Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Redpel Muslimahtimes.com)
#MuslimahTimes.com–Spirit doll atau ada juga yang menyebutnya boneka arwah tengah naik daun. Betapa tidak, banyak orang yang mengadopsinya, memberinya nama, dan memperlakukan layaknya seorang bayi manusia. Bahkan di antara mereka ada yang memberinya makan, minum, dan pakaian, serta aksesoris lainnya. Tak hanya orang biasa, para selebriti pun turut mengadopsinya, salah satunya Ivan Gunawan.
Dalam sebuah wawancaranya bersama Boy William, Ivan mengatakan bahwa “bayi-bayi” adopsinya itu adalah anaknya dan kelak merekalah yang akan menjadi pewaris utama harta dan tahtanya. Ivan bahkan berharap, sang “bayi” dapat tumbuh sehat, bahagia, dan kelak akan memiliki keturunan. Jelas saja bukan hanya Boy William yang dibuat terperangah dengan perkataan sang seleb yang di luar akal sehat, namun juga semua orang yang beriman dan masih berpikir sehat. Bagaimana mungkin sebuah boneka yang tidak memiliki nyawa bisa bertumbuh dan mewarisi harta? Sungguh tak dapat diterima logika.
Zaman Maju, Kewarasan Mundur
Saat ini kita hidup di era digital yang perkembangan teknologi semakin canggih. Namun, ternyata hal tersebut tidak berkorelasi dengan majunya kewarasan dan taraf berpikir sebagian orang. Di zaman yang kian berkilau dengan karya cipta intelektual manusia, nyatanya masih ada orang yang terjebak dalam pemikiran sesat di luar akal sehat.
Sebagaimana yang dilakukan oleh mereka yang mengadopsi spirit doll tersebut. Mereka mengajaknya bicara bahkan menganggapnya seperti makhluk hidup. Mirisnya, banyak orang yang mendukung dan memuji perbuatan tersebut, bahkan menjadi subcriber sejati para ibu youtuber pengasuh spirit doll tersebut. Padahal hakikatnya boneka tersebut hanyalah benda mati tak bernyawa. Bukankah hal tersebut sama saja mempertontonkan ketidakwarasan yang hakiki?
Waspada Akidah Jebol
Seorang muslim harus berhati-hati dalam melakukan perbuatan, karena Allah akan menghisab setiap amalan kita di hari akhir. Jangan mudah ikut-ikutan tren tanpa memahami esensi dan hukum syarak atasnya.
Hakikatnya, boneka merupakan sesuatu yang dibolehkan dalam Islam, selama digunakan untuk mainan anak-anak. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari diceritakan bahwa Aisyah r.a bermain boneka dan pada saat itu Rasulullah saw tidak melarangnya. Beliau hanya bertanya, saat melihat boneka berbentuk kuda yang memiliki sayap, “Apakah di dunia nyata ada kuda yang bersayap?” Lantas Aisyah menjawab, ” Bukankah kuda-kuda Nabi Sulaiman pun memiliki sayap?”. Rasulullah kemudian tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya.
Jika hari ini, boneka justru dibeli oleh orang dewasa dan dianggap sebagai anak, maka sungguh telah bergeser fungsi boneka yang dibolehkan Islam, yakni sebagai mainan anak-anak. Apalagi jika boneka tersebut dipercaya dapat mendatangkan rezeki, memberi kebahagiaan dan bahkan membuat orang yang memilikinya lebih termotivasi untuk berbuat baik, jelas hal tersebut akan menyeret pada kesyirikan yang diharamkan dalam Islam.
Tak hanya itu, memberinya mereka makan dan minum selayaknya manusia, jelas merupakan sebuah kedangkalan akidah yang nyata. Faktanya, si pemilik memang percaya bahwa boneka arwah tersebut benar-benar akan memakan apa yang disajikan, meski hanya mengisap saripati dari makanan atau minuman tersebut. Di sanalah sesungguhnya, si pemilik tengah memberikan peluang kepada jin untuk mengisi boneka-boneka tersebut dan memakan “sesajen” yang disediakan. Naudzubillah!
Butuh Sistem Islam
Demikianlah kacaunya kondisi umat jika hidup dalam naungan sistem yang jauh dari aturan agama. Mereka berbuat sesukanya tanpa ada peran negara yang mampu mengontrolnya. Padahal hakikatnya negara memiliki peran vital dalam menjaga akidah rakyatnya.
Dalam naungan sistem Islam, negara akan menjamin akidah umat terjaga dari segala bentuk kesyirikan yang menodai akidah. Negara tidak akan membiarkan perilaku menyimpang berkembang biak dan tidak akan menjadikan hal tersebut sebuah pemakluman atas nama pilihan individu.
Sejatinya negara wajib mengontrol dan menciptakan kehidupan masyarakat yang lurus berjalan di dalam koridor rida Allah Ta’ala. Sebab kemurnian akidah masyarakat akan memengaruhi corak sebuah negara. Bagaimana mungkin negara akan diselimuti berkah dan disirami pertolongan Allah jika rakyatnya saja berkubang dalam kesyirikan?
Dengan demikian, sungguh keberadaan Khilafah yang merupakan institusi penerap syariat Islam secara kaffah merupakan sebuah hal yang tak bisa ditawar lagi. Hanya dengan Khilafah lah, berbagai bentuk kesyirikan akan dicabut hingga ke akarnya dan takkan pernah dibiarkan merajalela.
Sebagaimana Rasulullah saw sebagai kepala negara pada saat itu langsung mengutus pasukan untuk menghancurkan Dzul Khalasah, sebuah berhala yang masih disembah di negeri Yaman. Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, “Disyariatkannya menghilangkan segala sesuatu yang dapat menjadi sebab rusaknya agama masyarakat, baik berupa bangunan atau yang lainnya, baik berupa manusia, hewan, atau pun benda mati.” [Fathul Baari, 12/164]
Demikianlah betapa seriusnya Islam menjaga akidah umat, tidak akan memberi celah sedikit pun bagi kesyirikan. Sebab sejatinya syirik merupakan dosa besar yang tidak hanya akan membinasakan pelakunya, tapi juga masyarakat seluruhnya jika membiarkan kesyirikan tersebut tetap ada.
Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya Allah Swt tidak akan mengampuni dosa syirik mempersekutukan-Nya (dengan sesuatu apa jua), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya). dan sesiapa yang mempersekutukan Allah SWT (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.” (Qs. an-Nisa : 48).