Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt.
(Pemerhati Generasi dan Kebijakan Publik)Â
MuslimahTimes.com – Ukraina mengalami krisis ketegangan dengan Rusia setelah keputusannya untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, di bawah pimpinan Amerika Serikat. Rusia memberikan ultimatum pada Ukraina terkait dengan keputusannya tersebut, sebab keputusannya menambah problem isolasi yang dialami oleh Rusia. Rusia semakin terisolasi dalam pergaulannya secara internasional, sebab sedikit demi sedikit negara pecahan eks Uni Soviet itu mengambil jalan untuk bergabung dengan Amerika dan Uni Eropa.
Tak bisa disalahkan pula pilihan Ukraina tersebut, sebab Ukraina tengah mengambil jalan untuk membangkitkan ekonominya dengan membidik pangsa pasar Eropa yang dikuasai blok Barat. Walaupun, terang saja hal ini membuat murka Rusia, sebab Rusia pun memiliki kepentingan terhadap Ukraina yang memiliki limpahan kekayaan alam yang luar biasa dan sumber daya minyak yang berlimpah di Semenanjung Krimea yang dicaplok oleh Rusia. Namun, klaim kepemilikan legal Semenanjung Krimea tetap ada di tangan Ukraina dengan pengakuan yang diperolehnya dari blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat.
Jadilah Ukraina berhadapan langsung dengan Rusia, negara adidaya pesaing kuat Amerika Serikat. Sebuah pilihan yang dengan pede diambil oleh Ukraina, sebab menyangka jika kekuatan NATO bakal mendukung pilihannya berhadapan dengan Rusia. Padahal dilansir dari beberapa berita di media, Amerika Serikat saja sudah mengosongkan kedutaan besarnya di Ukraina dengan memanggil pulang para pejabatnya. Pun demikian dengan negara-negara lain, adalah sama memanggil pulang warga negaranya dari Ukraina. Pada akhirnya Ukraina akan dibiarkan sendirian berhadapan langsung dengan kekuatan militer raksasa Rusia.
Ukraina tidak pernah memperhitungkan, bahwa NATO adalah kumpulan kekuatan militer berbagai bangsa yang pasti belum tentu bisa dipegang janjinya untuk membantunya menghadapi krisis dengan Rusia. Mengingat anggota NATO dan Uni Eropa disetir oleh ideologi yang sama, yaitu sekuler kapitalisme, yang pasti akan banyak berhitung tentang keuntungan materi dari konfrontasinya menghadapi Rusia dengan kecanggihan militer yang dimilikinya, dibandingkan dengan dorongan untuk memenuhi janji setia mempertahankan Ukraina saat menghadapi krisis dengan Rusia.
Karenanya, adalah yang seharusnya diperhitungkan oleh Ukraina, bahwa selama ideologi sekuler-kapitalisme diusung oleh sebuah negara dan menjadi landasan dalam setiap kebijakan politik yang dikeluarkannya. Maka, selamanya tidak akan ada makan siang gratis. Selamanya tidak ada kawan dan lawan abadi dalam percaturan perpolitikan. Sebab ideologi sekuler kapitalisme akan membentuk sebuah negara menjadi negara yang rakus dan berjiwa imperialisme, sehingga akan selalu berwatak serigala berbulu domba.
Maka, hal yang harus dilakukan oleh Ukraina adalah mengambil konsep politik yang jelas, yang bisa mengamankan kedudukannya di tanahnya sendiri dan bisa mempertahankan kedaulatan negerinya, tanpa harus berdiri di belakang perlindungan negara lain. Sebab yang pasti akan mempertahankan tanah Ukraina adalah rakyat Ukraina itu sendiri, bukan rakyat negara lain. Sebab itu, perlu kesadaran politik yang tinggi akan hal tersebut.
Ukraina wajib memandirikan negerinya, menyejahterakan rakyatnya, dan menyiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya agresi militer dari luar. Dengan membangun suasana militansi di negerinya. Jangan terfokus dan terjebak dalam urusan politik ekonomi yang menyeretnya pada ketergantungan terhadap pasar internasional.
Inilah hal yang bisa dilakukan oleh Ukraina, sebab Ukraina masih memiliki negara tetangga yang pasti mendukung perjuangannya sebab adanya kesamaan cara pandang politiknya yang mandiri dan bebas dari intervensi negara mana pun.
Inilah modal yang bisa dijadikan Ukraina lepas dari intimidasi Rusia dan Amerika Serikat. Sebab baik Rusia maupun Amerika Serikat, keduanya masih memiliki kebijakan politik luar negeri yang hampir mirip dan sama persis, yaitu politik sekuler-kapitalisme, yang menjunjung tinggi keuntungan materi dan berjiwa imperialis.
Dimana konsep dasar sekuler kapitalisme adalah mengeruk kekayaan negeri jajahannya hingga habis dan mendapatkan keuntungan materi sebesar-besarnya. Maka, selamanya negara-negara sekuler kapitalisme akan selalu rapuh dalam kekuatan kebersamaannya. Sebab mereka bersaing satu sama lain dalam upaya untuk menguasai kekayaan sebuah negeri, baik sendiri ataupun secara berkoloni.
Karena itu Ukraina wajib mengambil langkah yang tak biasa, dengan mengambil konsep politik luar negeri seperti yang ditawarkan oleh sistem Islam, yang sangat memungkinkan bagi Ukraina untuk keluar dari krisis menghadapi Rusia, namun juga tidak ada di bawah bayang-bayang kekuasaan NATO, Uni Eropa, dan Amerika.
Justru keberanian Ukraina untuk mengambil konsep politik Islam dalam kebijakan politik luar negerinya, akan memantik datangnya gelombang pertolongan dari negara tetangganya yang betul-betul ikhlas membantunya dalam krisis menghadapi Rusia. Sebab konsep politik Islam adalah jelas yaitu tepat janji dan memenuhi janji.
Dan lagi dengan keputusannya untuk menggunakan konsep politik Islam misalkan, Ukraina telah menaburkan bibit kemenangan di kancah politik internasional yang akan semakin meneguhkan keberadaannya ditengah dominasi negara adidaya dunia saat ini, Amerika Serikat dan Rusia. Sebab politik Islam berbicara tentang ideologi Islam yang menjadikan syariat Islam sebagai standar dalam pembuatan keputusan politiknya. Terasa rumit untuk dibicarakan saat ini. Akan tetapi akan lebih mudah jika diterapkan dan dipraktikkan langsung oleh Ukraina sebagai negara merdeka.
Wallahualam.