi asing yang membuat negeri ini miskin dan memiliki tumpukan utang luar negeri yang mencekik kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibat sistem sekuler kapitalis liberalis yang menggigit negeri. Oleh karena itu, wacana pajak sembako adalah sangat tidak tepat.
Adapun yang seharusnya dilakukan oleh para pejabat dan penguasa negeri adalah merombak sistem sekuler kapitalis liberalis sebagai biang kerok negara terjerumus dalam lilitan utang luar negeri dan menggantinya dengan sistem lain yang lebih manusiawi dan mumpuni dalam menghasilkan sumber-sumber pendapatan dan kekayaan negara, juga dapat melunasi seluruh utang negara tanpa membebani kehidupan rakyat yang sudah berat.
Selain itu juga merombak gaya hidup pejabat dan pelenguasa negeri ini, dari gaya hidup hedonis materialistis menjadi gaya hidup sederhana dan bersahaja yang bisa dijadikan sebagai panutan bagi kehidupan rakyatnya.
Ingatlah, bagaimana seorang Khalifah Umar bin Khattab ra, bergaya hidup sederhana dan bersahaja, jauh dari kemewahan dunia. Padahal wilayah kekuasaannya mencakup seluruh imperium Persia dan Romawi, dan sumber-sumber kekayaan dunia ada dalam genggaman tangannya. Jangankan menarik pajak sembako pada rakyatnya, membiarkan seekor keledai jatuh di jalan berlubang saja tidak akan pernah dilakukannya. Khalifah Umar bin Khattab ra begitu peka terhadap kebutuhan rakyatnya hingga kebutuhan hewan peliharaan rakyatnya. Sehingga Sang khalifah tidak pernah membuat kebijakan yang membuat hidup rakyatnya menderita.
Seluruh gaya hidup Khalifah Umar bin Khattab ra, meniru sama persis gaya hidup Rasulullah Muhammad Saw yang sangat sederhana dan bersahaja. Memilih hidup dalam kesederhanaan di tengah banyaknya tawaran hidup mewah dan berkecukupan, bahkan tawaran itu datang dari Allah Swt yang disampaikan melalui malaikat Jibril as.
Maka wajarlah jika tingkat kepekaan Baginda Rasul Saw terhadap kesulitan hidup masyarakat yang dipimpinnya begitu tinggi. Sehingga Baginda Rasul Saw selalu berusaha membuat kebijakan yang dapat meringankan kehidupan rakyat yang dipimpinnya, dalam sistem Islam yang dibangun oleh Baginda Rasul Saw.
Maka, adakah pemimpin yang peka terhadap kesulitan hidup rakyatnya dalam sistem sekuler kapitalis liberalis saat ini? sehingga mereka tidak berani berbuat membuat kebijakan menarik pajak dari sembako yang notabene adalah kebutuhan pokok warga masyarakat. Jika tidak ada, maka saatnya menghapus sistem yang busuk ini dan menggantinya dengan sistem Islam warisan Rasulullah Saw yang melahirkan pemimpin yang peka terhadap kesulitan hidup rakyatnya dan membantunya dengan memberi solusi yang meringankan bukan yang menambah beban dan memberatkan rakyatnya.
Wallahualam