Oleh. Choirin Fitri
MuslimahTimes — Btw, ngomongin pemimpin tu ibarat kita ngomongin kepala, ya. Raga tanpa kepala tentu tak akan sempurna. Pun dengan kehidupan. Tak akan sempurna tanpa kehadiran seorang pemimpin. So, keberadaan pemimpin amat penting dalam kehidupan ini.
Kerennya lagi, baik atau buruknya kualitas sesuatu juga diukur baik buruknya pemimpin. Lihat aja tubuh kita! Jika kepala sedang nyut-nyutan gara-gara pusing atau sakit flu, otomatis semua fungsi tubuh ikut tak normal. Lihat pula apapun yang ada di sekitar, seperti organisasi, sekolah, pabrik, atau yang lainnya jika pemimpinnya kece, semuanya akan ikut kece. Sebaliknya, jika pemimpinnya nggak jelas, semuanya akan jadi berabe. Betul tidak?
Nah, Allah pun menginginkan kita memilih pemimpin yang nggak sembarangan. Kita kudhu memilih pemimpin yang baik sesuai dengan apa yang Allah mau. Seperti apa sih? Yuk, cek surah Al-Maidah ayat 57!
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَكُمْ هُزُوًا وَّلَعِبًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ اَوْلِيَاۤءَۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.”
Catet ya, Bestie! Allah melarang kita memilih pemimpin yang menjadikan agama jadi bahan ejekan. Memang sih pemimpin sekarang nggak langsung to the point mengatakan Islam begini dan begitu. Namun dengan kata-kata bersayap atau dengan cara halus menganggap Islam out of date. Banyak pemimpin yang nggak mau menjadikan Islam sebagai landasan kehidupan. Bahkan, islamofobia sekarang marak, sehingga para pemimpin pun takut terkena delik jika mereka menerapkan Islam.
Ih, sama agamanya sendiri kok takut sih? Padahal, kita nih tinggal di negeri yang mayoritas muslim. Tentu dong wajar jika yang diterapkan adalah syariat Islam yang mulia dan memuliakan. Bukan malah memisahkan Islam dari kehidupan dan negara. Efeknya, rusak, Bestie. Kehidupan kian hari kian rusak gegara nggak mau taat pada Allah.
Sekularisme di segala bidang ini menghasilkan kerusakan yang parah. Ekonomi berasas ribawi yang diharamkan Allah terbukti membuat negeri ini terjungkal dengan hutang fantastis, rakyat makin miskin plus sengsara. Aturan pergaulan yang bebas menjadikan perzinaan yang diharamkan Allah jadi kebiasaan yang merusak generasi. Pendidikan pun jauh dari kata baik akibat gonta-ganti kurikulum dan pembelajaran berbasis sekuler. Pendidikan tak mampu melahirkan generasi unggul yang siap memimpin negeri ini dengan ketakwaan.
Budaya K-Pop yang jauh dari aturan Allah banyak digandrungi. Efeknya keburukan menimpa generasi. Media sosial kini jadi ajang untuk membuat konten yang unfaedah, hanya seputar joget dan pamer kekayaan yang belum tentu miliknya. Masih banyak lagi kerusakan yang terjadi ketika sekularisme jadi asas yang dipilih para punggawa negeri ini.
Padahal, saat menengok ayat cinta Allah di surah Al-Maidah:57 kembali pada akhir ayat Allah menegaskan, “Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.”
Artinya apa? Kita diminta Allah bertakwa. Mau menjalankan segala perintah Allah dan menghindari segala larangan-Nya. Dengan inilah kita bakal kembali mendapatkan predikat sebagai orang yang beriman. Orang yang dicintai Allah. Orang yang diridainya. Plus, mampu memilih pemimpin yang bertakwa.
Nantinya pun kita berharap kitalah generasi yang akan membawa negeri ini menjadi negeri yang dirahmati Allah. Negeri yang akan menerapkan Islam kafah dan membuang jauh sekularisme. So, yuk dimulai dari sekarang kita berjuang, Bestie! Siap ya?
Batu, 19 Agustus 2022