Oleh: Intan H.A(Pegiat literasi)
MuslimahTimes–“Neng, abis lulus SMA mau kuliah di mana?”
“Katanya udah S1, tapi kok sampe sekarang belum dapat kerja?”
“Udah umur segini belum nikah-nikah juga seh? Tuh liat si B temen sekolah kamu dulu, dia udah gendong anak sekarang.”
Gaes, mungkin kalian pernah dihadapkan pada situasi ini. Entah itu pertanyaan pertama, kedua, atau ketiga yang mampir di telinga kalian. Dan seketika itu juga kalian merasa kikuk dan seolah-olah ingin bersembunyi di balik tembok yang super besar, agar kalian tidak lagi mendengar pertanyaan yang semisal.
Memang ya Gaes, ketika kita udah beranjak dewasa, maka kehidupan kita akan jauh berbeda dengan masa kanak-kanak dulu. Kita memiliki tanggung jawab yang besar dalam fase ini. Baik diri kita sendiri atau pun orang lain akan mempertanyakan, “Mau dibawa ke mana arah kehidupan ini?”
Di fase dewasa kita akan lebih memikirkan masa depan. Mulai deh kita memetakan program-program penting yang akan kita jalani dalam hidup ini. Kita akan lebih serius menatap masa depan.
Namun sayangnya, ketika rencana-rencana tersebut tidak berjalan seperti yang kita inginkan dan mengalami kegagalan, maka rasa kecewa, putus asa, dan meragukan kemampuan diri sendiri mulai menghantui. Parahnya lagi, kita akan depresi yang pada akhirnya membuat kita menjadi pribadi stagnan dan tidak produktif. Duh, ngeri ya Gaes kalau udah begini?!
Fenomena seperti mudah kecewa, khawatir berlebih, galau akan ketidakpastian hidup di masa mendatang dan merasa tidak memiliki arah, memang tengah menjangkiti kawula muda, lho. Fenomena ini dikenal dengan nama quarter life crisis (QLC) atau krisis seperempat abad.
Quarter life crisis adalah fenomena yang ditandai dengan kebingungan akan berbagai pilihan hidup yang dialami oleh mereka-mereka yang berusia sekitar 18-30 tahun. Dan mereka lagi gencar-gencarnya mencari jati diri. Mengutip dari The Guardian, sebuah survei menemukan 86% dari 1.100 anak muda terserang oleh quarter life crisis. Wow, data yang sangat mencengangkan ya, Gaes.
Orang-orang yang terjangkit virus QLC ini akan mempertanyakan eksistensi hidupnya. Mereka akan kebingungan dalam menjalani hidup. Tidak memahami tujuan hidup yang benar mengakibatkan mereka menjadi pribadi yang rapuh. Sangat disayangkan sekali ya, Gaes. Ketika masa muda hanya dihabiskan dengan kebimbangan dan kebingungan dalam mengarungi hidup. Sebenarnya QLC ini adalah sikap yang wajar dialami kaum milenial. Sebab, hidup ini penuh dengan cobaan dan ujian yang akan mengiringi perjalanan kita di dunia. Maka ketika kita mengalami kekhawatiran akan masa depan adalah sesuatu yang wajar saja. Akan tetapi yang membuat kita mampu bertahan bergantung dari kekuatan mental, emosional dan spiritual yang kita miliki. Faktor-faktor inilah yang akan memengaruhi besar-kecilnya QLC menyerang jiwa kita.
Sehingga penting sekali memiliki landasan dalam hidup ini. Dengan landasan yang benar, akan mengarahkan kehidupan kita mau dibawa ke mana dan seperti apa kehidupan yang ingin kita jalani. Landasan yang benar itu tidak lain dan tidak bukan adalah akidah Islam. Sebab, hidup itu sejatinya adalah perjuangan dan perjuangan itu membutuhkan yang namanya kekuatan. Kekuatan terbesar seorang mukmin adalah lurusnya keimanan, benarnya pemahaman dan mengamalkan apa yang dipahaminya. Dengan keyakinan inilah seseorang tidak akan galau, takut dan merasa khawatir menatap masa depannya. Ia akan produktif dalam hidupnya. Sebab seorang hamba yang memiliki keimanan yang lurus akan meyakini firman Allah Swtyang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (TQS. ar-Ra’d: 11)
Alhasil, ketika ia memahami akan ayat ini, ia akan mengupayakan apa yang bisa diusahakannya. Namun di samping itu, ia tidak lupa untuk mengiringi ikhtiarnya tadi dengan sikap tawakal. Seseorang yang memiliki sikap tawakal akan membuahkan ketenangan dalam jiwanya. Karena ia meyakini sabda Rasul-Nya:
“Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; ia pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Ibn Majah dan al-Hakim)
Dengan pemahaman ini, maka quarter life crisis akan dilewati dengan semestinya. Sehingga kita tidak mudah emosi dan depresi manakala problema hidup tengah menghampiri. Maka penting sekali ni Gaes, menyandingkan kehidupan kita dengan aturan agama (Islam). Sebab, tanpa Islam hidup kita akan suram, dan kita akan salah dalam mengambil keputusan. Jadi, anggapan untuk memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme) adalah sebuah kekeliruan, Gaes. Bagaimana bisa Islam dipisahkan dalam kehidupan, lah hidup kita aja penuh dengan berbagai persoalan. Terus kalau nggak ada agama bagaimana mau menyelesaikannya?
Tanpa melibatkan agama (Islam) dalam menyelesaikan persoalan kehidupan, hanya akan menjadikan hidup kita terombang-ambing nggak jelas seperti sekarang ini, Gaes. Oleh sebab itu, yuk kita pertebal keimanan dan membekali diri dengan ilmu agama. Mulai deh kita fokus pada tujuan penciptaan kita di dunia, yakni untuk beribadah kepada Allah Swt. Dengan pemahaman ini akan mengarahkan perilaku kita hanya untuk menggapai rida Allah semata. Hal-hal negatif yang datangnya dari manusia nggak bakal mengganggu jiwa kita deh, Gaes. Sebab, kita sudah memiliki landasan yang kuat dalam menjalani hidup ini. Wallahu’alam.[]