Oleh. Lutfiatul Ba’diyah (Aktivis Dakwah Milenial)
Muslimahtimes.com-Kasus coronavirus. Kalau dengar tentang berita kasus ini sudah seperti makanan sehari-hari yang sangat membosankan, bukan?
Dilansir dari detiknews (30/06/2021), menyatakan kasus aktif Covid-19 hari ini bertambah menjadi 239.368. Pasien yang dinyatakan sembuh dari Corona terdapat tambahan 10.807. Total pasien Corona yang dinyatakan sembuh hingga saat ini berjumlah 1.880.413. Selain itu, ada 467 pasien Corona meninggal dunia hari ini. Adapun jumlah pasien Covid-19 di Indonesia yang meninggal dunia sebanyak 58.491 orang.
Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo menilai, lonjakan Covid-19 dalam satu pekan terakhir ini yang kemudian mengakibatkan rumah sakit di sejumlah daerah dengan cepat terisi penuh adalah imbas dari keengganan pemerintah membatasi pergerakan masyarakat secara ketat. Ia juga menambahkan, strategi 3T (Testing,Tracing,and Treatment) yang tidak dilakukan secara maksimal.
Sejak awal kasus coronavirus menyerang negara tercinta kita, pemerintah sudah memutuskan menolak desakan lockdown. Pemerintah tetap memutuskan melakukan pembatasan kegiatan saja, mulai dari yang namanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga sekarang yang bernama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro untuk mengendalikan kasus Covid-19.
Menurut Pemerintah, ini adalah kebijakan yang paling tepat karena tidak akan mematikan ekonomi rakyat. Jika pemerintah menolak lockdown dengan dalih akan tak ingin mematikan perekonomian, apakah artinya materi lebih tinggi nilainya dari jiwa manusia?
Buktinya, pemerintah membiarkan rakyat berjuang sendiri bertaruh nyawa di tengah wabah untuk memenuhi kebutuhan makannya sehari-hari. Bagi rakyat yang berkecukupan pasti manut saja. Tapi masyarakat menengah ke bawah tidak punya pilihan lain kecuali keluar rumah untuk bekerja. Apa pun dilakukan demi sesuap nasi.
Sehingga masyarakat sangat menyayangkan kebijakan PPKM ini. Mereka hidup dalam dilematis, karena makan tak dijamin dan kerja tak didukung. Terbukti, sistem ekonomi kapitalisme ini tidak mampu mendukung kebijakan lockdown. Ia sangat bergantung pada untung rugi. Jika untung diambil, jika rugi dibuang. Itulah kapitalisme. Terlebih sistem ekonomi kapitalisme sudah gagal menyejahterakan manusia tanpa ada wabah sekali pun.
Memang kebijakan yang paling tepat saat ini ialah, menjalankan kebijakan berdasarkan anjuran Islam. Seperti:
1. Lockdown. Seperti anjuran Rasullullah Saw, “Apabila kalian mendengar ada wabah di suatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu. Dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR.Bukhari)
Seharusnya, tidak ada aktivitas keluar rumah. Semua kebutuhan masyarakat ditanggung negara, dibagikan secara merata dan tepat sasaran. Karena di dalam Islam, yang difokuskan ialah kesehatan, bukan materi. Rugi materi bisa dicari, kalau kesehatan?
2. Di dalam Islam, negara mendukung penuh untuk melakukan serangkaian cara untuk menangani wabah, seperti tes/tracking secara merata. Kalau gratis ya gratis semuanya. Tesnya pun akurat dan terpercaya bukan dibeda-bedakan sesuai harga. Kalau ada yang sakit benar-benar diisolasi dan difasilitasi dengan baik.
3. Memisahkan yang sehat dan sakit. Sehingga tidak ada campur baur yang sehat dan yang sakit.
4. Adanya edukasi terhadap masyarakat secara merata. Tujuannya agar menghindari isu-isu yang menyebabkan kurangnya kerjasama dalam menangani wabah. Sehingga masyarakat dan pemerintah bisa sukses menghadapi kasus bersama-sama.
Yang perlu digarisbawahi, solusi ini hanya bisa berjalan kalau negaranya tidak peduli untung rugi, tapi fokus melayani masyarakat dalam menghadapi wabah. Solusi ini tidak mungkin bisa dijalankan kalau asas negaranya masih menganut asas sekuler/kapitalis. Lalu, sistem apalagi yang bisa kalau bukan sistem Islam? Wallahua’lam bishowab.