Oleh. Layyina Mujahida Fillah (Aktivis Dakwah Milenial)
Muslimahtimes.com–Suatu hal yang dapat dipastikan tidak akan terpisah dalam kehidupan setiap manusia adalah problem. Tentu saja, bukan pasangan, bukan keluarga, bukan juga materi dunia, tapi adalah masalah kehidupan. Jadi, mau seperti apa pun tipe manusia, apakah dia baik, atau jahat. Kaya atau miskin. Pintar atau tidak. Semuanya bisa dipastikan pasti memiliki masalah masing-masing.
Dan yang paling berdampak terhadap kehidupan bersama adalah problem masyarakat dan negara. Jika ini hanyalah masalah masing-masing individu, maka bagaimana melihat, menyelesaikan dan berdampaknya adalah kembali kepada individu itu sendiri. Namun, jika itu adalah masalah masyarakat bahkan negara, pasti akan kembali tidak hanya kepada individu saja tapi kepada seluruh individu yang bersangkutan.
Maka, masalah masyarakat dan negara ini harus menjadi perhatian bersama, menjadi tanggung jawab bersama. Saling bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dan membangun masa depan yang lebih baik. Dan jelas masa depan yang baik hanya bisa dicapai dengan Islam. Juga karena nanti jika terjadi kerusakan dan kemaksiatan, hal itu tidak hanya akan menimpa seseorang saja.
Nah, maka problem ini menjadi urgent. Untuk menghadapi sebuah masalah, sebelumnya kita harus memastikan apakah itu benar-benar masalah, mengapa itu dikatakan sebuah masalah, apa dampaknya, dan bagaimana cara menyelesaikannya yang tepat? Jadi, harus dipahami dulu dari suatu kejadian tentang what, why, and how, untuk menentukan apakah itu benar-benar sebuah problem.
Jadi harus difilter, tidak bisa semua kejadian di dalam masyarakat atau negara dianggap masalah, atau malah mempermasalahkan sesuatu yang seharusnya bukan masalah. Ini bahaya, karena akhirnya menjadi lalai terhadap masalah yang sebenarnya, dan malah tidak dapat menyelesaikan the real problem yang harusnya butuh perhatian besar dan penyelesaian segera.
Di sinilah sering kali terjadi kekeliruan yang mendasar, sehingga menjadi salah menentukan langkah dan berdampak negatif kepada semua masyarakat. Seperti misalnya pembahasan yang sedang ramai, yakni penceramah radikal. Topik ini seolah menjadi hal yang sangat berbahaya sekali bagi negara, sehingga sering disinggung, dipersekusi, dan diberikan stigma negatif, dianggap intoleran, anti-NKRI, dan sebagainya. Padahal, jika mau dipetakan lagi, mengurusi hal ini dan berupaya menghancurkan penceramah yang dianggap berbahaya bisa dikatakan perbuatan yang sia-sia dan tidak berguna. Sementara di luar sana masih banyak the real problem yang butuh untuk di perhatikan dan diselesaikan, bukan malah menghabiskan waktu dan tenaga pada kepentingan sendiri, karena penceramah radikal dianggap mengganggu dan terlalu sering mengkritik pemerintah.
Padahal seorang penceramah/da’i itu hanya menyebarkan kebaikan, ide-idenya, mengajak orang untuk kembali kepada agama, mereka tidak membawa senjata apalagi menggulingkan pemerintah. Bukankah hal tersebut kebebasan setiap orang untuk berbicara? Meski tetap harus sesuai syariat Islam. Namun, di sisi lain, lebih ada problem yang sebenar-benarnya problem, yang dampaknya benar-benar nyata terhadap masyarakat, contohnya operasi militer ilegal, KKB, atau OPM di Papua. Ini adalah masalah nyata, yang telah menewaskan banyak warga, mengganggu perdamaian masyarakat dan negara. Namun, sampai saat ini masih belum tampak tindakan nyata pemerintah yang mampu untuk menyelesaikan masalah ini, memberikan solusi, dan mengembalikan keamanan warga Papua. Juga masalah minyak goreng murah yang langka dan malah tambah mahal, membuat rakyat semakin tercekik. Apakah ini bukan the real problem? Harusnya inilah yang diurus, karena nyata-nyata menyusahkan banyak orang, nyata-nyata buat masalah. Kalau mau mencap negatif seseorang radikal, mengapa mafia minyak goreng tidak dicap radikal? Memang mereka kurang radikal apa? Minyak goreng langka, masyarakat mengantre bahkan ada yang mati, tapi stok tetap susah. Giliran patokan harga dicabut, stok melimpah ruah di pasar. Masa hanya gara-gara mafia minyak goreng ini tidak muslim, maka lantas tidak dianggap radikal? Tidak dianggap masalah?
Dan segudang masalah lainnya yang harusnya menjadi perhatian karena itulah the real problem. Bukan malah mengada-adakan suatu masalah, padahal itu sejatinya bukan problem. Maka di sini, fokus menjadi sesuatu yang penting. Fokus harus kepada the real problem, bukan kepada the fake problem. Sehingga dapat menjadikan negara yang baik dan benar, juga rakyat damai, aman, dan tenteram. Dan tak ada jalan lain untuk mewujudkan itu kecuali dengan jalan Islam Kaffah, dengan Daulah Islamiah. Wallahua’lam bishowab.