Oleh : Evi Shofia (Praktisi Pendidikan)
Muslimahtimes.com – Kasus positif Covid kian menanjak, berita duka di dunia nyata maupun dunia maya silih berganti mengabarkan kepergian teman, tetangga, kerabat, dan ulama-ulama yang kaya ilmu. Ambulans setiap hari wira-wiri entah berapa kali dalam sehari dengan sirinenya yang makin membuat suasana mencekam. Kondisi yang tak kunjung membaik ini membuat sejumlah warga di suatu daerah melakukan ritual yang dianggap bisa melindungi diri dari wabah ini.
Seperti dilansir Timesindonesia (04/07/21), warga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bondowoso melakukan ritual “selamatan serabi dan ketupat”. Dengan cara, setiap keluarga menyerahkan serabi dan ketupat sebanyak jumlah anggota keluarga kepada tokoh setempat untuk dibacakan doa dan shalawat, setelah itu setiap orang dalam keluarga tersebut harus memakan serabi dan ketupat tersebut. Dengan cara itu, mereka meyakini akan terlindungi dari wabah, termasuk corona.
Lain lubuk lain ikannya, di Kerinci Jambi, masyarakatnya membunyikan canang pertanda ada wabah, kemudian mereka mengumandangkan azan di depan rumah masing-masing selama tiga hari. Lain lagi ritual yang dilakukan masyarakat Suku Rejang di Desa Lubuk Kembang , Kecamatan Curup Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Mereka melakukan ritual dengan duduk melingkar di tengah sawah yang belum ditanami sambil memanjatkan doa dan menyampaikan kepada para leluhur bahwa mereka dalam ancaman wabah yang mematikan. (Kompas.com, 02/04/20)
Di Kota Gudeg, Yogyakarta, ada ritual Lampah Tolak Bala. Sejumlah orang mengenakan pakaian adat
Jawa berjalan menyusuri Jembatan Kali Opak membawa kembang setaman, dupa dan kemenyan. Mereka melantunkan tembang Jawa berjudul Kidung Warawedha sambil melarung kembang setaman. Mereka meyakini kidung tersebut memiliki daya magis untuk menangkal sesuatu yang bersifat bahaya, seperti virus corona.
(gudeg.net, 19/03/20)
Memohon perlindungan kepada yang Maha Kuasa merupakan kebutuhan setiap manusia yang beriman, apalagi di saat pandemi yang kian mengancam, namun ada tata cara yang harus dipatuhi agar permohonan kita dikabulkan. Ibaratnya, kita sedang dihadang segerombolan anjing yang menyalak, siap menerkam bahkan sudah ada yang menggigit kaki. Tapi yang kita lakukan memberinya makanan, tentu saja anjing-anjing itu tak kan beranjak pergi malah semakin betah. Seharusnya, panggil pemiliknya agar mengusir anjing-anjing tersebut, maka terbebaslah kita dari terkaman anjing.
Begitu pula dengan Covid ini, ia juga makhluk Allah Swt. Virus ini akan taat dan patuh pada penciptanya. Maka seharusnya yang kita lakukan, mendekati dan memohon perlindungan pada pencipta virus ini dengan cara yang benar. Benar menurut syariat, bukan benar berdasarkan penafsiran manusia.
Dikatakan benar sesuai syariat jika sesuai dengan sunnah rasul-Nya, sesuai dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Bagaimana kita akan dapat pertolongan Allah jika menyalahi syariat, bahkan ada nuansa syirik. Alih-alih Allah akan mengabulkan permohonan kita, bahkan tercatat sebagai dosa yang tidak diampuni. Nauzdubillahi min dzalik.
Berdoa memohon perlindungan dari wabah menjadi indikator manusia adalah mahluk yang sangat lemah, yang sangat membutuhkan pertolongan Allah Swt. Pertolongan akan diraih jika kita berhasil menggapai keridaan Allah. Dengan tidak mencampuradukkan antara yang haq dan yang batil. Berdoa disertai ritual yang tidak dicontohkan oleh Nabi Saw akan mengundang kemurkaan Allah Swt.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa amal perbuatan dikatakan baik jika dilakukan dengan ikhlas dsn sesuai hukum syara’. Sebagaimana dalam QS. Al Mulk : 2
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Al-Fudlail bin Iyadl menjelaskan firman Allah ini, “yang terbaik amalnya” adalah yang terikhlas dan terbenar amalnya. Ikhlas akan tercapai hanya jika niatnya untuk Allah semata, amal yang benar hanya bisa diraih jika mengikuti Sunnah Nabi. Seperti disebutkan dalam QS. Al Bayyinah : 5
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Jadi niat yang ikhlas dan mengikuti sunnah Nabi Saw menjadi syarat diterimanya suatu amal. Jika suatu perbuatan– seperti ritual yang dilakukan sejumlah warga–walau dikerjakan dengan ikhlas, tapi tidak sesuai dengan syariat maka bisa dipastikan amalnya tertolak. Demikian pula jika amalnya sudah benar namun tidak ikhlas, pun akan tertolak. Maka dua aspek ini, ikhlas dan benar, harus menjadi perhatian kita ketika melakukan suatu amal perbuatan. Sehingga apa yang kita upayakan tidak sia-sia.
Berdoa memohon perlindungan dari pandemi ini harus diiringi dengan memurnikan ketaatan hanya kepada Allah semata. Dengan menaati seluruh aturan-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya serta berupaya amar ma’ruf nahi munkar.
Jika Allah rida, permohonan kita pun akan dikabulkan karena Allah sangat sayang kepada hamba-Nya melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Wallahu a’lam bisshowab