Oleh. Sherly Agustina, M.Ag
(Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)
MuslimahTimes.com – Mari renungkan bersama firman Allah di dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 48, “Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan mengampuni dosa syirik mempersekutukan-Nya (dengan sesuatu apapun), dan akan mengampuni dosa yang lain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya (menurut aturan syariat-Nya). Dan siapa yang mempersekutukan Allah Swt. (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.”
Merenungi ayat di atas, betapa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Bagi siapa pun yang beriman dengan benar kepada Allah akan menghindari apa pun yang tidak disukai Allah. Namun, apa yang terjadi di negeri mayoritas muslim sungguh miris. Praktik klenik mewarnai politik, menyeret para pelakunya pada syirik.
Sekularisme Biang Penyakit Klenik Menjangkiti Negeri
Apa yang dilakukan para pejabat negeri ketika ingin memindahkan ibu kota negara diwarnai klenik. Seperti yang dilansir dari m.kumparan.com, (14/3/22), Presiden Jokowi dan seluruh gubernur se-Indonesia melakukan ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Selain itu, kejadian di Mandalika pun menuai pro dan kontra. Bagaimana tidak, ketika perlombaan motoGP Indonesia 2022 akan berlangsung tiba-tiba hujan deras dan pertandingan tidak bisa dilanjutkan. Keputusan menggunakan pawang hujan pun menjadi solusi, ada yang meyakini hujan berhenti sesaat setelah aksi pawang hujan dilakukan.
Media asing pun menyoroti pawang hujan Mandalika yang dinilai berhasil dalam membantu meredakan hujan di Pertamina Mandalika International Street Circuit (Kompas.com, 21/3/22). Bukan hanya itu, praktik klenik seakan menjadi penyakit di negeri ini. Jika ada hajatan apa saja, masyarakat sudah mewanti-wanti meminta kepada orang yang dipercaya. Misalnya, paranormal, bagaimana caranya agar di hari-H tidak hujan.
Sungguh ironi, negeri mayoritas muslim namun jauh dari nilai-nilai Islam. Lebih mendahulukan budaya dan kearifan lokal meski bertentangan dengan syariat. Tak peduli akan mendapat teguran bahkan azab dari Allah atas apa yang dilakukan. Padahal, sejatinya sebagai muslim berprilaku hanya berstandar pada syariat an sich bukan yang lain. Aturan yang diterapkan saat ini telah mampu mengerdilkan umat Islam. Menjadikan muslim terjebak pada kondisi, lebih memilih kearifan lokal dibanding syariat agar disebut pancasilais, toleran, dan cinta tanah air.
Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, membuat muslim tak perlu membawa jati diri agamanya dalam kehidupan dan negara. Bicara agama cukup di masjid dan ritual ibadah saja. Maka, tak heran banyak praktik klenik menjamur karena agama (akidah) tidak menjadi landasan kehidupan. Akibatnya umat Islam, disadari atau tidak banyak yang ‘oleng‘ pemahaman keislamannya. Tersesat begitu jauh, tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Kembali pada Fitrah dan Syariat agar Selamat Dunia Akhirat
Islam menjaga akidah umat, selain para orang tua yang membina serta mendidik akidah anak-anaknya, negara memiliki peran yang sangat vital. Tak akan dibiarkan virus masuk sedikit pun yang mengganggu akidah umat. Karena khalifah memiliki tanggung jawab mengurus rakyat, untuk itulah khalifah diberi amanah. Perkara gaib hanya Allah yang tahu, seperti yang dijelaskan di dalam Al Qur’an surat Al-An’am ayat 59, “Sesungguhnya hanya Allah pemilik kunci-kunci alam gaib. Tak ada satu pun makhluk-Nya yang mengetahui.”
Begitu juga firman-Nya di dalam surat Lukman ayat 34, “Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.“
Suatu ketika, Rasulullah saw. ditanya soal dukun peramal nasib. Kata beliau, ”Mereka tidak ada gunanya.” “Ya Rasulullah, bukankah apa yang mereka katakan terkadang menjadi kenyataan?” tanya beberapa sahabat lebih lanjut. Rasulullah saw. menjawab, ”Itu sebetulnya berasal dari kabar berita jin yang sudah bercampur dengan ratusan kebohongan. Setelah itu, ia membisiki para dukun peramal nasib.” (HR. Bukhari dari Aisyah)
Aktivitas yang bertentangan dengan syariat, seperti percaya pada peramal atau yang semisalnya kemudian diyakini kebenarannya mengantarkan pada syirik. Maka, apa pun yang diminta lalu dikabulkan oleh Allah adalah bentuk istidraj. Allah murka memberikannya tanpa rida sedikit pun.
Hal ini berdasarkan firman Allah Swt., dalam Al- Qur’an surat Al-An’am ayat 44, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.“
Di dalam tafsir Ibnu Katsir dikatakan, “Kami bukakan bagi mereka semua pintu rezeki dari segala jenis yang mereka pilih. Hal itu merupakan istidraj dari Allah untuk mereka dan sebagai pemenuhan terhadap apa yang mereka inginkan, kami berlindung kepada Allah dari tipu muslihat-Nya.“
Negeri ini tidak akan berkah jika terus menjauh dari syariat, bahkan bisa mendatangkan azab dan murka Allah. Seharusnya menjadi renungan bagi negeri yang muslimnya terbesar di dunia. Bahkan seharusnya, Indonesia menjadi contoh dalam penerapan nilai-nilai Islam dan syariat di dunia. PR dakwah nyatanya semakin besar, namun semua tantangan ini jangan dijadikan alasan untuk mundur. Akan tetapi, harus lebih semangat agar Islam bisa benar-benar diterapkan di muka bumi sehingga akidah umat terjaga dengan baik lalu keberkahan bisa diraih.
Sudah saatnya mencampakkan demokrasi sekularisme yang menghancurkan umat Islam, baik akidah dan pemikiran sehingga aktivitas umat jauh dari syariat. Hal ini yang membuat murka Allah, bencana demi bencana sejatinya bukan hanya sekadar peristiwa alam biasa. Namun, jadikan sebagai peringatan dari Allah agar umat segera sadar dari tidur panjangnya untuk bersegera berjuang menerapkan syariat agar selamat dunia dan akhirat.
Allahu A’lam Bishshawab.